28 C
Medan
Sunday, November 24, 2024
spot_img

Ketika Goliath Butuh David

Mengapa Facebook membeli Instagram? Tentu saja karena Instagram punya keunikan dan keunggulan. Berbeda dengan Facebook yang begitu kompleks, Instagram termasuk sangat sederhana dan gampang dipakai. Dulu hanya penggemar fotografi yang suka Instagram. Mereka, para penggemar karya foto itu, bisa mengunggah hasil karya masing-masing agar bisa dinikmati orang lain.

Orang yang memuji karya itu akan memberikan ikon jempol pertanda suka. Selain itu, juga bisa memberikan komentar. Dengan demikian, yang mengunggah jadi tahu karya yang mana yang banyak disukai, termasuk komentar-komentarnya.
Belakangan, orang mulai memanfaatkan kolom comment untuk menawarkan sesuatu. Terutama pada foto yang banyak di-like. Dengan demikian, ada kemungkinan tawarannya bisa dilihat orang lain.

Yang menarik, Instagram juga punya fitur hashtag. Tiap kali meng-upload foto, orang bisa menaruh berbagai hashtag yang relevan dengan fotonya. Secara otomatis, foto itu akan dikelompokkan dengan foto-foto lain yang hashtag-nya sama.
Instagram juga memberikan kesempatan kepada para penggunanya untuk memprivatkan foto-fotonya. Artinya, foto-foto itu tidak untuk umum, tapi hanya untuk orang-orang tertentu yang sudah diberi izin masuk untuk melihat.
Instagram juga bisa menyetop semua kegiatan yang bersifat abusive. Keunikan itulah yang membuat Instagram dibeli Facebook.

Sekarang tinggal bagaimana Facebook bisa memanfaatkan kontrol penuh atas Instagram sehingga terjadi penguangan. Sebab, kreativitas dan inovasi di dunia internet memang tidak terbatas.
Ketika Twitter sukses, orang berdecak karena dianggap bisa tetap kreatif sesudah Facebook sangat sukses. Tentang Instagram, paling tidak ada tiga hal yang membuat inovasinya menjadi mahal.
Pertama, gambar lebih bisa bicara dan bermakna. Di Facebook, orang banyak bercerita dengan kata-kata. Di Instagram, orang hanya bicara dengan gambar-gambar.

Kedua, simplicity is worth more than complexity. Di Instagram, semuanya lebih sederhana. Karena itu, biaya infrastruktur pun lebih ringan. Sedang Facebook membutuhkan biaya tinggi untuk melayani segala macam kompleksitas yang ada.
Ketiga, di Instagram punya pilihan: go public or private” Di Facebook, semuanya go private. Untuk masuk ke akun seseorang, harus ada acceptance. Sedang di Instagram, semuanya bersifat publik dulu. Baru kemudian diprivatisasi.
Itulah yang menyebabkan Goliath seperti Facebook pun tetap butuh akan David seperti Instagram.
Bagaimana pendapat Anda? (*)

Mengapa Facebook membeli Instagram? Tentu saja karena Instagram punya keunikan dan keunggulan. Berbeda dengan Facebook yang begitu kompleks, Instagram termasuk sangat sederhana dan gampang dipakai. Dulu hanya penggemar fotografi yang suka Instagram. Mereka, para penggemar karya foto itu, bisa mengunggah hasil karya masing-masing agar bisa dinikmati orang lain.

Orang yang memuji karya itu akan memberikan ikon jempol pertanda suka. Selain itu, juga bisa memberikan komentar. Dengan demikian, yang mengunggah jadi tahu karya yang mana yang banyak disukai, termasuk komentar-komentarnya.
Belakangan, orang mulai memanfaatkan kolom comment untuk menawarkan sesuatu. Terutama pada foto yang banyak di-like. Dengan demikian, ada kemungkinan tawarannya bisa dilihat orang lain.

Yang menarik, Instagram juga punya fitur hashtag. Tiap kali meng-upload foto, orang bisa menaruh berbagai hashtag yang relevan dengan fotonya. Secara otomatis, foto itu akan dikelompokkan dengan foto-foto lain yang hashtag-nya sama.
Instagram juga memberikan kesempatan kepada para penggunanya untuk memprivatkan foto-fotonya. Artinya, foto-foto itu tidak untuk umum, tapi hanya untuk orang-orang tertentu yang sudah diberi izin masuk untuk melihat.
Instagram juga bisa menyetop semua kegiatan yang bersifat abusive. Keunikan itulah yang membuat Instagram dibeli Facebook.

Sekarang tinggal bagaimana Facebook bisa memanfaatkan kontrol penuh atas Instagram sehingga terjadi penguangan. Sebab, kreativitas dan inovasi di dunia internet memang tidak terbatas.
Ketika Twitter sukses, orang berdecak karena dianggap bisa tetap kreatif sesudah Facebook sangat sukses. Tentang Instagram, paling tidak ada tiga hal yang membuat inovasinya menjadi mahal.
Pertama, gambar lebih bisa bicara dan bermakna. Di Facebook, orang banyak bercerita dengan kata-kata. Di Instagram, orang hanya bicara dengan gambar-gambar.

Kedua, simplicity is worth more than complexity. Di Instagram, semuanya lebih sederhana. Karena itu, biaya infrastruktur pun lebih ringan. Sedang Facebook membutuhkan biaya tinggi untuk melayani segala macam kompleksitas yang ada.
Ketiga, di Instagram punya pilihan: go public or private” Di Facebook, semuanya go private. Untuk masuk ke akun seseorang, harus ada acceptance. Sedang di Instagram, semuanya bersifat publik dulu. Baru kemudian diprivatisasi.
Itulah yang menyebabkan Goliath seperti Facebook pun tetap butuh akan David seperti Instagram.
Bagaimana pendapat Anda? (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/