31.7 C
Medan
Sunday, April 28, 2024

Jejak Supercoppa

Lazio tempil sebagai yang terbaik di pentas Coppa Italia usai mengalahkan tim asal ibukota lainnya, AS Roma  dengan skor 1-0 di Stadion Olimpico, Roma, kemarin (27/5).

Bagi Lazio, ini merupakan kali keenam mereka menjadi yang terbaik di pentas Coppa Italia. Sebelumnya Lazio menjadi yang terbaik pada tahun 1958, 1998, 2000, 2004 dan 2009.

Uniknya, tiga dari kemenangan di pentas Coppa Italia selalu diikuti gelar lainnya di ajang Supercoppa Italia saat Lazio menghadapi juara Serie A. Itu pernah terjadi pada tahun 1998, 2000 dan 2009.

Saat menghadapi AS Roma kemarin Lazio harus tampil alot sejak menit-menit awal. Seakan tak ingin kalah gertak, kubu AS Roma juga melakukan hal yang sama. Imbasnya, pertandingan pun berlangsung keras sehingga wasit terpaksa mengeluarkan kartu kuning untuk Cristian Ledesma, Hernanes dan Miroslav Klose, Sementara Marquinho dan Federico Balzaretti menjadi dua pemain Roma yang mendapatkan kartu kuning.

Lazio memperoleh keunggulan pada menit ke-71. Umpan silang yang dilepaskan Candreva dari sisi kanan sempat ditepis oleh Lobont. Namun, tepisan Lobont tidak terlalu kuat. Bola malah jatuh di kaki Senad Lulic dan lewat satu sepakan, pemain bernomor punggung 19 itu membobol gawang Roma.

Semenit berselang, tendangan bebas Totti nyaris membobol gawang Lazio. Bola memantul tanah, kemudian mengenai mistar gawang Lazio. Beruntung bagi Lazio, bola berhasil ditangkap Marchetti setelahnya. Di sisa pertandingan, tidak ada banyak lagi peluang emas tercipta. Lazio akhirnya keluar sebagai juara. “Saya sangat puas dengan anak-anak ini yang sudah bekerja keras di musim ini dan pantas mendapatkan kemenangan ini,” ucap Vladimir Petkovic, pelatih Lazio.

“Tidak mudah memenangi pertandingan semacam ini dan saya menyesal untuk Roma. Tapi saya bangga dengan para pemain saya. Sedikit keberuntungan dan mentalitas yang bagus membantu kami memenangi trofi ini,” tambahnya.
“Di akhir peluit, setelah empat menit injury time, saya tahu kami juara. Sekarang kami akan berlaga di kompetisi Eropa dan Piala Super Italia melawan Juventus,” imbuh pelatih berkebangsaan Swiss itu. (rin/roz)

Senada dengan Petkovic, gelandang senior Lazio Hernanes mengaku senang. Saking gembiranya bisa meraih trofi pertamanya bersama ‘Tim Biru Langit’, Hernanes sampai kehabisan kata-kata.

“Ini luar biasa, saya kehabisan berkata-kata. Ini adalah momen unik dalam sejarah. Saya ingat sebagai seorang anak kecil saya berpikir tentang bagaimana pendeknya hidup ini dan bahwa kita harus menghidupinya hingga akhir, untuk menuliskan nama kita dalam sejarah,” ujar pemain Brasil itu seperti dikutip Football Italia.

“Saya tidak pernah tahu bahwa setelah 12 tahun saya di sini (Lazio) saya akan punya kesempatan ini dengan rekan-rekan setim untuk menempatkan nama saya secara permanen di sejarah Lazio,” tambahnya.

