24 C
Medan
Saturday, December 20, 2025
Home Blog Page 12

RSUD Pirngadi Medan Alami Kenaikan Pasien Awal Desember

MEDAN – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Pirngadi Medan mencatat adanya peningkatan jumlah kunjungan pasien pada awal Desember 2025.
Berdasarkan data rumah sakit, jumlah pasien pada Senin (1/12/2025) mencapai 380 orang.

Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUD Pirngadi Gibson Girsang, menjelaskan bahwa meskipun terjadi kenaikan, situasinya masih dalam kategori terkendali.

“Peningkatan pasien ada, tapi tidak signifikan. RSUD Pirngadi tetap siap melayani pasien,” ujar Gibson pada Kamis (4/12/2025).

Sebagai fasilitas kesehatan milik Pemerintah Kota Medan, RSUD Pirngadi melayani berbagai kategori pasien, termasuk pasien berulang yang rutin menjalani pengobatan jalan.

Gibson menuturkan bahwa mayoritas pasien pada awal bulan ini adalah mereka yang menjalani hemodialisa dan fisioterapi.

“Dengan kesiapan tenaga medis dan fasilitas yang ada, kami menegaskan komitmen untuk terus memberikan pelayanan kesehatan optimal bagi masyarakat Kota Medan,” pungkasnya. (ila)

Ketua Partai Gelora Sumut Desak Pemko Medan Siapkan Blueprint Penanganan Banjir

Ketua DPW Partai Gelora Sumut Muhammad Nasir
Ketua DPW Partai Gelora Sumut Muhammad Nasir

MEDAN, SumutPos.co- Musibah banjir yang melanda Kota Medan, telah merenggut 13 korban jiwa. Kondisi ini mengundang rasa perihatin Ketua DPW Partai Gelora Sumut Muhammad Nasir.

Menurut Nasir, banjir yang terjadi pada 27-30 November kemarin menjadi yang terparah dalam sejarah Kota Medan. “Tidak hanya volume air yang luar biasa besar, namun juga korban hingga kerusakan di sepanjang sungai yang menjadi jalur utama aliran banjir terdampak cukup parah,” kata Nasir kepada Sumut Pos, kemarin.

Nasir mengungkapkan, ada enam sungai yang membelah ibukota Provinsi Sumatera Utara ini, yakni Sungai Deli, Sungai Belawan, Sungai Sikambing, Sungai Bedera, Sungai Babura, dan Sungai Denai. “Hampir semua sungai ini, muaranya di kawasan Medan Utara, sehingga kawasan Medan Utara khususnya Medan Marelan dan Medan Labuhan menjadi daerah yang paling parah merasakan dampak banjir yang terjadi,” ungkapnya.

Ketika semua sungai meluap, kata Nasir, daerah aliran sungai (DAS) tidak mampu menahan luapan air. Apalagi kondisi benteng atau tanggul sudah rapuh, sehingga rentan bencana banjir.

Bahkan DAS di kawasan Terjun, Medan Marelan, kondisinya mencapai tahap mengkhawatirkan. Kawasan ini menjadi hilir beberapa sungai, sehingga warga Terjun terdampak parah.

Belum lagi banjir rob yang selalu mengancam, sehingga semua airnya transit di Medan Deli. “Akibatnya, pemukiman warga di Medan Deli merasakan dampak banjir yang paling parah,” sebutnya.

Untuk itu, Nasir meminta Pemko Medan dan Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) II harus bener-benar peka atas banjir yang terjadi. Politisi senior ini mendesak Pemko Medan segera menyiapkan blueprint tentang penanganan banjir di hulu dan hilir Kota Medan tahun 2026.

“Saat membuat perencanaan blueprint penanganan banjir, perlu melibatkan tokoh, pemerhati lingkungan, akademisi, dan Pemerintah Kota Medan sebagai fasilitatornya,” ujarnya.

Selain itu, Nasir juga mendesak Pemko Medan dan pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR dan BWSS II supaya segera memperbaiki dan menormalisasi seluruh sungai di Kota Medan. “Ini sudah tahap mengkhawatirkan, sehingga harus dilakukan penanganan sesegera mungkin agar peristiwa serupa tidak terjadi lagi,” tandasnya. (adz)

Tuntut Status Bencana Nasional, Anggota DPD RI Beberkan Kondisi Darurat dan Dugaan Ilegal Logging di Sumatera

MEDAN, SumutPos.co – Anggota DPD RI dari Sumatera Utara Pdt Penrad Siagian, menyampaikan keprihatinan dan evaluasi mendalam terkait penanganan bencana banjir dan longsor yang melanda tiga provinsi di Pulau Sumatera, yaitu Sumatera Utara (Sumut), Aceh, dan Sumatera Barat (Sumbar). Penrad secara tegas menyoroti belum ditetapkannya status bencana nasional oleh Pemerintah Pusat.

