28 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Pendidikan: Antara Indonesia dengan Finlandia?

Pendidikan merupakan salah satu aset negara untuk memajukan dan menyejahterakan rakyatnya. Pendidikan di nilai penting karena semua yang terjadi dalam kehidupan itu memerlukan didikan (bimbingan). Bila suatu negara memiliki kualitas pendidikan yang rendah, maka tidak heran bila negara itu akan tertinggal dan terasingkan.

Oleh: Maratus Sholikah

Pendidikan dalam suatu negara bisa dikatan baik bila pendidik dan peserta didik masih dalam satu alur pemikiran yang di kemas dengan dukungan pemerintah melalui kelengkapan fasilitas belajar. Untuk mencipaatakan generasi yang brilian mestinya pendidikan di Indonesia maksimalkan pembelajaran pada masa anak-anak, terutama pada masa PAUD (masa pertumbuhan), karena pada masa ini pertumbuhan otak sangat tinggi, dan mencapai 90%. Dan 85% brain paths berkembang sebelum anak masuk SD ( usia 7 tahun).

Dalam perbandingan pendidikan dunia, Indonesia menduduki peringkat 69 dari 127 negara di dunia dalam bidang pendidikan. Hal ini dibuktikan dalam data Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011 The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, Senin (1/3/2011). Pencapaian Indonesia ini lebih baik dibandingkan dengan Filipina (85), Kamboja (102), India (107), dan Laos (109).

Sampai saat ini peringkat pertama dunia dalam sistem pendidikan masih di pegang oleh Finlandia. Rekor prestasi belajar siswa yang terbaik di negara-negara OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) dan di dunia dalam membaca, matematika, dan sains dicapai para siswa Finlandia dalam tes PISA (the Programme for International). Membuat Amerika Serikat, Eropa, dan seluruh dunia gempar.

Kegemaran membaca di Filandia telah ditanamkan kepada generasi muda sejak masih anak-anak. Tidak main-main, untuk memiliki genarasi muda yang unggul, pemerintah Filandia lebih mengutamakan menerbitkan buku anak-anak dibanding buku-buku remaja dll. Penerbitan buku yang lebih mendominasi buku anak-anak ini juga menjadi rekor dunia bagi Filandia. Selain menerbitkan buku, pemerintah Filandia selalu menayangkan tontonan dengan bahasa asing yang di bawahnya diberikan terjemahan bahasa Filandia, jadi anak-anak bisa tetap membaca waktu nonton TV. Gurupun diberikan kebebasan dalam proses belajar mengajar. Karena yang lebih diperioritaskan pemerintah adalah pemahaman murid dan kenyamanan murid dalam proses belajar. Jadi semua berjalan dengan santai dan tidak ada kekangan dari pihak manapun dalam hal pendidikan di Filandia.

Selain itu, untuk mensukseskan program, pemerintah memberikan dana yang sama kepada sekolah swasta maupun negeri, dan biaya pendidikan di tanggung pemerintah sejak anak duduk di bangku PAUD sampai ke perguruan tinggi yang di inginkan peserta didik. Sehingga semua warga negaranya baik kaya maupun miskin mempunyai hak yang sama atas pendidikan.

Sistem pembelajaran di Indonesia memang jauh  berbeda dengan sistem yang ada di Filandia. Di Indonesia semua sistem belajar masih di pegang penuh oleh pemerintah. Dari metode belajar samapi cara pengajarannya. Bila di Filandia tidak berlaku sistem UNAS (Ujian Akhir Nasional), di Indonesia sistem itu merupakan tolak ukur belajar siswa sejak duduk di bangku dasar. Bila nilai siswa tidak mampu melampaui batas yang telah di tetapkan pemerintah, maka siswa dianggap tidak lulus dan tidak bisa melanjutkan pendidikan. Sistem itu berlaku dari SD sampai siswa SMA. Tidak berhenti di situ, bila siswa ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yang diinginkan maka harus melalui tes yang telah di siapkan panitia jauh-jauh hari. Berbeda dengan Filandia, di sana sistem ini tidak berlaku. Karena bakat dan minat sepenuhnya dikembalikan kepada siswa dan guru hanya bertugas membimbing, sedangkan pemerintah bertugas menfasilitasi.

Peran Guru

Guru merupakan fasilitator dalam pembelajaran. Sebagai fasilitator guru benar-benar aktif dalam perkembangan siswa didiknya. Seorang guru harus benar-benar berkualitas dan objektif dalam proses pembelajaran.

