Chelsea vs Atletico Madrid
MONACO-Stade Louis II Monaco pernah menjadi saksi bisu kala Chelsea kali pertama memenangi Piala Super Eropa. Itu terjadi pada 1988. The Blues (sebutan Chelsea) dibawah kendali Gianluca Vialli mengalahkan Real Madrid 1-0 via gol semata wayang Gustavo Poyet.
Nah, 14 tahun berselang, Chelsea kembali tampil di Louis II di ajang yang sama. Lawannya adalah klub sekota Real, Atletico Madrid. Seperti Chelsea, Atletico juga memburu gelar keduanya di Piala Super Eropa setelah mengalahkan Inter Milan dua gol tanpa balas di edisi 2010.
Bagi Chelsea, kembali meraih victory di Louis II bakal menjadi momen historis tersendiri. Sebab, tahun ini adalah kali terakhir Louis II rutin menggelar ajang yang mempertemukan jawara Liga Champions kontra jawara Europa League tersebut.
Tahun depan (2013), venue pindah ke Eden Stadium di Praha, Republik Ceko. Lalu, Cardiff City mendapat giliran tahun berikutnya (2014), dan Mikheil Meskhi di Georgia di edisi 2015.
Pelatih Chelsea Roberto Di Matteo pun berpeluang mencatatkan namanya dalam tinta sejarah Piala Super Eropa. 14 tahun lalu, Di Matteo masih berstatus sebagai gelandang Chelsea. “Tentu saja, akan menjadi sesuatu yang sangat indah memenangi trofi ini dengan situasi yang berbeda, tapi di klub yang sama,” kata Di Matteo seperti dilansir Sky Sports.
Berbeda dengan era Di Matteo 14 tahun lalu, Chelsea tahun ini lebih difavoritkan. Absennya kapten tim John Terry karena menjalani skors, sepertinya, tidak akan terlalu berpengaruh. Itu mengingat Chelsea telah menjadi satu kesatuan yang solid sebagaimana terlihat di start Premier League musim ini.
Tiga laga disapu bersih dan memunculkan kombinasi dahsyat pada diri bintang muda Eden Hazard dan striker yang sudah kembali terbang tinggi, Fernando Torres. El Nino (sebutan Torres) juga bakal diliputi motivasi ekstra mengingat Atletico merupakan klub di awal karirnya sekaligus yang membesarkan namanya.
“Secara personal, ini pertandingan yang sulit karena mendengar yel-yel atau nyanyian di tribun bisa membangkitkan sisi emosional. Saya mungkin akan merasa terisolasi di dalam stadion,” kata Torres seperti dikutip AS. “Secara tim, Atletico juga tetap tim yang tangguh. Mereka memiliki pemain bagus seperti (Radamel) Falcao dan pelatih muda yang lapar gelar (Diego Simeone, Red),” sambung pemain yang pernah membawa Atletico memenangi Segunda Division musim 2001-2002 tersebut.
Atletico juga punya nilai plus lainnya. Sejarah mencatat, sejak Piala Super Eropa menggunakan format single match, juara Liga Champions lebih sering kalah dari juara Europa League (maupun saat masih bernama Piala UEFA). Yakni, delapan kali kalah dari 14 pertemuan. (dns/jpnn)