Melihat kondisi di lapangan, Senator asal Sumut ini menegaskan, status bencana harus segera ditetapkan menjadi status bencana nasional. “Bencana ini sudah meluas, korban jiwa sangat banyak. Hampir seribuan korban jiwa dan ribuan lainnya masih hilang. Banyak kepala daerah yang terdampak telah menyatakan secara resmi melalui surat tentang ketidakmampuan daerah menangani bencana ekologis ini,” tegas Penrad dalam keterangannya, Sabtu, 6 Desember 2025.

Ia menegaskan sejumlah kepala daerah, termasuk bupati-bupati terdampak, sudah resmi menyampaikan ketidakmampuan daerah menangani bencana tersebut. Menurut informasi yang diterimanya, Gubernur Aceh dan Sumbar juga sudah menyatakan hal serupa.

Karena itu, ia mengatakan akan terus mendorong Gubernur Sumut segera mengirimkan pernyataan resmi sebagai salah satu syarat penetapan bencana nasional kepada Pemerintah Pusat..Ia memperingatkan bahwa tanpa status bencana nasional, penanganan bencana alam tersebut menjadi sporadis dan tidak terkoordinasi.

“Akhirnya penanganan bencana ini menjadi sporadik dan tidak terkoordinasi karena statusnya tidak dinaikkan. Padahal dampaknya sangat luas,” ujarnya.

Menanggapi kelayakan penyaluran bantuan, dia menyatakan bahwa hingga hampir dua minggu pasca-bencana (sejak 25 November 2025), masih banyak daerah terisolasi yang belum mendapatkan bantuan dan penanganan layak.

Meski mengapresiasi upaya keras BNPB, Basarnas, TNI, Polri, dan Pemda, namun luasnya dampak dan daerah terdampak membuat penanganan belum optimal. “Tetapi luasnya dampak dan beratnya medan membuat banyak wilayah belum tersentuh. Jadi kalau dibilang semua sudah layak, saya pikir belum. Banyak yang belum tertangani,” tuturnya.

Ia juga menggambarkan tantangan logistik yang sangat berat, terutama di Sumut. “Desa-desa di gunung dan bukit dengan medan berat menyulitkan akses darat maupun distribusi via helikopter. Saya khawatir, jika dalam seminggu ini belum teratasi, akan semakin banyak masyarakat yang kelaparan di daerah terisolir,” katanya.

Lebih lanjut, secara institusional, dia menegaskan lembaganya melalui Ketua DPD RI telah mendorong penetapan status bencana menjadi bencana nasional. “Sebanyak 12 senator dari tiga provinsi ini terus mendesak Presiden dan stakeholder terkait. Kami yakin, dengan status bencana nasional, penanganan keadaan darurat hingga rehabilitasi-rekonstruksi akan lebih terstruktur,” jelasnya.

Terhadap banyaknya kayu gelondongan yang memperparah bencana, Penrad dengan tegas membantah pernyataan pemerintah yang menyebutnya sebagai kayu-kayu itu tumbang secara alami. Dia menegaskan bahwa dari hasil pantauannya selama di lokasi bencana, potongan kayu itu bukan berasal dari pohon tumbang alami.

Penrad menambahkan bahwa kayu-kayu tersebut kemungkinan adalah hasil tebangan yang belum sempat diangkut sebelum bencana melanda, sehingga terseret arus dan menghancurkan permukiman.

“Saya melihat betul fisik kayu gelondongan itu potongannya rapi, ada bekas chainsaw atau gergaji mesin. Itu tidak mungkin karena alam. Saya sangat mensinyalir kuat bahwa ini akibat ilegal logging di hulu. Kayu-kayu yang sudah dipotong rapi itu terbawa air dan menghancurkan permukiman. Tidak benar jika dikatakan muncul secara alami,” pungkasnya.

Kepada pemerintah, Penrad kembali menuntut penetapan status bencana nasional. Ia mengatakan kapasitas fiskal daerah tidak akan mampu menangani bencana sebesar ini, baik dalam tahap emergency maupun rekonstruksi.

