26 C
Medan
Saturday, December 27, 2025
Home Blog Page 13981

Latah

Oleh : Ramadhan Batubara
Redaktur Pelaksana Sumut Pos

Beberapa kalangan sempat mengatakan kalau Medan tidak memiliki rencana besar dalam perkembangan kotanya. Pembangunan di Medan tak lain adalah copy paste dari Jakarta.

Karena itu, apa yang terjadi di Jakarta akan terjadi di Medan. Contohnya, soal banjir dan macet. Dua hal ini bukan lagi kejadian yang langka di Medan bukan?

Begitu juga soal gaya hidup. Medan sebagai metropolitan tentu tak berbeda dengan Jakarta. Kaum hedonis berbaris seimbang dengan kaum miskin kotanya.

Sekali lagi mirip Jakarta, Medan mulai didominasi pendatang. Tidak percaya? Coba cari tahu, pemilik usaha di Medan ini, adakah benar-benar orang Medan? Jika memang benar, tarik perbandingannya; mana lebih banyak pendatang dan asli Medan. Tidak itu saja, pejabat yang mengisi posisi penting di Medan, benarkah sosok asli Medan? Coba cari tahu, di mana dia tinggal sebenarnya.

Tapi sudahlah, jika memang terbaik untuk Medan, kenapa harus dipermasalahkan. Yang jadi masalah di sini bukanlah soal pendatang atau tidak, tapi bagaimana Medan bisa menjadi latah dengan apa yang dibuat oleh kota lain. Padahal, sudah jelas-jelas kalau Medan memiliki karakter yang berbeda dan tentu memiliki fungsi yang berbeda dengan kota lain.

Menurut literatur, ada beberapa teori penyebab latah. Pertama, teori pemberontakan. Dalam kondisi latah, seseorang bisa mengucapkan hal-hal yang dilarang tanpa merasa bersalah. Gejala ini semacam gangguan tingkah laku. Lebih ke arah obsesif karena ada dorongan yang tidak terkendali untuk mengatakan atau melakukan sesuatu.

Kedua, teori kecemasan. Gejala latah muncul karena yang bersangkutan memiliki kecemasan terhadap sesuatu tanpa ia sadari. Rata-rata, dalam kehidupan pengidap latah selalu terdapat tokoh otoriter, entah ayah atau ibu. Bisa jadi, latah merupakan jalan pemberontakannya terhadap dominan orangtua yang sangat menekan. Walau demikian tokoh otoriter tidak harus berasal dari lingkungan keluarga.

Sedangkan yang terakhir, teori pengondisian. Inilah yang disebut latah gara-gara ketularan. Seseorang mengidap latah karena dikondisikan oleh lingkungannya, misalnya gara-gara latah, seseorang merasa diperhatikan dan diperhatikan oleh lingkungan. Dengan begitu, latah juga merupakan upaya mencari perhatian. Latah semacam ini disebut ‘latah gaul’.

Nah, untuk Medan kira-kira masuk ke teori yang mana? Adakah Medan meniru Jakarta karena teori pemberontakan? Bisa saja, bukankah Medan sebagai kota terbesar di luar Pulau Jawa cenderung kurang mendapat peran dalam kancah nasional. Setidaknya, even-even seperti pertemuan bilateral atau multilateral yang digalang Indonesia belum pernah dilaksanakan di Medan?

Latah karena teori kecemasan bisa juga diidap Medan. Setidaknya, Jakarta memiliki kekuasaan penuh terhadap daerah. Nah, Medan sebagai kota yang di daerah pun kena imbasnya. Bisa juga Medan latah karena teori pengondisian. Nah, kalau ini lebih mengarah latah dengan sukarela. Ya, melihat segala keindahan dan kemudahan Kota Jakarta, Medan pun menjelma seperti Jakarta agar bernasib sama. Untuk teori terakhir ini, warga Medan pun ikut latah seperti warga Jakarta. Maka, kata ‘lah’ mulai berganti dengan ‘dong’;  ‘kereta’ menjadi ‘motor’, ‘kak’ menjadi ‘mbak’, ‘kau’ menjadi ‘loe’ dan sebagainya. Tidak itu saja, beberapa waktu ke depan, mungkin sosok Afriani sang supir ‘Xenia Maut’ pun akan ada di kota ini.

Pertanyaannya, apakah latah itu salah? Sayangnya, di sini tidak membahas benar atau salah. Yang dibahas, hanya latah dan bagaimana Medan akan menyikapinya. Itu saja. (*)

Sembilan Pelancong Hanyut Dihajar Air Bah

MEDAN-Bencana air bah terjadi di kecamatan Sibolangit Kabupaten Deliserdang kemarin petang. Bencana yang tepatnya terjadi di Sungai Lau Mentar, Desa Durian Sirugun menghanyutkan sembilan pengunjung objek wisata tersebut.

Informasi yang dihimpun di lapangan menyebutkan, kemarin siang kesembilan korban berangkat menuju lokasi Sungai Lau Mentar yang tidak jauh dari air terjun dua warna di kaki pegunungan Bukit Barisan itu.

Kesembilannya asyik bermain air sejak pukul 15.00. Mereka tidak juga berhenti ketika di kawasan itu turun hujan.

“Kondisi saat itu hujan biasa dan kesembilan orang itu sedang mandi-mandi. Tiba-tiba saja air bah datang,” kata Joni Superiadi selaku Kepala Operasi Basarnas Medan.

