Jakarta-Industri otomotif bersiap menghadapi potensi masa sulit pada tahun ini. Kenaikan harga mobil sudah terjadi dan harga sepeda motor berpotensi mengekor selain juga diprediksi penjualannya kembali terkoreksi sekitar 15 persen.
Pada 2012, pasar mobil memang berhasil mencetak kinerja mengesankan. Data sementara secara wholesales penjualan mobil menembus lebih dari 1,1 juta unit sepanjang tahun lalu. “Masih data sementara karena belum konfirmasi semua. Tapi secara wholesales lebih dari 1,1 juta unit,” kata Direktur Marketing PT Toyota Astra Motor (TAM), Joko Trisanyoto, kepada Jawa Pos (grup Sumut Pos), kemarin.
Sesuai prediksi, market mobil pada Desember 2012 turun menjadi sekitar 88 ribu unit jika dibandingkan 103 ribu unit pada November. Namun sudah cukup untuk menyentuh angka penjualan 1,1 juta unit jika ditambah dengan 1,024 juta unit realisasi sejak Januari sampai November 2012.
Dengan demikian, maka pasar mobil tumbuh sekitar 23 persen jika dibandingkan 894.164 unit pada 2011. “Tahun ini kami masih belum bisa prediksi. Skenarionya masih tetap sama, bisa naik, stagnan, atau turun. Tapi paling tidak dari makro ekonomi memang akan tumbuh,” ujarnya.
Pertumbuhan ekonomi itu menjadi satu-satunya harapan. Sebab aspek lainnya relatif negatif mulai dari rencana kenaikan pajak Bea Balik Nama (BBN) yang selalu terjadi di awal tahun, pemberlakuan DP minimum di pembiayaan syariah yang sudah terjadi, harga komoditas yang masih lemah, dan perekonomian global belum menentu akibat krisis di Eropa. “Bahkan tarif listrik juga naik kan, dan beberapa pelaku industri masih keberatan dengan kenaikan upah minimum” ulasnya.
Namun yang pasti kenaikan harga produk otomotif sudah sulit dibendung. Toyota misalnya sudah efektif naik harga sejak Januari ini. Kenaikan harga beragam tergantung produknya mulai dari Rp 2 juta, Rp5 juta, atau Rp10 juta. “Sejak 2012 sebenarnya sudah kita tahan-tahan agar tidak naik harga. Tetapi sulit untuk tidak menaikkan harga tahun ini,” ungkapnya.
Kenaikan harga merupakan akumulasi dari berbagai kondisi yang membuat ongkos produksi meningkat. Nilai tukar rupiah melemah sehingga otomatis harga material naik. Kenaikan harga masih berpotensi bertambah jika pajak BBN positif naik oleh masing-masing daerah di Indonesia. “Sebenarnya kenaikan harga sekarang pun belum mencerminkan kenaikan cost yang terjadi. Masih kami upayakan kenaikannya seminimal mungkin,” akunya.
Direktur Marketing PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), Endro Nugroho, mengatakan potensi kenaikan harga mobil memang tinggi. Terutama akibat kenaikan pajak BBN. “Kalau kenaikan awal tahun biasanya karena BBN kendaraan ikut naik,” ucapnya.
Hal yang sama akan terjadi kepada industri sepeda motor. Ketua Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) bidang komersial, Sigit Kumala, mengatakan memang masih terlalu dini untuk memperdiksi tetapi dari berbagai indikator yang ada pihaknya sementara ini memerkirakan pasar sepeda motor berpotensi terkoreksi sekitar 15 persen.
Pada tahun 2012 dari data sementara AISI tercatat market sepeda motor sebesar 7,1 juta unit atau turun sekitar 13 persen dari tahun 2011. Sehingga jika diasumsikan turun lagi 15 persen maka pasar sepeda motor diperkirakan tergerus lagi menjadi 6,4 juta unit pada 2013. “Kami antisipasi berbagai hal. Pembatasan DP pembiayaan syariah sekitar 25 persen kan sudah mulai berlaku sehingga tidak ada alternatif pembiayaan lainnya. Padahal sektiar 75 persen pembeli sepeda motor melalui kredit,” ucapnya.
Selain itu pihaknya juga mengantisipasi kenaikan pajak BBN di awal tahun ini meskipun belum seluruhnya mengonfirmasi besaran kenaikannya. “Kemudian UMR (Upah Minimum Regional) kan juga naik nah ini beberapa agen pemegang merek (APM) masih keberatan karena menaikkan cost,” terusnya.
Maka potensi kenaikan harga sepeda motor juga cukup tinggi. Meski begitu, kata Sigit, masing-masing APM masih menghitung besaran kenaikannya meskipun masih dalam upaya agar kenaikan harga tidak terjadi. (gen/jpnn)