“Saya melihat betul bagaimana hancur leburnya infrastruktur publik maupun privat masyarakat, belum lagi kerugian seluruh lahan-lahan pertanian disapu bersih oleh banjir bandang dan longsor ini. Kita tetap menuntut itu agar penanganan emergency, koordinasi yang terstruktur dari atas sampai ke bawah, kemudian rekonstruksi dan rehabilitasi itu bisa ditangani lebih baik ke depan sehingga masyarakat mendapatkan haknya sebagai warga negara yang harus dijamin pemerintah ketika menghadapi bencana, ujarnya.

Ia juga mengingatkan perlunya koordinasi yang lebih baik antar kementerian/lembaga serta pemerintah daerah. Menurutnya, sejauh ini kerja-kerja penanganan masih berjalan sendiri-sendiri.

“Karena saya melihat antar-institusi kementerian-lembaga termasuk sampai ke pemerintahan daerah itu masih sangat sporadik melakukan kerja-kerjanya sesuai dengan ruangnya masing-masing sehingga tidak terkoordinasi. Saya berharap Pemerintah Pusat, Pemprov kemudian sampai ke kepala-kepala daerah Pemkab dalam hal ini, itu bisa membangun koordinasi yang lebih terjalin baik,” ungkapnya.

“Terhadap Pemerintah Daerah tentu saya meminta apa yang bisa kita lakukan ke depan karena ini adalah masyarakat kita, tanggung jawab kita, dan pengabdian moral kita sebagai bagian dari bangsa dan negara ini,” sambungnya.

Kepada masyarakat terdampak, Penrad menyampaikan harapan agar tetap kuat dan saling membantu di tengah keterbatasan. Ia menekankan pentingnya semangat gotong royong untuk melewati masa-masa sulit ini.

“Kepada masyarakat terdampak tentu kita berdoa dan berharap masyarakat terdampak secara langsung bisa tetap kuat dan sabar melewati masa-masa ini sehingga kita bisa menanganinya lebih komprehensif,” tuturnya.

“Sekarang kita juga sangat membutuhkan apa yang disebut dengan spirit gotong royong itu. Di tengah-tengah seluruh kekurangan yang terjadi, kita sangat mengharapkan masyarakat bisa saling dukung, tolong, dan saling membantu mengatasi situasi-situasi yang terjadi saat ini,” ucap Penrad menambahkan. (adz)

Fraksi PDIP DPRD Sumut Desak Pemerintah Tetapkan Bencana Sumatera sebagai Bencana Nasional

Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Sumut, Mangapul Purba
Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Sumut, Mangapul Purba

MEDAN, SumutPos.co – Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Sumatera Utara (Sumut), Mangapul Purba mendesak Pemerintah Pusat segera menetapkan bencana longsor dan banjir di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh sebagai bencana nasional. Ia menegaskan, kemampuan pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota telah jauh melampaui batas mengingat skala kerusakan yang sangat parah dan terus meluas.

Mangapul menjelaskan, bencana di Sumatera telah merusak fasilitas umum, memutus akses jalan dan jembatan, memadamkan aliran listrik di sejumlah daerah, hingga membuat stok air bersih langka. Sementara itu, banyak rumah sakit mengalami kerusakan dan kekurangan obat-obatan serta fasilitas kesehatan.

“Masih banyak wilayah terisolasi yang belum tersentuh bantuan. Mobilitas tim kemanusiaan terhambat karena akses yang terputus. Situasinya sangat kritis,” tegas Mangapul, dalam siaran persnya, Sabtu (6/12).

Saat ini Mangapul berada di lokasi bencana terparah di Tapanuli Tengah, Sumut. Ia menyebut kondisi lapangan jauh lebih memprihatinkan dibanding laporan yang beredar. Minimnya kesiapan pemerintah daerah dan provinsi memperburuk keadaan.

“Alat berat sangat terbatas untuk membuka akses. Perahu karet minim. Bantuan logistik daerah juga sangat kurang. Tanpa intervensi pemerintah pusat, mustahil penanganan bencana ini berjalan cepat,” ujarnya.

Ia menilai tidak ada alasan bagi Pemerintah Pusat untuk menunda penetapan status bencana nasional, terutama mengingat ancaman lanjutan yang kini membayangi masyarakat.

