26.7 C
Medan
Sunday, June 2, 2024

Pelantikan, Banjir Ucapan Selamat

Modal Politik Bonaran-Sukran (1)

Catatan: Sutomo Samsu

Prosesi pelantikan Bonaran Situmeang-Sukran Tanjung sebagai bupati-wakil bupati Tapteng pada 9 Agustus 2011 lalu merupakan ajang yang mempertontonkan betapa besar modal politik yang sudah digenggam pasangan tersebut.
Semua lawan politik Bonaran-Sukran sudah pasti ciut nyali menghadapi tumpah ruah dukungan yang mengalir dari aras elit maupun massa akar rumput.

Mari kita sisir lagi, siapa saja yang menjadi bagian dari tumpukan modal politik Bonaran-Sukran. Pertama, begitu memasuki seluruh ruas jalan menuju lokasi pelantikan, entah berapa ribu karangan bunga ucapan selamat berderet. Persis di samping pintu masuk gedung, ada ucapan dari Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutanto. Wajar jika ada karangan dari DPP Partai Golkar, PDI Perjuangan, atau pun Hanura karena mereka adalah partai pengusung.

Yang mesti dimaknai sarat dengan urusan politik adalah ucapan selamat dari Partai Demokrat. Juga dari kalangan pejabat di Pemkab Tapteng, para pengacara ternama yang berkiprah di Jakarta, kelompok pemuda, dan elemen masyarakat. Dari pengalaman penulis yang kerap menghadiri acara pelantikan gubernur dan bupati/wali kota di sejumlah daerah, pelantikan Bonaran-Sukran paling fantastis. Karangan bunga selamat dari Tuani Lumbantobing di ujung jalan, juga sesuatu yang menarik untuk dicermati.

Kedua, kehadiran Wakil Ketum DPP Partai Demokrat Jhonny Allen Marbun, bersama Ketua DPP Demokrat Ruhut Sitompul, serta anggota DPR dari PD, Jhonny Buyung Saragih, sedikit banyak punya pengaruh bagi para anggota DPRD Tapteng asal partai penguasa itu. Begitu kencangnya perlawanan politik jelang dan saat pemilukada yang disajikan Dina Riana Samosir, istri Ketua DPC Demokrat Tapteng Tuani Lumbantobing, bisa jadi ke depan nanti tinggal bekas. Anggota dewan dari PD bakal sungkan merecoki Bonaran-Sukran. Bonaran-Sukran mengakumulasi kepercayaan diri yang melimpah.

Ketiga, membanjirnya duku ngan massa akar rumput ke lokasi pelantikan dengan ratusan truk ataupun angkutan umum, melengkapi modal politik Bonaran-Sukran. Ingat, bahwa massa merupakan hal penting dalam pergulatan politik. Perolehan suara pasangan BOSUR sebesar 62,10 persen, bisa jadi, memang berasal dari suara pemilih fanatik. Jika sekadarnya, barangkali mereka tak sudi berpanas-panasan di hari pelantikan. (Bersambung)

Dukungan Melimpah, Mau Diapakan?

Dengan modal politik yang besar itulah, penulis tidak kaget jika dalam hitungan hari Bonaran-Sukran berani menggeser jabatan Kadis PKAD, Kepala BKD, dan Kabag Humas Pemkab Tapteng. Bisa jadi, tidak lama lagi akan ada pencopotan-pencopotan jabatan lagi. Tepatkah langkah progresif Bonaran-Sukran itu?

Jika langkah pencopotan itu didasari keinginan untuk ‘lari cepat’ untuk membangun Tapteng, seperti dijanjikan Bonaran sebelum dilantik, itu sah-sah saja. Barangkali, Bonaran-Sukran ingin ‘larinya’ bisa diikuti jajaran pejabat Tapteng lainnya, yang diyakini punya visi dan misi yang sama dengannya.

Sebaliknya, jika ternyata pencopotan-pencopotan hanya semata bagian dari penyingkiran orang-orang yang sekubu dengan Tuani saat pemilukada, modal politik yang sudah digenggam bakal cepat menipis. Indikasi yang gampang dilihat rakyat adalah, jika pergantian jabatan tidak diikuti dengan kinerja yang profesional, pembangunan tetap ngadat, maka sesungguhnya pemilukada hanya momen memindahkan kekuasaan belaka, dari sekelompok elit ke kelompok elit lainnya. Jika itu nanti yang terjadi, ribuan rakyat akan menyesali diri menghadiri prosesi pengalihan kekuasaan, 9 Agustus 2011 lalu.