Meluapnya sungai secara mendadak itu menyapu rombongan korban dan terbawa arus sungai yang cukup deras. Dalam hitungan menit para korban hilang ditelan derasnya air sungai. Namun enam dari kesembilan korban yang hanyut berhasil diselamatkan. Mereka adalah Suyadi (28) warga Jl Keramat Indah Gang Harapan No 7 Medan Denai, Ardiansyah Arifin Sinaga (22) warga KL Yossudarso Lingkungan II Kelurahan Jati Utomo Binjai Timur, Barda (21) dan Mai (27) keduanya warga Jl Pelajar Ujung Medan, Ami (22) warga Tandem Binjai, dan Erik (25) warga Medan. Sedangkan tiga korban yang belum ditemukan masing-masing Hadi (25) warga Tanjung sari Medan, Samrati (30) warga Medan dan Gadis (26) yang alamatnya belum sempat diketahui. Korban ini sebagian besar pegawai Ace Hardware yang terletak di Jalan Juanda Medan.

Hilangnya para korban membuat pengunjung lainnya tersentak hingga akhirnya sampai ke warga yang tinggal di desa yang berdekatan dengan sungai tersebut. Warga pun segera berduyun-duyun menuju lokasi kejadian. Tak lama kemudian aparat Polsek Pancurbatu segera tiba di lokasi kejadian.
“Sekitar pukul 20.30 WIB kita mendapat informasi dari Syaiful, ranger di Sibolangit. Ada pengunjung hanyut diseret air bah saat mandi-mandi di Sungai Lau Mentar. Tim langsung dikerahkan untuk melakukan pencarian,” jelas Joni.

Bersama tim gabungan dari Polsek Pancur Batu, ranger sibolangit, Medan Rescue, dan Basarnas Medan melakukan pencarian sampai ke Sungai Betinus. “Dengan mengerahkan alat-alat yang sudah dipersiapkan untuk melakukan evakuasi kepada korban seperti montenering, alat gulung untuk turun dari ketingian. DPS (mengetahui kordinat di lapangan), tandu, perlengkapan water rescue (light jacket/alat apung). Tim gabungan menemukan enam pemuda dalam kondisi mengalami luka ringan dengan lecet dibahagian tubuh akibat terkena benda disungai,” jelasnya.

Dijelaskan Joni, aliran sungai yang melewati lokasi pemandian alam Sembahe itu mempunyai kondisi sungai yang tidak rata dan berbatu. “Kalau kondisi sungai ada yang dalam, dangkal, dan berbatu. Untuk malam ini (tadi malam), pencarian menelusuri sungai kita hentikan dulu dan dilanjutkan esok (hari ini, Red) sekitar pukul 06.30 WIB. Tim gabungan tetap standby di lokasi dan paginya lagsung bergerak melakukan pencariuan kembali di mulai dari sungai Betinus,” bebernya. (adl/wan/btr/roy/nang/smg)

Air Bah Sibolangit

Lokasi: Sungai Lau Mentar, Desa Durian Sirugun, Kecamatan Sibolangit
Kondisi Sungai: Tidak rata dan berbatu
Hari: Kamis (2/2)

Kronologis
1.    Pukul 15.00

  • Sembilan korban tetap mandi-madi di Sungai Lau Mentar meski cuaca sedang hujan.
  • Kesembilannya tidak menyangka kalau di atas (gunung) sedang hujan deras.

2.    Pukul 17.00

  • Tiba-tiba, tanpa ada tanda-tanda, air bah turun dengan deras.
  • Korban sontak hanyut.

3.    Pukul 20.30

  • Tim Badan SAR Nasional (Basarnas) Medan mendapat informasi
  • Tim gabungan dari Polsek Pancurbatu, ranger Sibolangit, Medan Rescue, dan Basarnas Medan melakukan pencarian hingga ke Sungai Betimus

4.

  • Enam korban ditemukan di tempat terpisah dengan masing-masing luka ringan.

Enam Korban yang Berhasil Diselamatkan

  1. Suyadi (28) warga Jl. Keramat Indah Gang Harapan No 7 Medan Denai,
  2. Ardiansyah Arifin Sinaga (22) warga KL Yossudarso Lingkungan II Kelurahan Jati Utomo Binjai Timur,
  3. Barda (21) warga Jl Pelajar Ujung Medan
  4. Mai (27) warga Jl Pelajar Ujung Medan
  5. Ami (22) warga Tandem Binjai dan
  6. Erik (25) warga Medan.

Tiga Korban Hilang

  1. Hadi (25) warga Tanjung sari Medan,
  2. Samrati (30) warga Medan
  3. Gadis (26) yang alamatnya belum sempat diketahui.

Catatan:

  • Sebagian besar korban adalah pegawai Ace Hardware yang terletak di Jalan Juanda Medan.
  • Pencarian korban dilanjutkan hari ini sekitar pukul 06.30 WIB

Kajatisu: Selesaikan Perkara hingga Peradilan

Dugaan Korupsi Dishub Medan Rp24 M

MEDAN-Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kajatisu), AK Basyuni Masyarif, mengaku telah menerima laporan pengusutan dugaan korupsi retribusi parkir Dinas Perhubungan (Dishub) Medan.

Dia mengaku telah meminta anak buahnya untuk segera menuntaskan kasus yang diduga merugikan negara Rp24 miliar tersebut. Hal itu disampaikannya kepada wartawan usai serah terima jabatan (sertijab) Asintel Kejatisu, Kamis (2/2).

