25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Beban Raksasa

Liverpool v A.Makhachkala

Saat ini tak terlihat jika Liverpool pernah menjadi tim raksasa dan sangat disegani di Inggris dan tanah Eropa. 18 trofi kompetisi domestik, plus lima tropi Liga Champions (dahulu Piala Champions) serta 3 trofi Europa League (dahulu Piala UEFA) seolah tak menjamin jika tim yang berdiri tahun 1892 itu memiliki wibawa dan membuat lawan gentar sebelum bertanding.

Inkonsistensi permainan yang berujung pada kemerosotan prestasi, membuat tim ini tak mampu lagi menjadi yang terbaik, setelah terakhir kali mengangkat trofi liga pada tahun 1990.

Praktis hanya trofi Liga Champions tahun 2004 dan trofi UEFA Cup tahun 2001 yang membuat Liverpudlian tak terlalu kebakaran jenggot setelah pesaing utamanya di Inggris Manchester United sukses melewati torehan tropi liga domestik sebanyak 19 kali.

Brendan Rodgers yang di awal musim ditunjuk untuk mengembalikan kejayaan The Reds sejauh ini belum mampu berbuat banyak. Selain terlempar dari kelompok empat besar di kompetisi domestik, The Kop (sebutan lain Liverpool) pun masih tampil mengecewakan di pentas Europa League.

Menang 5-3 saat bertandang ke markas Young Boys (Swiss), namun kalah 2-3 saat menjamu Udinese (Italia) adalah prestasi terbaik yang mampu diraih Liverpool di pentas Europa League.

Bermodalkan hasil itulah dini hari nanti The Reds  akan menjamu tim liliput asal Rusia yang tiba-tiba saja berubah menjadi tim raksasa, Anzhi Makhachkala.
Ya, Anzhi Makhachkala yang berdiri tahun 1991 tak memiliki reputasi sehebat Liverpool. Lihatlah, baru dua trofi yang berhasil dikumpulkan Anzhi, yakni trofi liga domestik tahun 1999 dan 2009.

Di pentas Eropa, usai sukses mengalahkan AZ Alkmaar (agregat 6-0), Vitesse (agregat 4-0) dan Budapest Honved (agregat 5-0), tim berjuluk Dikaya Divisiya ini justru harus tersingkir dari pentas Piala EUFA tahun 2002, usai kalah 0-1 atas wakil Skotlandia Glasgow Rangers. Dan ini adalah satu-satunya penampilan mereka di kompetisi Eropa.

Meski minim pengalaman, namun jangan remehk an kekuatan Anzhi sekarang ini. Buktinya, tim yang dibesut Guus Hiddink itu mampu menjadi pemuncak klasemen grup A setelah menahan imbang Udinese (1-1) dan mengalahkan Young Boys dengan skor 2-0.

“Saat ini semua mata memandang ke arah kami, seolah mereka ingin mengunyah kami. Tapi mereka harus sadar jika tim ini sedang berada di jalur yang benar untuk menjadi salah satu klub raksasa di tanah Eropa,” bilang Guus Hiddink, pelatih Anzhi Makhachkala.Ungkapan pelatih berkebangsaan Belanda itu tak asal cuap. Buktinya, di kompetisi domestik Anzhi menjadi pemuncak klasemen melewati tim-tim yang secara tradisional merupakan kekuatan raksasa di Rusia seperti CSKA Moskow, Zenit, Lokomotiv Moskow, Spartak Moskow maupun Rubin Kazan.

Nah, terkait peluang timnya saat menghadapi Liverpool nanti Hiddink mengatakan bahwa dirinya tak ingin sesumbar, meski sang calon lawan  sedang terpuruk. “Mereka klub besar yang punya tradisi bagus jika tampil di kompetisi Eropa. Mereka selalu membahayakan lawan-lawannya. Kami tak boleh gegabah, apalagi besok (dini hari nanti, Red) kami bakal kehilangan (Lassana) Diarra. Itu membuat pekerjaan kami menjadi lebih berat,” bilang Hiddink.

Memang, usai mengantarkan Anzhi menang 2-1 atas Spartak Moskow pada akhir pekan lalu, mantan gelandang Real Madrid itu mengalami cedera parsial ligament sendi lutut sehingga harus absen selama sebulan.

“Kami senang (Lassana) Diarra tidak dapat dimainkan. Tapi yang terpenting bagi kami adalah mengembalikan mental untuk menjadi pemenang,” bilang Brendan Rodgers yang berjanji akan langsung menurunkan seluruh pemain inti sejak menit pertama.

“Saat menghadapi Udinese kami menyimpan Steven (Gerrard) dan (Luis) Suarez hingga babak pertama usai. Ternyata itu tak berguna. Kami akan segera menurunkan mereka saat menjamu Anzhi, karena kami ingin menebus kekalahan atas Udinese dengan meraih kemenangan atas mereka (Anzhi Makhachkala),” bilang Brendan Rodgers.

Sebagai refrensi, sepanjang sejarah The Reds belum pernah kalah dua kali beruntun di Anfield jika berlaga di kompetisi Eropa. Artinya, peluang Steven Gerrard dkk untuk mengalahkan raksasa baru asal Rusia, Anzhi Makhachkala sangat terbuka. Tak percaya? Lihat saja nanti. (*)

Liverpool v A.Makhachkala

Saat ini tak terlihat jika Liverpool pernah menjadi tim raksasa dan sangat disegani di Inggris dan tanah Eropa. 18 trofi kompetisi domestik, plus lima tropi Liga Champions (dahulu Piala Champions) serta 3 trofi Europa League (dahulu Piala UEFA) seolah tak menjamin jika tim yang berdiri tahun 1892 itu memiliki wibawa dan membuat lawan gentar sebelum bertanding.