Dampak ikutannya, jika rakyat bawah meninggalkan dukungan, maka para elit politik akan mengikuti jejak itu. Yakinlah, Jhonny Allen yang terkenal jago merekrut kader andalan untuk digaet ke Partai Demokrat, sudah pasti melirik Bonaran untuk bergabung. Jhonny Allen yang datang ke pelantikan dengan pesawat carteran dari Medan, tidak akan menyia-nyiakan afiliasi politik Bonaran yang hingga kini masih ngambang. Begitu juga dengan Akbar Tanjung, yang sejak awal punya peran besar bagi pencalonan Bonaran-Sukran, naluri politiknya sudah pasti juga ingin menarik Bonaran masuk ke bawah rindangnya Pohon Beringin. Tapi, jika Bonaran salah langkah hingga mengecewakan rakyat Tapteng, Allen dan Akbar bisa langsung berubah pikiran.

Bonaran, mestinya, tetap bertahan dengan status politiknya sekarang ini. Tidak langsung loncat ke Demokrat, atau pun Golkar. Karena, memilih salah satunya bakal beresiko mengecewakan Akbar atau mengecewakan Allen. Di Tapteng pengaruh Akbar kuat, di dewan Tapteng kekuatan Demokrat dominan. Jika Bonaran lihai memenej posisinya yang dilirik Demokrat dan Golkar, maka pengaruhnya bakal tambah besar. Cukup dia di tengah, sehingga bisa leluasa memainkan bargaining politik.

Bonaran, yang belum banyak berpencak-silat di panggung politik, harus mulai mengasah kepekaan dampak dari setiap kebijakan yang diambil. Pemutasian sejumlah jabatan adalah langkah pertamanya membelanjakan modal politik. Jika itu memuaskan rakyat, modal politik itu akan bertambah. Jika sebaliknya, ya menyusut. Apabila Bonaran boros meneken SK-SK mutasi, rakyat yang akan langsung mengevaluasi. (soetomo samsu)

Modal Politik Bonaran-Sukran (1)

Catatan: Sutomo Samsu

Prosesi pelantikan Bonaran Situmeang-Sukran Tanjung sebagai bupati-wakil bupati Tapteng pada 9 Agustus 2011 lalu merupakan ajang yang mempertontonkan betapa besar modal politik yang sudah digenggam pasangan tersebut.
Semua lawan politik Bonaran-Sukran sudah pasti ciut nyali menghadapi tumpah ruah dukungan yang mengalir dari aras elit maupun massa akar rumput.

Mari kita sisir lagi, siapa saja yang menjadi bagian dari tumpukan modal politik Bonaran-Sukran. Pertama, begitu memasuki seluruh ruas jalan menuju lokasi pelantikan, entah berapa ribu karangan bunga ucapan selamat berderet. Persis di samping pintu masuk gedung, ada ucapan dari Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutanto. Wajar jika ada karangan dari DPP Partai Golkar, PDI Perjuangan, atau pun Hanura karena mereka adalah partai pengusung.

Yang mesti dimaknai sarat dengan urusan politik adalah ucapan selamat dari Partai Demokrat. Juga dari kalangan pejabat di Pemkab Tapteng, para pengacara ternama yang berkiprah di Jakarta, kelompok pemuda, dan elemen masyarakat. Dari pengalaman penulis yang kerap menghadiri acara pelantikan gubernur dan bupati/wali kota di sejumlah daerah, pelantikan Bonaran-Sukran paling fantastis. Karangan bunga selamat dari Tuani Lumbantobing di ujung jalan, juga sesuatu yang menarik untuk dicermati.

Kedua, kehadiran Wakil Ketum DPP Partai Demokrat Jhonny Allen Marbun, bersama Ketua DPP Demokrat Ruhut Sitompul, serta anggota DPR dari PD, Jhonny Buyung Saragih, sedikit banyak punya pengaruh bagi para anggota DPRD Tapteng asal partai penguasa itu. Begitu kencangnya perlawanan politik jelang dan saat pemilukada yang disajikan Dina Riana Samosir, istri Ketua DPC Demokrat Tapteng Tuani Lumbantobing, bisa jadi ke depan nanti tinggal bekas. Anggota dewan dari PD bakal sungkan merecoki Bonaran-Sukran. Bonaran-Sukran mengakumulasi kepercayaan diri yang melimpah.