Dia memastikan kasus yang saat ini masih dalam tahap penyelidikan itu, akan terus bergulir hingga ke pengadilan. “Saat ini anggota sedang melakukan penyelidikan, untuk mencari bukti awal yang cukup agar kasus itu bisa naik ke tahap yang berikutnya. Saya sudah perintahkan untuk menyelesaikan perkara itu hingga ke meja peradilan,” tegasnya.

Untuk mengetahui perkembangan kasus tersebut, Basyuni telah meminta laporan rutin kepada anak buahnya. “Saya sudah minta anggota untuk melaporkan hasil penyelidikan kasus retribusi parkir. Namun (perkembangan terbaru) saya belum terima, mungkin mereka lagi sibuk karena banyak kasus dugaan korupsi yang saat ini sedang ditangani,” ujarnya.

Di akhir wawancara, Basyuni mengatakan sangat berkomitmen menyelesaikan kasus yang diduga melibatkan Kadihub Medan, Syarif Armansyah Lubis alias Bob itu hingga tuntas. “Kita komitmen untuk menuntaskan kasus itu. Kemarin kita kan sudah panggil beberapa pejabatnya. Tidak tertutup kemungkinan kita akan memanggil kembali, tergantung kepentingan penyidik,” terangnya.

Berita sebelumnya, Bob yang diminta tanggapannya atas dugaan kasus tersebut, menolak diwawancarai. Saat dihadang wartawan koran ini, dia langsung mengatakan, “No Comment.” Sebelumnya dia juga tidak mengakui telah diperiksa Kejatisu. Bob dengan lantang membantah keterangan Kasi Penyidikan Pidsus Kejatisu, Jufri Nasution, yang menyebut Bob telah diperiksa Kejatisu. (rud)

Kau Lihat Langsung ‘Kan? Ada Barang Tuh di Sini

Siang-siang di KTV Stroom, Selecta Building Medan (2)

Lima butir ekstasi yang diberikan si BD (bandar) kini telah berada di atas meja kaca. Tergeletak begitu saja. Belum ada di antara kami yang mengambilnya. Si BD telah balik kanan, meninggalkan ruang 6×8 meter yang mewah ini.

Tim, Medan

Tiba-tiba pintu masuk kembali terbuka. Pelayan membawa jus jeruk yang sebelumnya telah dipesan. Entahlah, rupanya di tempat ini memesan ekstasi jauh lebih cepat dibanding memesan segelas jus.

Sang kolega tersenyum pada pelayan itu. Butir-butir pil berwarna merah tetap tergeletak bebas di meja kaca. Setelah meletakkan gelas, pelayan langsung berbalik. Tak ada sedikitpun sudut matanya melirik pil-pil itu. Sepertinya, hal semacam ini sudah cukup biasa. Ya, sudah tidak istimewa lagi. Dan, bukan lagi sesuatu yang rahasia.

“Kau lihat sendiri kan… sudah biasa kekgini di sini,” kata sang kolega.
Penulis hanya tersenyum dan langsung meraih jus jeruk yang sudah tersedia.

“Jadi kau coba?” tambah sang kolega sambil menunjuk pil yang tergelatak di atas meja itu.

Penulis kembali tersenyum, kali ini malah sangat lebar. “Nanti aja, Bang, kan lagi tugas he he he….”

Sang kolega tertawa. Si ‘David Beckham’ juga. “Terserahlah…, intinya aku hanya mau kasih tahu, di sini tak sulit mendapatkan barang seperti ini. Per butirnya Rp250 ribu rupiah, tapi bisa jugalah kurang. Semua tergantung siapa yang mesan. Ya, kalau sudah sangat dikenal, bisa turunlah harganya,” jelas sang kolega.
Lalu, sambil meminum air mineral yang memang banyak disediakan di tempat itu, sang kolega kembali bercerita. Katanya, tidak usah bicara soal alkohol maupun barang nikmat lainnya, untuk ekstasi saja tempat ini cukup banyak meraup untung. Memang, manajemen pasti membantah soal peredaran ekstasi di Karaoke Televisi (KTV) Stroom ini. “Tapi, kau lihat langsung kan? Ini, barang tuh masih ada di sini…” tegasnya.
“Jadi kita apakan ini?” timpal si ‘David Beckham’ pula.

“Ya, sudah, titip saja sama dia (BD, Red) dulu. Belum mau kawan kita ini,” balas sang kolega.

Si ‘David Beckham’ mengutipi lima butir itu dan langsung membungkusnya dengan sehelai tisu.
Dia pun kembali bergerak meninggalkan ruangan. “Lihat, bisa nitip dulu. He he he… nanti kalau kita udah mau, tinggal ambil saja,” kekeh sang kolega.
“Tapi, serius aku nih. Aku ajak kau kemari biar bisa kau lihat langsung apa yang terjadi. Jadi, aku nggak sembarang ngomong. Dan, aku gak punya kepentingan apa-apa. Jadi, jangan kau sebut namaku ya….” sambungnya.

“Santai, Bang,” jawab penulis.

“Nanti, kau tanya saja sama kawan yang kita tunggu. Dia paling paham dengan dunia semacam ini. Dia kaki tanganku sebenarnya he he he he,”  jelas sang kolega.

