26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Menunggu Indonesia Baru

MARKETING SERIES (94)

“Tidak peduli apakah Anda berkulit hitam atau putih atau Hispanik atau keturunan Asia atau suku asli Amerika, muda atau tua, kaya atau miskin, sehat ataupun cacat, gay atau tidak, Anda bisa berhasil di sini jika Anda mau bekerja keras!”

Itulah salah satu nukilan dari pidato kemenangan Obama di McCormick Place, Chicago, pada 7 November dini hari. Bukan hanya menggelegar di Chicago dan Amerika, tapi juga ke seluruh dunia dan jagat raya.

Obama memosisikan Amerika Serikat sebagai sebuah negara yang inklusif dan bukan eksklusif. Dalam pidato itu, Obama juga kembali mengingatkan akan gagasan dasar para pendiri Amerika Serikat tentang kesetaraan dan kesempatan yang sama bagi siapa pun. Inilah horizontal dan bukan vertikal.

Dan sampai hari terakhir pun, di Apps Obama 2012, saya salah satu follower-nya, Obama pun berterima kasih sekaligus berpamitan apa pun yang terjadi.
Obama juga menggunakan Twitter ketika kali pertama mengucapkan terima kasihnya. Bahkan, Duta Besar Indonesia di Amerika Serikat Dino Patti Djalal pun memakai Twitter untuk mengucapkan selamat kali pertama. Berarti Obama memang ingin orang Amerika bisa jadi manusia sosial, bukan individual, mengingat dia begitu intensif menggunakan media sosial.
Pesan spesial Obama dari Amerika untuk dunia ini memang akan jadi inspirasi dunia. Kita di sini mestinya ikut bangga bukan hanya karena Obama pernah tinggal di Indonesia selama empat tahun. Kalau Amerika baru dimulai oleh Obama pada 2008 dan dipertegas di tahun 2012, Jakarta baru dimulai oleh Jokowi-Ahok di tahun ini pula.

Mestinya, mereka juga berseru apakah Anda berkulit sawo matang atau kuning, berambut lurus atau keriting, bermata sipit atau tidak, berasal dari suku Betawi atau lainnya, beragama atau beraliran apa pun, tinggal di pinggir kali atau apartemen, di kampung atau perumahan mewah, Anda bisa berhasil di Jakarta jika Anda mau bekerja keras. Itulah inklusivitas Jakarta.

Jokowi diharapkan akan terus blusukan di kampung-kampung. Sedang Ahok blusukan di kantor-kantor supaya terjadi horizontalisasi eksternal dan internal. Selain itu, mudah-mudahan rencana transparansi penggunaan APBD lewat media sosial dan internet akan berjalan terus. Sebab, masyarakat Jakarta jadi makin sosial dan bukan makin individual.

Nah, bagaimana dengan Indonesia baru? Sehabis suatu acara BUMN Marketeers Club di Hutama Karya di Jakarta, saya pernah ditanya tentang itu oleh wartawan detik.com. Saya langsung saja katakan, apa yang dilakukan Dahlan Iskan saat ini lewat BUMN memang bergaya inklusif, horizontal, dan sosial.
Tapi, ketika dia bertanya lagi tentang pendapat saya akan peluang Dahlan Iskan pada 2014, jawaban saya menirukan Dahlan Iskan. “Itu semuanya tergantung Tuhan!” kata saya.

Saya berkali-kali menjelaskan di pertemuan BUMN Marketeers Club, baik di Jakarta maupun kota lain, bahwa yang dilakukan Dahlan sekarang ini bukan cari sensasi. Tapi, memang begitu itu beliau sejak saya kenal secara pribadi lebih dari dua puluh tahun yang lalu.
Saya percaya bahwa Obama dan Jokowi juga begitu adanya. Tidak dibuat-buat. Selalu konsisten dan berkarakter. Jadi, sesudah Amerika baru sejak 2008 dan dipertegas di tahun 2012, BUMN baru sejak tahun 2011, serta Jakarta baru sejak tahun 2012, sekarang kita menunggu Indonesia baru di 2014.
Bagaimana pendapat Anda? (*)

MARKETING SERIES (94)

“Tidak peduli apakah Anda berkulit hitam atau putih atau Hispanik atau keturunan Asia atau suku asli Amerika, muda atau tua, kaya atau miskin, sehat ataupun cacat, gay atau tidak, Anda bisa berhasil di sini jika Anda mau bekerja keras!”

