25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Empat Pelanggan Masa Depan

MARKETING SERIES (92)

Saya senang dan sering ngobrol dengan Direktur Teknologi PT Telkom Indonesia Indra Utoyo. Dia selalu memberi view tentang lanskap masa depan akibat perubahan teknologi telekomunikasi. “Nanti akan ada empat tipe pelanggan untuk Telkom,” katanya.

Pertama, produknya smart mobility yang pelanggannya para pemegang ponsel. Alamatnya adalah nomor mobile-nya. Ganti gadget tak jadi soal. Bahkan, ganti operator pun, nomor bisa tetapn
Lewat nomor tersebut sebagai connector, Telkom bisa memberikan smart mobility, sebuah paket yang bukan hanya produk untuk pelanggannya yang mobile. Karena terjadi conversation berkesinambungan, Telkom jadi tahu apa yang benar-benar dibutuhkan pelanggan.

Kedua, produknya adalah smart home, di mana pelanggannya adalah rumah tangga. Kata Indra Utoyo, inilah kerajaan terkecil di dunia. Penghuninya bisa satu sampai banyak orang, bergantung seberapa besar keluarga atau extended family-nya.
Semua penghuni bisa diberi smart home package lewat nomor telepon rumah dalam bentuk IPTV atau pay TV. Bisa dijangkau lewat kabel fiber optic atau fixed wireless. Dengan demikian, alamat rumah dan zip code jadi penting. Sebab, paket yang ditawarkan bisa dibikin berdasar zona geografis. Dari conversation lewat akses nomor telepon rumah itu, Telkom akan mengetahui paket yang makin tepat bagi para penghuni rumah.

Ketiga, smart solution bagi kantor-kantor. Berbeda dengan rumah, kebutuhan kantor biasanya memerlukan paket yang lebih canggih untuk para penghuninya. Urusan kantor juga membutuhkan kecepatan lebih tinggi dan storage lebih besar. Semuanya juga harus jauh lebih reliable.

Di sini connector-nya, lebih fixed sifatnya dan harus bisa terkoneksi terus dengan cloud. Server kantor dan router jadi dapur yang melayani berbagai lalu lintas percakapan. Dengan melakukan hal itu secara intensif, kualitas smart solution akan lebih baik.

Keempat, smart machine yang pelanggannya bukan manusia.  Nanti setiap peralatan rumah yang sering disebut sebagai white goods akan terhubung dengan internet. Semua peralatan itu punya IP (internet protocol). Karena itu unik, tidak ada yang sama.

Sebuah smart refrigerator, misalnya, sudah otomatis terhubung dengan komputer supermarket. Dengan demikian, ketika ia mengetahui bahwa buah-buahan atau makanan menjelang habis, ia otomatis akan kirim order. Begitu juga sebuah smart toilet yang peralatannya terhubung dengan laboratorium cek darah. Data dari setiap kencing dan tinja pemakainya langsung diambil dan dikirim ke laboratorium untuk dianalisis. Dan lab tersebut bisa otomatis pula mengirimkan hasil analisisnya ke e-mail pemakainya.

Sekali lagi, dari smart conversation antarmesin itu, pelayanan pun bisa lebih kena sasaran. Dan seperti sudah saya jelaskan tadi, conversation akan memacu terjadinya transaksi jual-beli. Jadi, itulah channel yang tercipta lewat sebuah aktivasi.
Lebih hebat lagi kalau di situ lantas bisa nimbrung orang lain sekomunitas yang bisa jadi pembanding, referensi, atau sekadar komentator. Jadilah yang saya namai communal activation.
Semoga bisa mengambil inspirasi dari Telkom untuk bisnis Anda sendiri dalam mengantisipasi masa depan.
Bagaimana pendapat Anda? (*)

MARKETING SERIES (92)

Saya senang dan sering ngobrol dengan Direktur Teknologi PT Telkom Indonesia Indra Utoyo. Dia selalu memberi view tentang lanskap masa depan akibat perubahan teknologi telekomunikasi. “Nanti akan ada empat tipe pelanggan untuk Telkom,” katanya.

Pertama, produknya smart mobility yang pelanggannya para pemegang ponsel. Alamatnya adalah nomor mobile-nya. Ganti gadget tak jadi soal. Bahkan, ganti operator pun, nomor bisa tetapn
Lewat nomor tersebut sebagai connector, Telkom bisa memberikan smart mobility, sebuah paket yang bukan hanya produk untuk pelanggannya yang mobile. Karena terjadi conversation berkesinambungan, Telkom jadi tahu apa yang benar-benar dibutuhkan pelanggan.

Kedua, produknya adalah smart home, di mana pelanggannya adalah rumah tangga. Kata Indra Utoyo, inilah kerajaan terkecil di dunia. Penghuninya bisa satu sampai banyak orang, bergantung seberapa besar keluarga atau extended family-nya.
Semua penghuni bisa diberi smart home package lewat nomor telepon rumah dalam bentuk IPTV atau pay TV. Bisa dijangkau lewat kabel fiber optic atau fixed wireless. Dengan demikian, alamat rumah dan zip code jadi penting. Sebab, paket yang ditawarkan bisa dibikin berdasar zona geografis. Dari conversation lewat akses nomor telepon rumah itu, Telkom akan mengetahui paket yang makin tepat bagi para penghuni rumah.

Ketiga, smart solution bagi kantor-kantor. Berbeda dengan rumah, kebutuhan kantor biasanya memerlukan paket yang lebih canggih untuk para penghuninya. Urusan kantor juga membutuhkan kecepatan lebih tinggi dan storage lebih besar. Semuanya juga harus jauh lebih reliable.

Di sini connector-nya, lebih fixed sifatnya dan harus bisa terkoneksi terus dengan cloud. Server kantor dan router jadi dapur yang melayani berbagai lalu lintas percakapan. Dengan melakukan hal itu secara intensif, kualitas smart solution akan lebih baik.

Keempat, smart machine yang pelanggannya bukan manusia.  Nanti setiap peralatan rumah yang sering disebut sebagai white goods akan terhubung dengan internet. Semua peralatan itu punya IP (internet protocol). Karena itu unik, tidak ada yang sama.

Sebuah smart refrigerator, misalnya, sudah otomatis terhubung dengan komputer supermarket. Dengan demikian, ketika ia mengetahui bahwa buah-buahan atau makanan menjelang habis, ia otomatis akan kirim order. Begitu juga sebuah smart toilet yang peralatannya terhubung dengan laboratorium cek darah. Data dari setiap kencing dan tinja pemakainya langsung diambil dan dikirim ke laboratorium untuk dianalisis. Dan lab tersebut bisa otomatis pula mengirimkan hasil analisisnya ke e-mail pemakainya.

Sekali lagi, dari smart conversation antarmesin itu, pelayanan pun bisa lebih kena sasaran. Dan seperti sudah saya jelaskan tadi, conversation akan memacu terjadinya transaksi jual-beli. Jadi, itulah channel yang tercipta lewat sebuah aktivasi.
Lebih hebat lagi kalau di situ lantas bisa nimbrung orang lain sekomunitas yang bisa jadi pembanding, referensi, atau sekadar komentator. Jadilah yang saya namai communal activation.
Semoga bisa mengambil inspirasi dari Telkom untuk bisnis Anda sendiri dalam mengantisipasi masa depan.
Bagaimana pendapat Anda? (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/