Si ‘David Beckham’ kembali masuk ke ruangan. Namun, belum sempat duduk dia langsung menuju pintu yang menghubungan tempat ini dengan parkiran. Dua lapis pintu dia buka. Ternyata ada seseorang di sana. Seorang lelaki berusia sekitar 35 tahunan. Posturnya tinggi, mungkin mencapai 175 centimeter.
Lelaki itu langsung masuk. Sudut matanya melirik penulis. Dia duduk di samping sang kolega. “Akhirnya datang juga…” sambut sang kolega.
“Ni…untuk yang kemarin,” sambungnya sambil menyodorkan amplop coklat yang memang sudah disediakan kepada lelaki itu.
Lelaki itu pun langsung sigap dan memasukan amplop itu ke balik jaketnya.

“Oya, kenali ini kawan kita…wartawan dia,” bilang sang kolega.

Lelaki itu memberikan salam. “Panggil saja aku Donny,” katanya.

Sang kolega tersenyum. Dia membakar rokoknya. Lalu, dia pun mengatakan pada si Donny tentang keberadaan penulis di situ. Si Donny mengerutkan dahi. Sang kolega melanjutkan kalau semua narasumber yang diwawancari akan disamarkan. Dan, sang kolega mengatakan kalau penulis adalah sosok yang jinak, jadi tak perlu ragu. Donny pun langsung tersenyum.

“Wah, bukan rahasia lagi, Bos,” kata Donny pada penulis. “Sudah basi cerita barang semacam itu di tempat seperti ini. Setiap yang pernah ke tempat seperti ini, pasti tahu,” tambahnya.

Penulis lagi-lagi tersenyum. Penulis memang menempatkan diri sebagai orang yang tak banyak bicara. Intinya, hanya mendengar dan merekamnya dalam otak saja. “Memang manajemen tidak akan mengaku ada bisnis seperti ini. Tapi, dengan peredaran yang begitu bebas di sini, misalnya, mana mungkin mereka tak tahu kan? Masak ada sesuatu di rumah kita, eh kita malah tak tahu,” jelasnya.

Donny menjelaskan, untuk KTV Stroom yang beroperasi dari pukul 14.00 WIB hingga 02.00 WIB untuk waktu normal, ekstasi yang beredar ratusan butir per harinya. “Anggaplah hanya ada 20 bilik di Stroom ini. Lalu, anggaplah satu bilik memesan 2 butir. Sudah berapa itu? Terus, tamu dibilik kan terus berganti. Anggaplah selama 12 jam ada tiga kali tamu yang berganti. Berarti sudah laku 120 butirkan? Kalikan dengan Rp250 ribu, sudah berapa itu? Ini bisnis yang menjanjikan, Bos!” terang Donny berapi-api.

Mendengar kalimat yang keluar dari mulut Donny itu, sang kolega tergelak. Bahkan, terpingkal-pingkal. Si ‘David Beckham’ tersenyum saja. “Tapi, biasanya manajemen lepas tangan dan memberikan kekuasaan penuh pada BD,” kata si ‘David Beckham’ pula.

“Memang, tapi tetap saja manajemen yang berperan, minimal bagi hasil. Inikan tempat dia,” balas si Donny.
“Sudahlah… intinya tempat seperti ini memang menyediakan barang tuh. Nanti kau tunjukan tempat yang lain ya Don sama kawan kita ini,” kata sang kolega.

Donny mengangguk pasti. “Siap, Bos!”

Penulis tertawa. Tergambar beberapa tempat lain di Kota Medan yang memang sudah penulis incar.
“Wak, ambil lagi barang tuh di BD. Jangan sampek siang yang indah ini hilang percuma. Sekalian panggil si Cindy tadi,” kata sang kolega pada si ‘David Beckham’. Yang disuruh pun langsung bergerak cepat.

Penulis tersenyum, terbayang dalam otak tentang siang yang indah di KTV Stroom, Selecta Building Medan. Ya, seperti cerita orang-orang. Ah, masihkah ada alasan untuk mengelak? (bersambung)

Berita sebelumnya:

Ketika Kenikmatan Tak Lagi Milik Malam

Shinta Bachir Balik Puji Eks Kapolda

Kian hari sikap Shinta Bachir membingungkan. Seperti antara takut dan plin-plan, Shinta yang dulu gencar ingin polisikan eks Kapolda Metro Jaya dengan tuduhan ancaman pembunuhan, kini malah melunak dan balik memuji sang jenderal. Keanehan yang berlanjut setelah bintang film dan penyanyi itu mengklaim telah berdamai dengan sang jenderal.

Shinta tak lagi menjelek-jelekan sang jenderal yang sempat dia sebut berbintang tiga. “Saya datang ke Jakarta kemudian ketemu dengan beliau (eks Kapolda Metro Jaya). Kalau saya bilang dia itu penyelamat buat saya,” ujarnya.

Lucunya lagi, bintang Pulau Hantu 3 ini malah mengaku bersyukur bisa mengenal pria yang tadinya dia kecam karena pernah mengancamnya. “Bertemu dengan beliau, saya selalu dibimbing tentang agama dan kehidupan. Dia menunjukan jalan ke saya. Saya dituntun sampai seperti sekarang ini,” ujarnya.
Sebab itu, perempuan asal Wonosobo, Jawa Tengah ini mengaku sudah memaafkan sang jenderal. “Meminta maaf ke saya lewat telepon. Saya sudah memaafkan. Karena waktu itu beliau sudah ketemu pak Rifai (kuasa hukumnya),” ujar Shinta.

