Robben….Good…..Robben….Good…! Begitulah yel-yel yang diteriakkan pendukung Bayern Muenchen ketika bintang timnas Belanda itu mencetak gol pada menit ke-89.
Robben memang pantas dielu-elukan. Sebab, gol yang dilesakkan pemain berjuluk Man of Glass alias manusia kaca karena kerap dibekap cedera itu tak hanya membuat Bayern unggul 2-1. Namun, gol itu sekaligus mengakhiri kutukan Bayern di final Eropa dalam empat musim terakhir.
Sebelum gol penentu yang dilesakkan Robben, Bayern sempat unggul melalui Mario Mandzukic pada menit ke-60. Gol ini pun tercipta berkat kreasi Robben. Dortmund sempat membuka harapan untuk kembali meraih trofi setelah 1997 menyusul keberhasilan Ilkay Gundogan melakukan eksekusi penalti. Wasit asal Italia Nicola Rizzoli menunjuk titik putih menyusul pelanggaran yang dilakukan Dante terhadap Marco Reus. Namun, gol Robben satu menit sebelum berakhirnya waktu normal memastikan Die Borussen harus mengakhiri perjalanan musim ini tanpa raihan trofi.
“Saya begitu emosional. Terutama jika mengingat musim lalu. Itu kenangan yang sangat menyakitkan,” papar Robben dalam sesi jumpa pers setelah pertandingan.
Ya, musim lalu Robben termasuk salah satu aktor dibalik kegagalan Bayern di final Liga Champions melawan Chelsea. Ketika itu, Robben menuntaskan tugasnya sebagai eksekutor penalti di masa injury time. Robben juga termasuk salah satu penggawa Bayern yang terlibat dalam final Liga Champions 2010. Di mana, saat itu Bayern takluk 0-2 dari Inter Milan. Total, dalam tiga final dia sudah melepaskan 24 tembakan ke gawang dan tak pernah berbuah gol. Nah, baru pada tembakan ke-25 kemarin dini hari upaya Robben berbuah gol dan gelar juara.
Statistik penampilannya yang kurang menawan di dua partai final sebelumnya itulah yang membuat Robben sempat gamang. Namun, motivasinya kembali meletup setelah banyak orang yang memberikan dukungan.
“Saya mendengar banyak orang yang mengatakan dalam sepekan terakhir bahwa saya akan mencetak gol penentu kemenangan. Mereka bilang saya akan bikin gol!” tandasnya.
Der trainer Bayern Jupp Heynckes yang posisinya digantikan Josep Guardiola musim depan menambahkan, dirinya sempat nervous, terutama di babak pertama ketika kiper Manuel Neuer harus beberapa kali melakukan penyelamatan.
“Kami tidak tampil maksimal di babak pertama. Saya harus melakukan beberapa koreksi di babak pertama,” kata Heynckes yang sudah dua kali mempersembahkan trofi Liga Champions itu. Trofi pertama dia raih bersama Real Madrid pada 1998.
Sementara, arsitek Dortmund Juergen Klopp tak ingin mencari kambing hitam atas kegagalan timnya. “Anda harus respek pada hasil akhir,” ujarnya.
“Kami tidak dalam formasi yang wajar di babak kedua. Perjuangan yang sulit bagi kami,” bebernya. (bas/jpnn)
Robben….Good…..Robben….Good…! Begitulah yel-yel yang diteriakkan pendukung Bayern Muenchen ketika bintang timnas Belanda itu mencetak gol pada menit ke-89.
Robben memang pantas dielu-elukan. Sebab, gol yang dilesakkan pemain berjuluk Man of Glass alias manusia kaca karena kerap dibekap cedera itu tak hanya membuat Bayern unggul 2-1. Namun, gol itu sekaligus mengakhiri kutukan Bayern di final Eropa dalam empat musim terakhir.
Sebelum gol penentu yang dilesakkan Robben, Bayern sempat unggul melalui Mario Mandzukic pada menit ke-60. Gol ini pun tercipta berkat kreasi Robben. Dortmund sempat membuka harapan untuk kembali meraih trofi setelah 1997 menyusul keberhasilan Ilkay Gundogan melakukan eksekusi penalti. Wasit asal Italia Nicola Rizzoli menunjuk titik putih menyusul pelanggaran yang dilakukan Dante terhadap Marco Reus. Namun, gol Robben satu menit sebelum berakhirnya waktu normal memastikan Die Borussen harus mengakhiri perjalanan musim ini tanpa raihan trofi.
“Saya begitu emosional. Terutama jika mengingat musim lalu. Itu kenangan yang sangat menyakitkan,” papar Robben dalam sesi jumpa pers setelah pertandingan.
Ya, musim lalu Robben termasuk salah satu aktor dibalik kegagalan Bayern di final Liga Champions melawan Chelsea. Ketika itu, Robben menuntaskan tugasnya sebagai eksekutor penalti di masa injury time. Robben juga termasuk salah satu penggawa Bayern yang terlibat dalam final Liga Champions 2010. Di mana, saat itu Bayern takluk 0-2 dari Inter Milan. Total, dalam tiga final dia sudah melepaskan 24 tembakan ke gawang dan tak pernah berbuah gol. Nah, baru pada tembakan ke-25 kemarin dini hari upaya Robben berbuah gol dan gelar juara.
Statistik penampilannya yang kurang menawan di dua partai final sebelumnya itulah yang membuat Robben sempat gamang. Namun, motivasinya kembali meletup setelah banyak orang yang memberikan dukungan.
“Saya mendengar banyak orang yang mengatakan dalam sepekan terakhir bahwa saya akan mencetak gol penentu kemenangan. Mereka bilang saya akan bikin gol!” tandasnya.
Der trainer Bayern Jupp Heynckes yang posisinya digantikan Josep Guardiola musim depan menambahkan, dirinya sempat nervous, terutama di babak pertama ketika kiper Manuel Neuer harus beberapa kali melakukan penyelamatan.
“Kami tidak tampil maksimal di babak pertama. Saya harus melakukan beberapa koreksi di babak pertama,” kata Heynckes yang sudah dua kali mempersembahkan trofi Liga Champions itu. Trofi pertama dia raih bersama Real Madrid pada 1998.
Sementara, arsitek Dortmund Juergen Klopp tak ingin mencari kambing hitam atas kegagalan timnya. “Anda harus respek pada hasil akhir,” ujarnya.
“Kami tidak dalam formasi yang wajar di babak kedua. Perjuangan yang sulit bagi kami,” bebernya. (bas/jpnn)