Di Filandia seorang guru sangat di junjung tinggi martabatnya. Dibandingkan dengan dokter, pegawai kantoran dan pengusaha. Guru masih menempati peringkat pertama dalam dunia kerja yang ada di Filandia. Tidak heran jika untuk menjadi seorang guru di Filandia harus lulusan S2 dan merupakan the best ten dari universitas yang menerima menjadi guru.

Walapun memiliki kualitas pengajaran yang kurang efisien, Indonesia masih memiliki segudang prestasi yang tidak mengecewakan dalam kompetisi internasional. Diantaranya adalah prestasi yang dicapai oleh keempat putra bangsa (Nathan Azaria (SMAN 2 Purwokerto), Jonathan Irvin Gunawan (SMAK 1 BPK PENABUR Bandung), Cakra Wishnu Wardana (SMAN 8 Yogyakarta), dan Muhammad Ali Muharrom (MAN Insan Cendekia Serpong) dalam olimpiade computer Indonesia 2012 yang bertanding dalam ajang Internasional Olympiade in Informatics (IOI) ke-24 di Milan pada 23-30 Sebtember 2012. Keempat anak bangsa ini mampu mempersembahkan satu medali perak dan tiga perunggu untuk tanah air kita.

Pemerintah harusnya mampu memanfaatkan dan mengembangkan aset negara seperti keempat putra bangsa yang telah mampu menjuarai ajang bergengsi seperti IOI tersebut.  Pemerintah harusnya juga tegas dalam menyelesaikan pendidikan yang ada di Indonesia, sebab jika pemerintah lengah tidak aneh bila negara kita akan tertinggal jauh dengan negara lain.

Taraf pendidikan merupakan karakter tersendiri bagi sebuah negara. Bagaimanapun dan apapun alasannya, pemerintah harus mampu memaksimalkan dan memberikan hak yang sama kepada anak bangsa terutama masalah pendidikan. Karena melalui pendidikanlah negara bisa maju dan bisa mengibarkan bendera di negara lain dengan mudah. (*)

Penulis adalah aktivis Laskar Ambisius di Aliansi Mahasiswa Bidik Misi (AMBISI) dan
Mahasantri Pesantren Mahasiswi (PesMi) IAIN Sunan Ampel Surabaya

Pendidikan merupakan salah satu aset negara untuk memajukan dan menyejahterakan rakyatnya. Pendidikan di nilai penting karena semua yang terjadi dalam kehidupan itu memerlukan didikan (bimbingan). Bila suatu negara memiliki kualitas pendidikan yang rendah, maka tidak heran bila negara itu akan tertinggal dan terasingkan.

Oleh: Maratus Sholikah

Pendidikan dalam suatu negara bisa dikatan baik bila pendidik dan peserta didik masih dalam satu alur pemikiran yang di kemas dengan dukungan pemerintah melalui kelengkapan fasilitas belajar. Untuk mencipaatakan generasi yang brilian mestinya pendidikan di Indonesia maksimalkan pembelajaran pada masa anak-anak, terutama pada masa PAUD (masa pertumbuhan), karena pada masa ini pertumbuhan otak sangat tinggi, dan mencapai 90%. Dan 85% brain paths berkembang sebelum anak masuk SD ( usia 7 tahun).

Dalam perbandingan pendidikan dunia, Indonesia menduduki peringkat 69 dari 127 negara di dunia dalam bidang pendidikan. Hal ini dibuktikan dalam data Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011 The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, Senin (1/3/2011). Pencapaian Indonesia ini lebih baik dibandingkan dengan Filipina (85), Kamboja (102), India (107), dan Laos (109).

Sampai saat ini peringkat pertama dunia dalam sistem pendidikan masih di pegang oleh Finlandia. Rekor prestasi belajar siswa yang terbaik di negara-negara OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) dan di dunia dalam membaca, matematika, dan sains dicapai para siswa Finlandia dalam tes PISA (the Programme for International). Membuat Amerika Serikat, Eropa, dan seluruh dunia gempar.

