INDONESIA vs TURKMENISTAN
JAKARTA – Kemenangan 4-3 atas Turkmenistan menjadi pelajaran berharga bagi timnas Indonesia. Memang hasil itu mengantarkan skuad Merah Putih ke putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2010 Zona Asia. Namun, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan oleh pelatih Wim Rijsbergen sebelum mengarungi persaingan yang lebih ketat.
PR paling mencolok yang harus segera dituntaskan berkaitan dengan masalah stamina pemain. Firman Utina dkk belum mampu bermain dengan tenaga penuh selama 90 menit. Hal itu terlihat saat mereka meladeni Turkmenistan di Gelora Bung Karno, Jakarta, tadi malam.
Karena stamina penggawa timnas drop, Turkmenistan dengan mudah berhasil menceploskan dua gol pada menit ke-83 dan ke-86 lewat Berdy Shamuradov dan Gahrymanberdy. Padahal, saat itu Turkmenistan tinggal bermain dengan sepuluh orang setelah Bahtiyar Hojaahmedov dihukum kartu merah pada menit ke-78.
Jika satu gol lagi bisa dicetak tim tamu, Indonesia harus gigit jari. Sebab, dengan skor 4-4, Turkmenistan yang berhak lolos ke putaran ketiga karena unggul dalam gol away. Pada laga pertama di Ashgabat 23 Juli lalu, kedua tim bermain imbang 1-1.
Dalam konferensi pers setelah pertandingan, pelatih timnas Wim Rijsbergen mengakui bahwa pasukannya kehilangan konsentrasi, terutama pada menit-menit akhir. Itulah yang membuat gawang Ferry Rotinsulu kebobolan dua gol hanya dalam kurun waktu tiga menit.
“Itu terjadi karena stamina pemain belum maksimal. Stamina yang tidak bagus membuat konsentrasi bermain buyar. Itulah yang terjadi sehingga Turkmenistan berhasil mencetak dua gol dengan mudah,” tutur Rijsbergen.
Mantan pemain timnas Belanda tersebut menyatakan, stamina buruk akan menjadi garapan utamanya sebelum tim berlaga di babak penyisihan grup Zona Asia yang akan dimulai pada 2 September mendatang. “Dari sini, kami akan mencoba untuk terus meningkatkan performa tim. Stamina pemain harus ditingkatkan lagi karena babak berikutnya pasti lebih sulit,” tegasnya.
Rijsbergen menyatakan akan segera evaluasi. Mulai segi stamina pemain hingga strategi dalam pertandingan. “Kami akan pelajari video pertandingan untuk kemudian melakukan perbaikan-perbaikan,” terang pemain timnas Belanda pada final Piala Dunia 1974 dan 1978 itu.
Terlepas dari banyaknya catatan, kesuksesan timnas layak diapresiasi. Wakil Ketua Umum PSSI Farid Rahman sangat senang dengan capaian ini. “Waswas juga melihat pertandingan tadi. Tapi, itu hasil yang sangat memuaskan melihat persiapan kita yang minim,” katanya. (ali/c11/ca/jpnn)
Riedl Masih Rindu Timnas
Meski tak lagi dipercaya menukangi Timnas Indonesia, Alfred Riedl tampaknya masih mencurahkan perhatiannya kepada Firman Utina dkk. Buktinya gafter asal Austria itu mengaku bakal merindukan suasana kebersamaan di timnas.
Awalnya sempat dikabarkan Riedl akan melanjutkan karier di negeri Indonesia. Sejumlah klub top kabarnya ingin meminang pria yang semasa bermain bertugas sebagai penyerang ini.
Riedl mengatakan hal itu saat ditemui wartawan usai mengadakan pertemuan dengan beberapa pengurus teras PSSI di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta, Kamis (28/7) kemarin. Kehadirannya ke sana tak lain untuk membahas soal pemutusan kontraknya. “Tentu saja saya merindukan atmosfer timnas, karena saya sudah cukup lama bersama mereka, dan sekarang saya bukan lagi bagian dari mereka,” tutur pria Austria berusia 61 tahun itu.
Saat ditanya, apakah berminat untuk tetap bekerja di Indonesia dengan melatih klub lokal, ia menampik. “Saya tidak akan melatih klub di Indonesia karena situasinya kurang tepat untuk melatih klub di sini.” Riedl juga masih sempat memberi dukungan moral kepada tim yang pernah ia asuh selama kurang lebih satu tahun itu agar tetap kompak. (net/jpnn)