Saat Shinta terus berteka-teki soal identitas jelas sang jenderal, dirinya disomasi oleh Komjen Pol (Purn) Makbul Padmanegara. Salah satu eks Kapolda Metro Jaya itu merasa dirugikan dengan sebuah pemberitaan yang dinilai menyudutkan dia sebagai jenderal ya

g dimaksud Shinta. Tapi kembali, Shinta berkilah. Dia mengaku tidak pernah menyebut nama dan angkatan sang jenderal apalagi mengenal Makbul.
“Bukan beliau. Saya nggak kenal sama pak Makbul Padmanegara, saya nggak tahu angkatan-angkatan yang dimaksud,” ujar Shinta.

Seirama, pengacara Shinta, Ahmad Rifai tegas menyatakan kasus kliennya dan sang jenderal pengancam sudah selesai. “Jadi yang jelas kasus ini sudah selesai. Orang yang mengancam mbak Shinta sudah minta maaf, baik ke saya maupun pada Shinta, secara lisan dan tertulis,” tuturnya.
Beredar kabar, Shinta bersedia damai lantaran menerima sejumlah uang agar tidak memperpanjang masalah tersebut. Benarkah?
“Mbak Shinta pernah bilang sama saya, mau dikasih, tapi kita juga nggak tahu, itu udah lama,” aku Rifai.

Menurut Shinta, tanpa dibayar pun dirinya mau memaafkan sang jenderal. “Beliau pernah dekat dengan saya maupun sama keluarga saya. Manusia kan punya salah. Apa salahnya sih memaafkan,” ucapnya terkesan melunak. (bcg/rm/jpnn)

2013, SMA dan SMK Gratis

Pemerintah Talangi Biaya Operasional Rp17 Triliun

JAKARTA- Pemerintah terus mematangkan rencana penerapan wajib belajar (wajar) 12 tahun. Setelah menjalani masa rintisan pada tahun ini, ditargetkan tahun depan program wajar 12 benar-benar digulirkan. Anggaran Rp17 triliun siap digelontorkan khusus untuk membebaskan biaya 10 juta siswa SMA dan SMK.

Ditemui di kantornya kemarin (2/1), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) mengatakan, program wajar 12 tahun adalah konsekwensi dari tercapainya program Wajar Dikdas (wajib belajar pendidikan dasar) 9 tahun. “Berkesinambungan itu harus. Tidak bisa dibiarkan hanya lulus SMP saja,” ujar menteri asal Surabaya itu.

Nuh menjelaskan, jika program Wajar Dikdas 9 tahun tidak dijalankan berkesinambungan dengan wajar 12 tahun, jumlah pekerja anak akan terus membengkak. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2011 yang dikantongi Kemendikbud menunjukkan, saat ini 49,5 persen dari seluruh pekerja Indonesia tamatan SD. Selanjutnya 19,1 persen lulusan SMP, lalu 14,7 persen jebolan SMA, dan 8,2 persen alumni SMK.

“Lulus SMP bekerja itu sudah menyalahi aturan ketenagakerjaan. Apalagi lulusan SD,” ujar Nuh. Tingginya angka anak tamatan SD dan SMP yang bekerja menurutnya karena akses ke SMA dan setingkatnya belum terbuka.

Nuh mengatakan, Wajar 12 tahun harus digulirkan secara penuh pada 2013. Pemerintah sudah menghitung, untuk menutup biaya operasional 10 juta siswa SMA diperlukan anggaran Rp17 triliun. Anggaran ini meliputi biaya pengadaan ruang kelas baru sebesar Rp1 triliun, pembangunan unit sekolah baru Rp629 miliar, dan paling besar untuk bantuan operasional sekolah menengah (BOS-SM) Rp15,5 triliun.

Dengan kucuran dana ini, Nuh mengatakan, aturan pada BOS SD-SMP juga diterapkan untuk SMA dan SMK. Diantaranya siswa SMA dan SMK digratiskan dari berbagai pungutan. Sebab, pemerintah sudah menalangi biaya operasional yang diperkirakan Rp1.250.000 sampai Rp1,5 juta per siswa per tahun. Pada 2013 nanti, Nuh memperkirakan ada 10 juta siswa SMA dan SMK yang akan menerima kucuran BOS-SM.

Selain kucuran BOS-SM, Nuh mengatakan, banyak intervensi lain untuk menjalankan program wajar 12 tahun. Selain urusan gedung dan biaya operasional tadi, juga akan meningkatkan kualifikasi guru serta jumlahnya.

Melalui berbagai intervensi tadi, Nuh mengatakan bisa mengatasi perbedaan angka partisipasi kasar (APK) SMA/SMK yang jomplang antarsatu daerah dengan daerah lainnya. Dia mencohkan, di tingkat provinsi APK tertinggi direngkuh oleh DKI Jakarta yaitu 119 persen. Sedangkan provinsi dengan APK terendah diduduki oleh Lampung, dengan tingkat APK 58 persen.

Perbedaan juga terasa mencolok jika diambil di tingkat kabupaten atau provinsi. Misalnya di provinsi Jawa Timur, APK tertinggi dadapat oleh kota Blitar dengan raihan 109 persen. Sedangkan APK terendah dipegang oleh kabupaten Sampang dengan tingkat APK 28 persen. Artinya, di Sampang tiga dari sepuluh anak usia SMA dan sederajat yang sekolah. Sisanya putus sekolah.