“Jika pemerintah pusat tidak segera turun tangan, korban akan terus bertambah bukan hanya karena bencana awal, tetapi akibat kelaparan, penyakit, dan depresi. Rakyat di wilayah terdampak kini berada di ambang bencana kemanusiaan berikutnya,” kata Mangapul.

Mangapul juga mengapresiasi kerja keras jajaran pemerintah daerah, BPBD, dan TNI/Polri yang sudah bekerja dengan maksimal meski kondisi di lapangan sangat berat. Namun, ia menekankan bahwa skala bencana ini tidak mungkin ditangani hanya oleh pemerintah daerah.

Tim di daerah sudah bekerja sampai kelelahan. Ini butuh kekuatan penuh dari pemerintah pusat. Karena itu, kami mendesak agar bencana Sumatera segera ditetapkan sebagai Bencana* Nasional,” tutupnya. (adz)

Telkomsel Berhasil Menembus Keterbatasan Akses, Percepat Pemulihan Jaringan di Takengon untuk Dukung Penyaluran Bantuan

Telkomsel terus mempercepat pemulihan jaringan telekomunikasi di wilayah Takengon, Aceh Tengah, yang terdampak bencana banjir dan longsor. Khusus di wilayah Takengon, Telkomsel telah berhasil memulihkan 3 site yang beroperasi penuh dan mengcover wilayah sekitar Kecamatan Lut Tawar. Sementara 19 Site lainnya masih membutuhkan pasokan catuan daya, dimana hal tersebut masih sangat terbatas.
Telkomsel terus mempercepat pemulihan jaringan telekomunikasi di wilayah Takengon, Aceh Tengah, yang terdampak bencana banjir dan longsor. Khusus di wilayah Takengon, Telkomsel telah berhasil memulihkan 3 site yang beroperasi penuh dan mengcover wilayah sekitar Kecamatan Lut Tawar. Sementara 19 Site lainnya masih membutuhkan pasokan catuan daya, dimana hal tersebut masih sangat terbatas.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Telkomsel terus mempercepat pemulihan jaringan telekomunikasi di wilayah Takengon, Aceh Tengah, yang terdampak bencana banjir dan longsor. Upaya ini merupakan bagian dari komitmen Telkomsel untuk memastikan masyarakat kembali terhubung dengan keluarga, informasi, dan layanan penting di tengah situasi darurat.

Khusus di wilayah Takengon, Telkomsel telah berhasil memulihkan 3 site yang beroperasi penuh dan mengcover wilayah sekitar Kecamatan Lut Tawar. Sementara 19 Site lainnya masih membutuhkan pasokan catuan daya, dimana hal tersebut masih sangat terbatas. Pemulihan dilakukan melalui berbagai langkah strategis, termasuk mobilisasi personel teknis menggunakan pesawat perintis untuk penggelaran BTS combat, mobilisasi genset tambahan, serta penyediaan jalur transmisi alternatif melalui satelit  dari Telkomsat.

Selain pemulihan jaringan, Telkomsel juga mendukung penyaluran bantuan logistik seperti makanan, minuman, dan kebutuhan darurat lainnya di wilayah Aceh. Bantuan ini didistribusikan bersama mitra dan aparat tanggap bencana untuk memastikan masyarakat terdampak mendapatkan akses kebutuhan pokok.

Telkomsel turut membuka Posko Layanan Pelanggan Tanggap Bencana di sejumlah titik untuk menyediakan layanan telepon dan SMS gratis, penggantian kartu, perpanjangan masa aktif, serta dukungan layanan IndiHome dan Telkomsel Orbit di Wilayah Aceh.

Vice President Area Network Operations Sumatera Telkomsel Nugroho Adi Wibowo, menyampaikan “Telkomsel terus melakukan berbagai upaya untuk memastikan layanan komunikasi di daerah-daerah khusus terdampak dapat segera pulih. Bersama pemerintah dan seluruh pihak terkait, kami berkomitmen mempercepat pemulihan agar masyarakat Takengon dapat kembali terhubung dan bangkit.”

Telkomsel juga mengajak seluruh pelanggan di wilayah terdampak untuk memanfaatkan Paket Siaga Peduli Sumatera melalui UMB 88820#. Paket ini bebas biaya dan dapat diaktifkan satu kali dengan pilihan 3 GB internet untuk 7 hari, atau 300 menit telepon + 1.000 SMS ke semua operator untuk 7 hari

Informasi lebih lanjut dapat diakses melalui Call Center Bebas Pulsa 0800-111-9000 atau kanal resmi Telkomsel. (rel)