25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Ingat, Isi Komunitas Bukanlah Bisnis

MARKETING SERIES (43)

Kalau Anda sedang memulai suatu bisnis baru, pasti Anda mengalami kesulitan membangun komunitas.
Masuklah ke komunitas orang lain dengan kata kunci: recognition!

Ada empat langkah yang bisa Anda lakukan. Pertama, browsing. Lakukan penjelajahan online dan offline tentang komunitas-komunitas yang ada.
Karena penjelajahan ini adalah tahap pertama, Anda harus melakukannya seintensif mungkin untuk mendapatkan nama sebanyak-banyaknya. Penjelajahan online tentu saja mudah, yaitu dengan mengetikkan kata kunci pada Google, Yahoo!, maupun search engine lain.

Penjelajahan online utamakan pada lokasi Anda atau paling tidak pada market area yang Anda tuju. Jangan pergi terlalu jauh karena akan membuang energi yang tidak perlu. Saat ini hampir semua komunitas offline punya website. Karena itu, mulailah dari online baru ke offline untuk memastikan bahwa komunitas itu memang menarik.

Kedua, searching. Melakukan pencarian bukan hanya penjelajahan. Mencari informasi lebih dalam tentang komunitas-komunitas itu sangat penting. Mengunjungi dan menyapa baik secara online maupun offline penting untuk mendapatkan kesan pertama.

Informasi yang dicari bukan hanya banyaknya anggota, tapi juga info lain tentang demografi, psikografi, maupun perilaku mereka. Apa saja ritual mereka. Siapa pemimpin formal maupun informal. Apa saja yang sudah dilakukan.

Ketiga, setelah mengumpulkan informasi yang cukup banyak, Anda harus menggunakan ketajaman sense Anda. Gunakan bukan hanya lima panca indra, tapi juga sixth sense yang memerlukan ketajaman naluri. Bagi businessperson, radar seperti ini mutlak adanya.

Keempat, ini adalah tahap pengambilan kesimpulan dari analisis kuantitatif dan kualitatif dengan melibatkan intuisi itu. Karena banyak sekali komunitas yang ada, sekarang Anda mesti melakukan pengelompokan komunitas alias clustering. Ada komunitas special interest, komunitas hobi, komunitas ibadah, komunitas brand besar, komunitas saling dukung, dan sebagainya.

Cari saja cluster yang kira-kira cocok dengan Anda, bukan bisnis Anda. Ingat, komunitas itu isinya orang, bukan bisnis. Komunitas bukan asosiasi industri sejenis atau masyarakat konsumen. Karena itu, walaupun tujuannya untuk bisnis, jangan mengelompokkan komunitas hanya berdasar bisnis semata. Tetapi, pemilihan komunitas harus didahului dengan faktor human spirit dulu.

Tujuan empat tahap itu tidak lain supaya mendapatkan recognition. Tetapi, pada mulanya, malah Anda yang harus me-recognise terlebih dulu komunitas mana yang kira-kira harus diperhatikan.

Saya sendiri membatasi diri pada beberapa komunitas karena keterbatasan waktu. Komunitas para konsul di Surabaya karena saya kebetulan juga konsul kehormatan Republik Ceko. Komunitas alumni ITS karena kebetulan pernah kuliah dan dapat doktor honoris causa di ITS. Komunitas St Louis karena pernah bersekolah tiga tahun dan jadi guru di situ selama 15 tahun. Tiga komunitas itu tidak ada hubungannya dengan marketing.

Selain itu, saya punya komunitas Twitter @hermawank dengan hampir 45 ribu followers, Instagram, dan Pinterest sebagai komunitas online. Ini sekadar contoh tiga cluster komunitas.

Yang penting, be realistic in your communitisation!
Bagaimana pendapat Anda?

MARKETING SERIES (43)

Kalau Anda sedang memulai suatu bisnis baru, pasti Anda mengalami kesulitan membangun komunitas.
Masuklah ke komunitas orang lain dengan kata kunci: recognition!

Ada empat langkah yang bisa Anda lakukan. Pertama, browsing. Lakukan penjelajahan online dan offline tentang komunitas-komunitas yang ada.
Karena penjelajahan ini adalah tahap pertama, Anda harus melakukannya seintensif mungkin untuk mendapatkan nama sebanyak-banyaknya. Penjelajahan online tentu saja mudah, yaitu dengan mengetikkan kata kunci pada Google, Yahoo!, maupun search engine lain.

Penjelajahan online utamakan pada lokasi Anda atau paling tidak pada market area yang Anda tuju. Jangan pergi terlalu jauh karena akan membuang energi yang tidak perlu. Saat ini hampir semua komunitas offline punya website. Karena itu, mulailah dari online baru ke offline untuk memastikan bahwa komunitas itu memang menarik.

Kedua, searching. Melakukan pencarian bukan hanya penjelajahan. Mencari informasi lebih dalam tentang komunitas-komunitas itu sangat penting. Mengunjungi dan menyapa baik secara online maupun offline penting untuk mendapatkan kesan pertama.

Informasi yang dicari bukan hanya banyaknya anggota, tapi juga info lain tentang demografi, psikografi, maupun perilaku mereka. Apa saja ritual mereka. Siapa pemimpin formal maupun informal. Apa saja yang sudah dilakukan.

Ketiga, setelah mengumpulkan informasi yang cukup banyak, Anda harus menggunakan ketajaman sense Anda. Gunakan bukan hanya lima panca indra, tapi juga sixth sense yang memerlukan ketajaman naluri. Bagi businessperson, radar seperti ini mutlak adanya.

Keempat, ini adalah tahap pengambilan kesimpulan dari analisis kuantitatif dan kualitatif dengan melibatkan intuisi itu. Karena banyak sekali komunitas yang ada, sekarang Anda mesti melakukan pengelompokan komunitas alias clustering. Ada komunitas special interest, komunitas hobi, komunitas ibadah, komunitas brand besar, komunitas saling dukung, dan sebagainya.

Cari saja cluster yang kira-kira cocok dengan Anda, bukan bisnis Anda. Ingat, komunitas itu isinya orang, bukan bisnis. Komunitas bukan asosiasi industri sejenis atau masyarakat konsumen. Karena itu, walaupun tujuannya untuk bisnis, jangan mengelompokkan komunitas hanya berdasar bisnis semata. Tetapi, pemilihan komunitas harus didahului dengan faktor human spirit dulu.

Tujuan empat tahap itu tidak lain supaya mendapatkan recognition. Tetapi, pada mulanya, malah Anda yang harus me-recognise terlebih dulu komunitas mana yang kira-kira harus diperhatikan.

Saya sendiri membatasi diri pada beberapa komunitas karena keterbatasan waktu. Komunitas para konsul di Surabaya karena saya kebetulan juga konsul kehormatan Republik Ceko. Komunitas alumni ITS karena kebetulan pernah kuliah dan dapat doktor honoris causa di ITS. Komunitas St Louis karena pernah bersekolah tiga tahun dan jadi guru di situ selama 15 tahun. Tiga komunitas itu tidak ada hubungannya dengan marketing.

Selain itu, saya punya komunitas Twitter @hermawank dengan hampir 45 ribu followers, Instagram, dan Pinterest sebagai komunitas online. Ini sekadar contoh tiga cluster komunitas.

Yang penting, be realistic in your communitisation!
Bagaimana pendapat Anda?

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/