Target APK SMA dan sederajat yang dipasang pemerintah saat ini adalah 97 persen. Posisi saat ini, APK SMA dan sederajat masih 70.5 persen. Tanpa ada intervensi Wajar 12 tahun ini, Nuh mengatakan target pencapaian APK SMA dan sederajat bisa terwujud pada 2038-2040 nanti.(wan/jpnn)

Sutiyoso Sedih Transjakarta tak Berkembang

Kemacetan di Jakarta makin tahun semakin bertambah parah. Langkah-langkah yang diambil oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Bahkan, bus transjakarta yang ditargetkan menjadi moda transportasi massal yang representatif juga dinilai kurang berhasil.

Mantan Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso mengaku sedih, karena langkah penguraian kemacetan berupa bus transjakarta yang digagasnya tidak berkembang lagi. Dalam tempo tiga tahun, dia mampu menyelesaikan tujuh koridor dan tiga koridor sisanya hanya tinggal melengkapi armada dan sopir.

Namun sayangnya, selama pemerintahan Fauzi Bowo, bus transjakarta tak berkembang. Bahkan, koridor-koridor bus transjakarta yang sudah ada sekarang seolah tidak mendapatkan perawatan maksimal sehingga masyarakat menjadi enggan untuk naik bus transjakarta dan kembali lagi ke kendaraan pribadi.(net/jpnn)

Tekanan Anas Mundur Makin Terbuka

Demokrat di Ambang Perpecahan

JAKARTA- Perpecahan di internal Partai Demokrat menyusul wacana pelengseran Anas Urbaningrum sebagai ketua umum, makin berada di ambang. Antar kader sudah semakin terbuka saling serang satu dengan yang lain. Pembela Anas di satu sisi, dan pihak yang mendorong ada penggantian ketua umum di sisi yang lain.

Kemarin, Ketua Departemen Informasi dan Komunikasi DPP Partai Demokrat Ruhut Sitompul yang kembali menyuarakan dorongan agar Anas secara sukarela mundur dari jabatannya. Menurut dia, hanya dengan kelegowoan mantan ketua umum PB HMI itu untuk mundur, partai bisa diselamatkan.
“Kita lihat lah Pak SBY itu, kita sebagai anak-anaknya mbok tahu diri lah, jangan sampai suatu saat kalau terjadi (jadi tersangka) baru mundur, kalau dipecat juga nggak baik,” kata Ruhut di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin (2/2). Menurut dia, polemik isu keterlibatan Anas dalam kasus korupsi Wisma Atlet tidak boleh dibiarkan terlalu lama lagi.

“Kasihan partai ini, partai ini harus diselamatkan,” imbuhnya. Menurut salah satu tim sukses Anas saat maju sebagai ketua umum di Kongres Bandung 2010 lalu, tersebut, polemik soal isu keterlibatan Anas telah membuat citra partai makin terpuruk.

Pernyataan Ruhut soal dorongan mundur tersebut langsung direspon keras oleh orang-orang dekat Anas. Ketua Departemen Pemuda dan Olahraga DPP Partai Demokrat Gede Pasek Suardika menilai hal itu adalah bagian dari upaya kudeta kepemimpinan Anas.

Dia mengingatkan, agar Anas waspada terhadap gerakan-gerakan itu. Sebab, dia menilai, langkah kudeta sudah semakin berani muncul ke permukaan. Karenanya, dia berharap, Anas bisa tegas menindak kader-kader yang secara sengaja tidak mematuhi perintah SBY. Anas harus pula tegas melawan upaya-upaya kudeta terhadap dirinya. “Beliau (Anas, Red) memang terlalu santun, sudah saatnya tegas,” tandasnya.(dyn/fal/jpnn)

Warga Langkat Ditembak Perampok di Aceh

ACEH- Gara-gara mempertahankan sepeda motor dan uang ratusan ribu rupiah, Agus Irawan (18), warga Kecamatan Selesei, Langkat, ditembak perampok di bagian perut , Kamis (2/2) . Sementara abangnya Feri Irawan (21), selamat dan sempat menikam seorang pelaku.

Saat itu Agus dan Feri melintas di area perkebunan sawit PT Sawita, Desa Paya Rahat, Bendahara, Aceh Tamiang mengendarai sepeda motor Supra X BK 5635 AX hendak ke rumah pamannya. Namun ketika melewati jalur sepi, tepatnya di persimpangan Marlempang, mereka dipepet tiga pria yang mengendarai dua sepeda motor. Lantas ketiga pria tak dikenal itu menodongkan senjata api dan menyuruh Agus dan Feri berhenti dan menyerahkan sepeda motor dan uang mereka.

Agus melawan dan berupaya mempertahankan sepeda motornya. Karena kalap, seorang pelaku menembakkan senjata apinya ke perut Agus. Tak ayal, Agus langsung terkapar dan bersimbah darah.(smg)

Rahudman Janji Tidak Tinggal Janji

Perjuangkan Penyelesaian Tanah Sari Rejo

Perjuangan Wali Kota Medan, Drs H Rahudman Harahap MM untuk menuntaskan persoalan tanah di Kelurahan Sari Rejo, Medan Polonia semakin serius. Bahkan, sudah mulai diperjuangkan sejak dirinya menjabat Pj Wali Kota Medan.

