MARKETING SERIES (80)
Memasuki usia 65 tahun pada 18 November 2012, saya sadar betul bahwa getting older is easy, tapi membangun karakter tidak gampang. Pada 1 Mei 2010 saya meluncurkan buku Grow with Character di Surabaya bersama Menteri BUMN Dahlan Iskan yang waktu itu menjabat Dirut PLN. Tekadnya bulat, yaitu menegakkan enam pilar karakter: trustworthiness, respect, responsibility, fair, care, dan citizenship.
Karena itu, tiap tahun tema kampanye internal MarkPlus diganti dari satu karakter ke karakter lain. Pada 2010 kampanye trust mengambil warna biru karena trust is true blue. Pada 2011 kampanye respect digulirkan dengan warna emas: respect is the golden rule. Nah, pada 2012 berlangsung kampanye responsible dengan warna hijau karena hijau adalah simbol responsibility.
Pada 2013-2015 berlanjut dengan fair, care, dan citizenship. Fair berwarna oranye karena orange sharing is fairness. Care menggunakan warna merah hati karena red cross is caring. Dan citizen memakai warna ungu karena purple heart is the good citizens medal.
Dalam menulis e-mail internal hingga speech di forum apa pun, saya usahakan menyinggung hal itu. Pelanggaran terhadap hal itu akan mendapat peringatan keras. Dan pada akhir tahun, ada awarding untuk para champion di MarkPlus Inc.
Di MarkPlus Inc saya tentu saja harus menjadi role model. Tetapi, saya selalu ingatkan bahwa mustahil saya bisa mendapatkan angka sepuluh untuk enam karakter itu. Pada MarkPlus Annual Gathering atau MAG akhir tahun lalu, saya mencoba untuk memberikan penilaian pada diri saya sendiri. Nilai yang saya dapat: 8 untuk trustworthiness, 6 untuk respect, 9 untuk responsibility, 8 untuk fairness, 7 untuk care, dan 8 untuk citizenship.
Kata teori, pembentukan karakter pertama sampai kelima paling bagus dilakukan sejak usia empat tahun sampai 14 tahun. Berselang dua tahun untuk tiap karakter. Dengan demikian, sesudah berusia 14 tahun, seseorang siap jadi citizen yang baik.
Baru sadar setelah berusia enam puluh dua tahun seperti saya tentu tidak mudah. Dalam dua tahun pertama, saya merasa lebih berhasil meningkatkan trustworthiness ketimbang respect.
Angka respect saya rendah, yaitu enam, karena saya masih marah pada staf di depan staf lain, selip dalam menggunakan kata-kata yang kurang tepat di kantor, susah menghargai orang yang kurang smart, dan menggampangkan tata krama.
Saya harus belajar bagaimana bisa lebih sabar, menahan diri, dan menghargai orang lain secara proporsional. Tahun ini, sesuai dengan tema kampanye responsibility, saya berusaha kuat untuk mempertahankan baseline saya.
Saya, rasanya, nyaris tidak pernah lari dari tanggung jawab. Di tahun-tahun berikutnya, saya berharap bisa meningkatkan skor saya sendiri. Saya mengakui, barangkali saya tidak pernah bisa jadi salah satu dari a few good gentleman. Tetapi, saya selalu berupaya untuk getting older and growing with better character.
Bagaimana pendapat Anda? (*)