Kegemaran membaca di Filandia telah ditanamkan kepada generasi muda sejak masih anak-anak. Tidak main-main, untuk memiliki genarasi muda yang unggul, pemerintah Filandia lebih mengutamakan menerbitkan buku anak-anak dibanding buku-buku remaja dll. Penerbitan buku yang lebih mendominasi buku anak-anak ini juga menjadi rekor dunia bagi Filandia. Selain menerbitkan buku, pemerintah Filandia selalu menayangkan tontonan dengan bahasa asing yang di bawahnya diberikan terjemahan bahasa Filandia, jadi anak-anak bisa tetap membaca waktu nonton TV. Gurupun diberikan kebebasan dalam proses belajar mengajar. Karena yang lebih diperioritaskan pemerintah adalah pemahaman murid dan kenyamanan murid dalam proses belajar. Jadi semua berjalan dengan santai dan tidak ada kekangan dari pihak manapun dalam hal pendidikan di Filandia.

Selain itu, untuk mensukseskan program, pemerintah memberikan dana yang sama kepada sekolah swasta maupun negeri, dan biaya pendidikan di tanggung pemerintah sejak anak duduk di bangku PAUD sampai ke perguruan tinggi yang di inginkan peserta didik. Sehingga semua warga negaranya baik kaya maupun miskin mempunyai hak yang sama atas pendidikan.

Sistem pembelajaran di Indonesia memang jauh  berbeda dengan sistem yang ada di Filandia. Di Indonesia semua sistem belajar masih di pegang penuh oleh pemerintah. Dari metode belajar samapi cara pengajarannya. Bila di Filandia tidak berlaku sistem UNAS (Ujian Akhir Nasional), di Indonesia sistem itu merupakan tolak ukur belajar siswa sejak duduk di bangku dasar. Bila nilai siswa tidak mampu melampaui batas yang telah di tetapkan pemerintah, maka siswa dianggap tidak lulus dan tidak bisa melanjutkan pendidikan. Sistem itu berlaku dari SD sampai siswa SMA. Tidak berhenti di situ, bila siswa ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yang diinginkan maka harus melalui tes yang telah di siapkan panitia jauh-jauh hari. Berbeda dengan Filandia, di sana sistem ini tidak berlaku. Karena bakat dan minat sepenuhnya dikembalikan kepada siswa dan guru hanya bertugas membimbing, sedangkan pemerintah bertugas menfasilitasi.

Peran Guru

Guru merupakan fasilitator dalam pembelajaran. Sebagai fasilitator guru benar-benar aktif dalam perkembangan siswa didiknya. Seorang guru harus benar-benar berkualitas dan objektif dalam proses pembelajaran.

Di Filandia seorang guru sangat di junjung tinggi martabatnya. Dibandingkan dengan dokter, pegawai kantoran dan pengusaha. Guru masih menempati peringkat pertama dalam dunia kerja yang ada di Filandia. Tidak heran jika untuk menjadi seorang guru di Filandia harus lulusan S2 dan merupakan the best ten dari universitas yang menerima menjadi guru.

Walapun memiliki kualitas pengajaran yang kurang efisien, Indonesia masih memiliki segudang prestasi yang tidak mengecewakan dalam kompetisi internasional. Diantaranya adalah prestasi yang dicapai oleh keempat putra bangsa (Nathan Azaria (SMAN 2 Purwokerto), Jonathan Irvin Gunawan (SMAK 1 BPK PENABUR Bandung), Cakra Wishnu Wardana (SMAN 8 Yogyakarta), dan Muhammad Ali Muharrom (MAN Insan Cendekia Serpong) dalam olimpiade computer Indonesia 2012 yang bertanding dalam ajang Internasional Olympiade in Informatics (IOI) ke-24 di Milan pada 23-30 Sebtember 2012. Keempat anak bangsa ini mampu mempersembahkan satu medali perak dan tiga perunggu untuk tanah air kita.

Pemerintah harusnya mampu memanfaatkan dan mengembangkan aset negara seperti keempat putra bangsa yang telah mampu menjuarai ajang bergengsi seperti IOI tersebut.  Pemerintah harusnya juga tegas dalam menyelesaikan pendidikan yang ada di Indonesia, sebab jika pemerintah lengah tidak aneh bila negara kita akan tertinggal jauh dengan negara lain.

Taraf pendidikan merupakan karakter tersendiri bagi sebuah negara. Bagaimanapun dan apapun alasannya, pemerintah harus mampu memaksimalkan dan memberikan hak yang sama kepada anak bangsa terutama masalah pendidikan. Karena melalui pendidikanlah negara bisa maju dan bisa mengibarkan bendera di negara lain dengan mudah. (*)

Penulis adalah aktivis Laskar Ambisius di Aliansi Mahasiswa Bidik Misi (AMBISI) dan
Mahasantri Pesantren Mahasiswi (PesMi) IAIN Sunan Ampel Surabaya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/