Pembuktian Rahudman Harahap merealisasikan janjinya kepada warga Kelurahan Sari Rejo diketahui saat melakukan kunjungan ke Mabes TNI di Jakarta Utara pada 2010 lalu. Selanjutnya menyerahkan berkas terkait persoalan tanah Kelurahan Sari Rejo seluas 260 hektar.
Hal lainnya, Rahudman juga menggelar pembahasan mengenai persoalan tanah di Kelurahan Sari Rejo dengan sejumlah petinggi TNI AU di Medan. Dalam pembicaraan itu ada keputusan Pemko Medan menyurati Mabes TNI, Menteri Petahanan dan Departemen Keuangan.
Untuk menunjukkan buktinya tetap memperjuangkan tanah di Kelurahan Sari Rejo, Rahudman menggelar pertemuan silaturahmi dengan warga di Kantor Camat Medan Polonia, Kamis (2/2).

Di hadapan ratusan warga Kelurahan Sari Rejo, Rahudman menegaskan, Pemko Medan tetap berkomitmen menuntaskan persoalan tanah seluas 260 hektar. Bukti komitmen itu, ditunjukkan dengan pembuatan surat yang akan dilayangkan ke Mabes TNI AU agar tanah seluas 260 hektar diserahkan kepada warga, karena tanah tersebut hak warga.

“Janji tidak tinggal janji. Kita akan terus berjuang. Saya tidak akan lari satu centimeter pun dari masalah ini untuk berpihak kepada masyarakat di Kelurahan Sari Rejo. Persoalan tanah di Kelurahan Sari Rejo ini merupakan prioritas utama yang harus segera diselesaikan,” katanya diiringi riuh tepuk tangan warga yang hadir dalam pertemuan silaturahmi tersebut.

Dia menyebutkan, untuk mempercepat penyelesaian kasus tanah tersebut, Pemko Medan sudah mempersipakan pola yakni menyu rati kembali Mabes TNI AU dan tembusannya disampaikan kepada lembaga-lembaga yang terkait, termasuk Badan Pertanahan Nasional (BPN) Pusat dan Menteri Pertahanan.

“Saya sudah mempunyai senjata pamungkas untuk menyelesaikan status tanah di Kelurahan Sari Rejo, saya juga pasang badan untuk ini. Harapan kita, persoalan ini tidak menjadi berlarut-larut. Sebab, dikhawatirkan dapat memicu terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Untuk itulah saya memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang upaya-upaya yang telah dilakukan Pemko Medan, termasuk paparan Wali Kota dan MoU dengan TNI AU,” katanya.

Rahudman menyebutkan, jika persoalan tanah di Sari Rejo dibicarakan dalam hak hukum. Masyarakat Sari Rejo dan TNI AU memiliki alas hak, untuk itu Pemko Medan terus melakukan pendekatan dengan langkah hukum yang tepat.

“Bagaimana hak masyarakat bisa diberikan sesuai dengan apa yang dimiliki. Untuk itu, dalam seminggu ini Pemko Medan mempersiapkan surat resmi dan segera dikirimkan kepada Mabes TNI AU dan berkoordinasi dengan BPN agar sesegera mungkin ditindak lanjut MoU itu agar ada kepastian hukum bagi masyarakat di Kelurahan Sari Rejo,” cetusnya.

Dia menegaskan, keseriusan Pemko Medan dalam menyelesaikan persoalan tanah itu. Termasuk, kesiapan memberi ganti rugi kepada TNI AU dengan menggunakan dana dari APBD agar lahan 260 hektar itu diserahkan kepada masyarakat Sari Rejo.

“Langkah yang ditempuh sudah hampir dengan mengganti tanah warga Sari Rejo kepada TNI AU. Kepada seluruh  masyarakat Kelurahan Sari Rejo agar tetap tenang dan memberikan keyakinan sepenuhnya kepada Pemko Medan bersama BPN dalam mencari solusi  terbaik guna menyelesaikan persoalan tanah  ini. Saya ingin doa dan dukungan dari seluruh masyarakat Sari Rejo agar permasalahan ini secepatnya diselesaikan,” harapnya.
Lebih jauh, dia mengingatkan kepada warga Sari Rejo yang hadir bahwa surat dari Mabes TNI AU tertanggal 25 November 2011 lalu. Pemko Medan tidak melaksanakannya dan membalas surat tersebut.

“Sebelum warga saya berikan haknya. Maka, upaya yang dilakukan dengan mencari pengganti tanah Sari Rejo kepada TNI AU agar hak masyarakat dapat diberikan. Dengan begitu, Pemko Medan bersama BPN Medan segera menurunkan tim menentukan batas wilayah di Sari Rejo,” cetusnya. (adl)

Jaga Kondusifitas

Ketua DPRD Medan Drs Amiruddin menyatakan atas nama DPRD Medan siap membantu Wali Kota Medan dalam menyelesaikan kasus tanah di Kelurahan Sari Rejo. Tak lupa dia mengingatkan warga tetap menjaga kekondusifitas dan tindak melakukan tindakan anarkis.

Menurut dia, apa yang sudah disampaikan Forum Masyarakat Sari Rejo (Formas) merupakan keluhan dari masyarakat. “Kami anggota DPRD Medan sangat mengharapkan Wali Kota Medan mempercepat proses tersebut. Pak Wali punya tongkat dan punya kesiapan menyelesaikanya. DPRD Medan siap membantu Wali Kota  untuk menuntaskannya,” bebernya.