Ketiga, membanjirnya duku ngan massa akar rumput ke lokasi pelantikan dengan ratusan truk ataupun angkutan umum, melengkapi modal politik Bonaran-Sukran. Ingat, bahwa massa merupakan hal penting dalam pergulatan politik. Perolehan suara pasangan BOSUR sebesar 62,10 persen, bisa jadi, memang berasal dari suara pemilih fanatik. Jika sekadarnya, barangkali mereka tak sudi berpanas-panasan di hari pelantikan. (Bersambung)

Dukungan Melimpah, Mau Diapakan?

Dengan modal politik yang besar itulah, penulis tidak kaget jika dalam hitungan hari Bonaran-Sukran berani menggeser jabatan Kadis PKAD, Kepala BKD, dan Kabag Humas Pemkab Tapteng. Bisa jadi, tidak lama lagi akan ada pencopotan-pencopotan jabatan lagi. Tepatkah langkah progresif Bonaran-Sukran itu?

Jika langkah pencopotan itu didasari keinginan untuk ‘lari cepat’ untuk membangun Tapteng, seperti dijanjikan Bonaran sebelum dilantik, itu sah-sah saja. Barangkali, Bonaran-Sukran ingin ‘larinya’ bisa diikuti jajaran pejabat Tapteng lainnya, yang diyakini punya visi dan misi yang sama dengannya.

Sebaliknya, jika ternyata pencopotan-pencopotan hanya semata bagian dari penyingkiran orang-orang yang sekubu dengan Tuani saat pemilukada, modal politik yang sudah digenggam bakal cepat menipis. Indikasi yang gampang dilihat rakyat adalah, jika pergantian jabatan tidak diikuti dengan kinerja yang profesional, pembangunan tetap ngadat, maka sesungguhnya pemilukada hanya momen memindahkan kekuasaan belaka, dari sekelompok elit ke kelompok elit lainnya. Jika itu nanti yang terjadi, ribuan rakyat akan menyesali diri menghadiri prosesi pengalihan kekuasaan, 9 Agustus 2011 lalu.

Dampak ikutannya, jika rakyat bawah meninggalkan dukungan, maka para elit politik akan mengikuti jejak itu. Yakinlah, Jhonny Allen yang terkenal jago merekrut kader andalan untuk digaet ke Partai Demokrat, sudah pasti melirik Bonaran untuk bergabung. Jhonny Allen yang datang ke pelantikan dengan pesawat carteran dari Medan, tidak akan menyia-nyiakan afiliasi politik Bonaran yang hingga kini masih ngambang. Begitu juga dengan Akbar Tanjung, yang sejak awal punya peran besar bagi pencalonan Bonaran-Sukran, naluri politiknya sudah pasti juga ingin menarik Bonaran masuk ke bawah rindangnya Pohon Beringin. Tapi, jika Bonaran salah langkah hingga mengecewakan rakyat Tapteng, Allen dan Akbar bisa langsung berubah pikiran.

Bonaran, mestinya, tetap bertahan dengan status politiknya sekarang ini. Tidak langsung loncat ke Demokrat, atau pun Golkar. Karena, memilih salah satunya bakal beresiko mengecewakan Akbar atau mengecewakan Allen. Di Tapteng pengaruh Akbar kuat, di dewan Tapteng kekuatan Demokrat dominan. Jika Bonaran lihai memenej posisinya yang dilirik Demokrat dan Golkar, maka pengaruhnya bakal tambah besar. Cukup dia di tengah, sehingga bisa leluasa memainkan bargaining politik.

Bonaran, yang belum banyak berpencak-silat di panggung politik, harus mulai mengasah kepekaan dampak dari setiap kebijakan yang diambil. Pemutasian sejumlah jabatan adalah langkah pertamanya membelanjakan modal politik. Jika itu memuaskan rakyat, modal politik itu akan bertambah. Jika sebaliknya, ya menyusut. Apabila Bonaran boros meneken SK-SK mutasi, rakyat yang akan langsung mengevaluasi. (soetomo samsu)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/