Inkonsistensi permainan yang berujung pada kemerosotan prestasi, membuat tim ini tak mampu lagi menjadi yang terbaik, setelah terakhir kali mengangkat trofi liga pada tahun 1990.

Praktis hanya trofi Liga Champions tahun 2004 dan trofi UEFA Cup tahun 2001 yang membuat Liverpudlian tak terlalu kebakaran jenggot setelah pesaing utamanya di Inggris Manchester United sukses melewati torehan tropi liga domestik sebanyak 19 kali.

Brendan Rodgers yang di awal musim ditunjuk untuk mengembalikan kejayaan The Reds sejauh ini belum mampu berbuat banyak. Selain terlempar dari kelompok empat besar di kompetisi domestik, The Kop (sebutan lain Liverpool) pun masih tampil mengecewakan di pentas Europa League.

Menang 5-3 saat bertandang ke markas Young Boys (Swiss), namun kalah 2-3 saat menjamu Udinese (Italia) adalah prestasi terbaik yang mampu diraih Liverpool di pentas Europa League.

Bermodalkan hasil itulah dini hari nanti The Reds  akan menjamu tim liliput asal Rusia yang tiba-tiba saja berubah menjadi tim raksasa, Anzhi Makhachkala.
Ya, Anzhi Makhachkala yang berdiri tahun 1991 tak memiliki reputasi sehebat Liverpool. Lihatlah, baru dua trofi yang berhasil dikumpulkan Anzhi, yakni trofi liga domestik tahun 1999 dan 2009.

Di pentas Eropa, usai sukses mengalahkan AZ Alkmaar (agregat 6-0), Vitesse (agregat 4-0) dan Budapest Honved (agregat 5-0), tim berjuluk Dikaya Divisiya ini justru harus tersingkir dari pentas Piala EUFA tahun 2002, usai kalah 0-1 atas wakil Skotlandia Glasgow Rangers. Dan ini adalah satu-satunya penampilan mereka di kompetisi Eropa.

Meski minim pengalaman, namun jangan remehk an kekuatan Anzhi sekarang ini. Buktinya, tim yang dibesut Guus Hiddink itu mampu menjadi pemuncak klasemen grup A setelah menahan imbang Udinese (1-1) dan mengalahkan Young Boys dengan skor 2-0.

“Saat ini semua mata memandang ke arah kami, seolah mereka ingin mengunyah kami. Tapi mereka harus sadar jika tim ini sedang berada di jalur yang benar untuk menjadi salah satu klub raksasa di tanah Eropa,” bilang Guus Hiddink, pelatih Anzhi Makhachkala.Ungkapan pelatih berkebangsaan Belanda itu tak asal cuap. Buktinya, di kompetisi domestik Anzhi menjadi pemuncak klasemen melewati tim-tim yang secara tradisional merupakan kekuatan raksasa di Rusia seperti CSKA Moskow, Zenit, Lokomotiv Moskow, Spartak Moskow maupun Rubin Kazan.

Nah, terkait peluang timnya saat menghadapi Liverpool nanti Hiddink mengatakan bahwa dirinya tak ingin sesumbar, meski sang calon lawan  sedang terpuruk. “Mereka klub besar yang punya tradisi bagus jika tampil di kompetisi Eropa. Mereka selalu membahayakan lawan-lawannya. Kami tak boleh gegabah, apalagi besok (dini hari nanti, Red) kami bakal kehilangan (Lassana) Diarra. Itu membuat pekerjaan kami menjadi lebih berat,” bilang Hiddink.

Memang, usai mengantarkan Anzhi menang 2-1 atas Spartak Moskow pada akhir pekan lalu, mantan gelandang Real Madrid itu mengalami cedera parsial ligament sendi lutut sehingga harus absen selama sebulan.

“Kami senang (Lassana) Diarra tidak dapat dimainkan. Tapi yang terpenting bagi kami adalah mengembalikan mental untuk menjadi pemenang,” bilang Brendan Rodgers yang berjanji akan langsung menurunkan seluruh pemain inti sejak menit pertama.

“Saat menghadapi Udinese kami menyimpan Steven (Gerrard) dan (Luis) Suarez hingga babak pertama usai. Ternyata itu tak berguna. Kami akan segera menurunkan mereka saat menjamu Anzhi, karena kami ingin menebus kekalahan atas Udinese dengan meraih kemenangan atas mereka (Anzhi Makhachkala),” bilang Brendan Rodgers.

Sebagai refrensi, sepanjang sejarah The Reds belum pernah kalah dua kali beruntun di Anfield jika berlaga di kompetisi Eropa. Artinya, peluang Steven Gerrard dkk untuk mengalahkan raksasa baru asal Rusia, Anzhi Makhachkala sangat terbuka. Tak percaya? Lihat saja nanti. (*)

Artikel Terkait

Die Werkself Lolos dengan Agregat 4-1

Sevilla ke Perempat Final Liga Europa

Bayern Munchen di Atas Angin

The Red Devils Lolos Mudah

Nerazzurri ke 8 Besar Liga Europa

Terpopuler

Artikel Terbaru

/