Dia menyatakan, rekomendasi yang direncanakan Wali Kota Medan yang terpenting bisa memberikan hak-hak warga Kelurahan Sari Rejo. Pola ini akan dibahas juga di legislative secepatnya.

“Rekomendasi itu akan dilihat dulu. Kalau memang perlu ada pergantian tempat, maukah TNI AU menyerahkannya kepada Pemko Medan. Hal itu pasti ada tuntutannya. Yang pasti akan didukung Wali kota Medan karena ini merupakan kepentingan masyarakat,” ujarnya.
Kepada masyarakat, Amiruddin mengharapkan dapat menjaga kekondusifan di Kota Medan agar tidak melakukan tindakan anarkis. “Hanya itu lah yang bisa pesankan kepada masyarakat Kelurahan Sari Rejo atas nama menjaga kondusifitas,” cetusnya. (adl)

Aset Tanah Terdaftar di Dephan

Kepala BPN Medan, Subagyo mengaku belum bisa mengeluarkan sertifikat tanah kepada masyarakat. Pasalnya tanah itu masih terdaftar sebagai aset milik negara dan sudah tercatat dalam buku aset Departemen Pertahanan (Dephan).

“Jadi tindakan yang bisa dilakukan hanya menunggu surat resmi yang dikirimkan Pemko Medan kepada pihak terkait seperti TNI AU dan Menteri Keuangan. BPN tak bisa bergerak tanpa ada rekomendai pelepasan aset,” katanya.

Hal tersebut juga berdasarkan hasil kunjungannya ke Jakarta, tanah seluas 260 hektar yang ditempati warga Kelurahan Sari Rejo merupakan tanah yang masih terdaftar di Menteri Pertahanan.

“Kami berusaha agar penyelesaian tidak mentok (berhenti, Red) di tengah jalan. Kita prihatin kok kepada warga Kelurahan Sari Rejo,” ucap Subagyo yang baru menjabat satu setengah bulan di BPN Medan.

Dia mengimbau kepada warga untuk tetap bersabar dalam memperjuangkan tanah tersebut. Setiap persoalan tentu ada solusi yang terbaik. (adl)

Sertifikat Pengembang Bikin Iri Warga Sari Rejo

Ketua Forum masyarakat Sari Rejo (Formas), Drs H Riwayat Pakpahan menjelaskan penyelesaian tanah Kelurahan Sari Rejo sebaiknya bisa lebih diseriusi. Bukan hanya menjadi  wacana dan janji. Masyarakat sudah iri dengan adanya sertifikat yang dimiliki oleh para pengembang di sekitar Kelurahan Sari Rejo.

“Pak Wali mempunyai kewenangan yang besar. Kami harapkan Wali Kota segera memukulkan tongkatnya, agar tanah di Kelurahan Sari Rejo jadi milik masyarakat. Yang dikhawatirkan muncul gejolak yang besar, karena masalah tanah merupakan hal yang sangat rentan,” tegasnya.

Dia menerangkan, Formas sudah menyampaikan permasalahan ini ke Presiden, Kemenham, Kemenkeu, BPN Pusat, DPR, DPD,Gubernur Sumut,wali kota, Kakanwil BPN Sumut,BPN Medan, DPRD Sumut dan DPRD Medan,tapi tidak ada juga titik terang. Masyarakat sudah tidak tahu lagi mau mengadu kemana.
“Hanya dengan memanjatkan doa kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, semoga membuka pintu hati para pengambil keputusan dalam penyelesaian tanah di Kelurahan Sari Rejo dengan seadil-adilnya,” ujarnya.

Lebih lanjut, dia menyampaikan kesepakatan antara Pemko Medan dan TNI AU harus memberikan hak masyarakat sepenuhnya dengan eksistensi yang diklaim bersertifikat.

Dia membeberkan, bila ditinjau dari beberapa aspek, seperti aspek historis, tanah Kelurahan Sari Rejo telah dikuasai dan ditempati masyarakat sejak 1948. Sedangkan aspek yuridis, masyarakat telah memperoleh putusan MA pada tahun 1995, dan aspek sosialnya masyarakat berbagai etnis hidup harmonis dengan rasa persaudaraan dan saling hormat menghormati.

Begitu juga, sebutnya dengan adanya fasilitas dari Pemko Medan berupa infrastruktur, mulai dari jalan dan gang yang sudah di aspal, ditambah lagi fasilitas lain, seperti listrik, jaringan PDAM, dan telepon yang menjadikan kawasan hunian mandiri kompak dan lengkap. Bukan itu saja, bila disebutkan tanah tersebut terdaftar di Departemen Pertahanan (Dephan), selama ini warga sudah membayar Pajak Bumi Bangunan (PBB). Artinya, tanah Sari Rejo sudah bagian dari masyarakat.

“Kami rutin membayar pajak, jangan bedakan kami dengan warga lain di sekitar tanah Sari Rejo yang memiliki sertifikat tanah,” pintanya.
Riwayat menyebutkan, persoalan tanah Sari Rejo bukan hanya persoalan legalitas , melainkan kemauan kuat dari pengambil kebijakan.
“Buktinya bila ada kebijakan, berdiri sejumlah bangunan besar di satu kesatuan tanah Sari Rejo. Jadi perlakukan juga 30-an ribu penduduk di Sari Rejo dengan seadil-adilnya,” ingatkannya. (adl)