Itulah salah satu nukilan dari pidato kemenangan Obama di McCormick Place, Chicago, pada 7 November dini hari. Bukan hanya menggelegar di Chicago dan Amerika, tapi juga ke seluruh dunia dan jagat raya.

Obama memosisikan Amerika Serikat sebagai sebuah negara yang inklusif dan bukan eksklusif. Dalam pidato itu, Obama juga kembali mengingatkan akan gagasan dasar para pendiri Amerika Serikat tentang kesetaraan dan kesempatan yang sama bagi siapa pun. Inilah horizontal dan bukan vertikal.

Dan sampai hari terakhir pun, di Apps Obama 2012, saya salah satu follower-nya, Obama pun berterima kasih sekaligus berpamitan apa pun yang terjadi.
Obama juga menggunakan Twitter ketika kali pertama mengucapkan terima kasihnya. Bahkan, Duta Besar Indonesia di Amerika Serikat Dino Patti Djalal pun memakai Twitter untuk mengucapkan selamat kali pertama. Berarti Obama memang ingin orang Amerika bisa jadi manusia sosial, bukan individual, mengingat dia begitu intensif menggunakan media sosial.
Pesan spesial Obama dari Amerika untuk dunia ini memang akan jadi inspirasi dunia. Kita di sini mestinya ikut bangga bukan hanya karena Obama pernah tinggal di Indonesia selama empat tahun. Kalau Amerika baru dimulai oleh Obama pada 2008 dan dipertegas di tahun 2012, Jakarta baru dimulai oleh Jokowi-Ahok di tahun ini pula.

Mestinya, mereka juga berseru apakah Anda berkulit sawo matang atau kuning, berambut lurus atau keriting, bermata sipit atau tidak, berasal dari suku Betawi atau lainnya, beragama atau beraliran apa pun, tinggal di pinggir kali atau apartemen, di kampung atau perumahan mewah, Anda bisa berhasil di Jakarta jika Anda mau bekerja keras. Itulah inklusivitas Jakarta.

Jokowi diharapkan akan terus blusukan di kampung-kampung. Sedang Ahok blusukan di kantor-kantor supaya terjadi horizontalisasi eksternal dan internal. Selain itu, mudah-mudahan rencana transparansi penggunaan APBD lewat media sosial dan internet akan berjalan terus. Sebab, masyarakat Jakarta jadi makin sosial dan bukan makin individual.

Nah, bagaimana dengan Indonesia baru? Sehabis suatu acara BUMN Marketeers Club di Hutama Karya di Jakarta, saya pernah ditanya tentang itu oleh wartawan detik.com. Saya langsung saja katakan, apa yang dilakukan Dahlan Iskan saat ini lewat BUMN memang bergaya inklusif, horizontal, dan sosial.
Tapi, ketika dia bertanya lagi tentang pendapat saya akan peluang Dahlan Iskan pada 2014, jawaban saya menirukan Dahlan Iskan. “Itu semuanya tergantung Tuhan!” kata saya.

Saya berkali-kali menjelaskan di pertemuan BUMN Marketeers Club, baik di Jakarta maupun kota lain, bahwa yang dilakukan Dahlan sekarang ini bukan cari sensasi. Tapi, memang begitu itu beliau sejak saya kenal secara pribadi lebih dari dua puluh tahun yang lalu.
Saya percaya bahwa Obama dan Jokowi juga begitu adanya. Tidak dibuat-buat. Selalu konsisten dan berkarakter. Jadi, sesudah Amerika baru sejak 2008 dan dipertegas di tahun 2012, BUMN baru sejak tahun 2011, serta Jakarta baru sejak tahun 2012, sekarang kita menunggu Indonesia baru di 2014.
Bagaimana pendapat Anda? (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/