Hernanes yang bermain selama 84 menit dalam pertandingan malam tadi kemudian menceritakan penantiannya untuk menebus kesalahan di pertemuan sebelumnya. Pada derby terakhir sebelum final ini, gelandang 27 tahun itu sempat menjadi pahlawan dengan satu golnya, namun seketika berubah menjadi penyebab kegagalan Lazio. “Di derby leg kedua saya gagal mengeksekusi penalti dan membuat penalti untuk mereka. Sejak saat itu saya mulai memikirkan tentang final ini. Saya mengharapkan Roma mengalahkan Inter dan mencapai final di sini,” kenangnya.
“Itu tidak adil, setelah semua yang saya lakukan di pertandingan tersebut dan mengakhirinya seperti itu. Saya tahu saya punya sesuatu yang telah disiapkan hari ini. Kami fokus dan konsentrasi untuk menghindari kekalahan,” tuntasnya.
Sementara itu manajer umum AS Roma Franco Baldini, menegaskan bahwa torehan ‘Tim Serigala’ musim ini tak cukup memuaskan. Ia dan manajemen pun bertekad untuk memperkuat tim musim depan.
“Ini adalah pertandingan yang kami nantikan, karena seperti biasanya akan berlangsung menegangkan dengan banyak hal yang dipertaruhkan dan kedua tim menunjukkan sepakbola terbaik mereka,” ujar Baldini seperti dikutip Football Italia.
Akan tetapi penilaiannya itu tak mengubah pandangannya bahwa musim Roma tak berakhir dengan cukup manis dan kurang memuaskan. Ia mengaku akan melakukan langkah penguatan tim serta ikut mengambil tanggung jawab atas kegagalan musim ini.
“Musim ini kami meraih lebih sedikit dari yang kami targetkan. Kami menginginkan yang lebih di klasemen Seri A dan ini bukanlah perjalanan memuaskan karenanya Coppa Italia bisa mengubah itu. Tentu saja kami tidak bisa menganggapnya positif,” ujar pria 52 tahun itu.
“Presiden klub telah bertekad untuk melanjutkan investasi sehingga kita bisa memperkuat skuat dan meneruskan proyek. Kami akan membuat pertimbangan,” tandasnya. (bbs/jpnn)

Lazio tempil sebagai yang terbaik di pentas Coppa Italia usai mengalahkan tim asal ibukota lainnya, AS Roma  dengan skor 1-0 di Stadion Olimpico, Roma, kemarin (27/5).

Bagi Lazio, ini merupakan kali keenam mereka menjadi yang terbaik di pentas Coppa Italia. Sebelumnya Lazio menjadi yang terbaik pada tahun 1958, 1998, 2000, 2004 dan 2009.

Uniknya, tiga dari kemenangan di pentas Coppa Italia selalu diikuti gelar lainnya di ajang Supercoppa Italia saat Lazio menghadapi juara Serie A. Itu pernah terjadi pada tahun 1998, 2000 dan 2009.

Saat menghadapi AS Roma kemarin Lazio harus tampil alot sejak menit-menit awal. Seakan tak ingin kalah gertak, kubu AS Roma juga melakukan hal yang sama. Imbasnya, pertandingan pun berlangsung keras sehingga wasit terpaksa mengeluarkan kartu kuning untuk Cristian Ledesma, Hernanes dan Miroslav Klose, Sementara Marquinho dan Federico Balzaretti menjadi dua pemain Roma yang mendapatkan kartu kuning.

Lazio memperoleh keunggulan pada menit ke-71. Umpan silang yang dilepaskan Candreva dari sisi kanan sempat ditepis oleh Lobont. Namun, tepisan Lobont tidak terlalu kuat. Bola malah jatuh di kaki Senad Lulic dan lewat satu sepakan, pemain bernomor punggung 19 itu membobol gawang Roma.

Semenit berselang, tendangan bebas Totti nyaris membobol gawang Lazio. Bola memantul tanah, kemudian mengenai mistar gawang Lazio. Beruntung bagi Lazio, bola berhasil ditangkap Marchetti setelahnya. Di sisa pertandingan, tidak ada banyak lagi peluang emas tercipta. Lazio akhirnya keluar sebagai juara. “Saya sangat puas dengan anak-anak ini yang sudah bekerja keras di musim ini dan pantas mendapatkan kemenangan ini,” ucap Vladimir Petkovic, pelatih Lazio.

“Tidak mudah memenangi pertandingan semacam ini dan saya menyesal untuk Roma. Tapi saya bangga dengan para pemain saya. Sedikit keberuntungan dan mentalitas yang bagus membantu kami memenangi trofi ini,” tambahnya.
“Di akhir peluit, setelah empat menit injury time, saya tahu kami juara. Sekarang kami akan berlaga di kompetisi Eropa dan Piala Super Italia melawan Juventus,” imbuh pelatih berkebangsaan Swiss itu. (rin/roz)

Senada dengan Petkovic, gelandang senior Lazio Hernanes mengaku senang. Saking gembiranya bisa meraih trofi pertamanya bersama ‘Tim Biru Langit’, Hernanes sampai kehabisan kata-kata.

“Ini luar biasa, saya kehabisan berkata-kata. Ini adalah momen unik dalam sejarah. Saya ingat sebagai seorang anak kecil saya berpikir tentang bagaimana pendeknya hidup ini dan bahwa kita harus menghidupinya hingga akhir, untuk menuliskan nama kita dalam sejarah,” ujar pemain Brasil itu seperti dikutip Football Italia.

“Saya tidak pernah tahu bahwa setelah 12 tahun saya di sini (Lazio) saya akan punya kesempatan ini dengan rekan-rekan setim untuk menempatkan nama saya secara permanen di sejarah Lazio,” tambahnya.

Hernanes yang bermain selama 84 menit dalam pertandingan malam tadi kemudian menceritakan penantiannya untuk menebus kesalahan di pertemuan sebelumnya. Pada derby terakhir sebelum final ini, gelandang 27 tahun itu sempat menjadi pahlawan dengan satu golnya, namun seketika berubah menjadi penyebab kegagalan Lazio. “Di derby leg kedua saya gagal mengeksekusi penalti dan membuat penalti untuk mereka. Sejak saat itu saya mulai memikirkan tentang final ini. Saya mengharapkan Roma mengalahkan Inter dan mencapai final di sini,” kenangnya.
“Itu tidak adil, setelah semua yang saya lakukan di pertandingan tersebut dan mengakhirinya seperti itu. Saya tahu saya punya sesuatu yang telah disiapkan hari ini. Kami fokus dan konsentrasi untuk menghindari kekalahan,” tuntasnya.
Sementara itu manajer umum AS Roma Franco Baldini, menegaskan bahwa torehan ‘Tim Serigala’ musim ini tak cukup memuaskan. Ia dan manajemen pun bertekad untuk memperkuat tim musim depan.
“Ini adalah pertandingan yang kami nantikan, karena seperti biasanya akan berlangsung menegangkan dengan banyak hal yang dipertaruhkan dan kedua tim menunjukkan sepakbola terbaik mereka,” ujar Baldini seperti dikutip Football Italia.
Akan tetapi penilaiannya itu tak mengubah pandangannya bahwa musim Roma tak berakhir dengan cukup manis dan kurang memuaskan. Ia mengaku akan melakukan langkah penguatan tim serta ikut mengambil tanggung jawab atas kegagalan musim ini.
“Musim ini kami meraih lebih sedikit dari yang kami targetkan. Kami menginginkan yang lebih di klasemen Seri A dan ini bukanlah perjalanan memuaskan karenanya Coppa Italia bisa mengubah itu. Tentu saja kami tidak bisa menganggapnya positif,” ujar pria 52 tahun itu.
“Presiden klub telah bertekad untuk melanjutkan investasi sehingga kita bisa memperkuat skuat dan meneruskan proyek. Kami akan membuat pertimbangan,” tandasnya. (bbs/jpnn)

Artikel Terkait

Die Werkself Lolos dengan Agregat 4-1

Sevilla ke Perempat Final Liga Europa

Bayern Munchen di Atas Angin

The Red Devils Lolos Mudah

Nerazzurri ke 8 Besar Liga Europa

Terpopuler

Artikel Terbaru

/