25 C
Medan
Sunday, December 21, 2025
Home Blog Page 14456

Wanita Harus Punya Sikap

Seorang wanita itu harus punya sikap tapi juga tak lupa untuk menjaga dirinya dalam bersikap. Begitulah kata Sri Wahyuni, Manager Eksternal Relationship PGN Pusat. “Dalam segala aspek kehidupan, wanita itu harus punya sikap, tapi jangan lupa untuk menjaga sikap,” ujar wanita kelahiran Kediri, 14 November 1965 silam ini.

Begitu juga dalam mencapai tujuan cita-cita, lanjutnya, wanita jangan sampai kalah dengan pria. Makanya wanita sangat perlu mengambil sikap untuk meraih mimpi yang diwujudkan dalam dunia nyata. “Aku selalu punya sikap dalam meraih mimpi. Walau terlahir dari keluarga sederhana, tapi aku bertekad belajar dengan baik demi mendapatkan beasiswa kala itu. Alhamdulillah, sikapku untuk memutuskan belajar dengan baik membuatku mendapat beasiswa di bangku kuliah,” ujarnya mengenang.

Padahal, kata dia, ketika dirinya duduk di bangku SMA tidak pernah terpikir untuk kuliah karena tidak mempunyai biaya. “Tapi saya bertekad dengan mengandalkan otak agar saya bisa kuliah. Tuhan baik sama saya hingga akhirnya saya mendapat beasiswa kuliah,” ujarnya.

Berkeinginan dan mengambil sikap untuk maju, memang sudah ditanamkan dalam benaknya. Meski saat masih berkuliah dulu ia tinggal bersama sang tante karena ibunda meninggal dunia, tapi tak membuatnya putus asa. “Waktu itu, untuk menyambung hidup saya mencari uang dengan bekerja sebagai guru les private. Saya mengajar anak-anak di sekitar tempat tinggal saya. Setidaknya dengan upah yang saya dapat, saya bisa mandiri waktu itu,” kata Yuni bercerita.

Masih cerita wanita yang akrab disapa Yuni ini, saat Kuliah Kerja Nyata (KKN), ia mengambil tempat di Perusahaan Ngas Negara (PGN). Nah saat sedang KKN dan menyusun skripsi, kebetulan PGN membuka lowongan kerja. “Dengan semangat saya menjatuhkan lamaran. Alhamdulillah saya diterima di PNG hingga sampai saat ini,” kata Yuni.
Itu cerita Yuni dulu. Sekarang dirinya sudah menikah dan memiliki dua anak, Amalia Zhafira Fildzah dan Nito Fathur Rahman.  Selama menjalani perkawinannya, Yuni selalu mencoba memahami segala aspek dan sisi dalam pernikahannya.

Meski ia tahu betul dan menyadari kekurangannya sebagai wanita karir yang bersuami dan memiliki anak, harus menerima konsekuensi untuk bisa membagi waktu antara pekerjaan dan keluarganya. “Suami maunya saya bekerja, bahkan suami lebih suka melihat saya bekerja dari pada di rumah saja. Alasan suami saya, kalau memiliki istri yang bekerja berbeda dengan istri rumahan, kalau istri bekerja lebih mudah diajak berkomunikasi,” akunya.

Untuk itu, demi keluarga dan buah hatinya, ia selalu meluangkan waktu di hari Sabtu, Minggu maupun hari libur lainnya. Meski tak punya banyak waktu, namun suaminya mengajarkannya untuk tidak menjadikannya beban. “Sebaliknya, suami mengajarkan bahwa menjadi seorang wanita, istri, dan ibu harus pintar. Semua hal dalam hidup harus menjadi prioritas. Pekerjaan, suami, dan anak-anak menjadi tujuan hidup saya,” bilangnya.

Untuk persoalan penampilan, Yuni juga memiliki sikap. Baginya, sebagai Manajer Hubungan Ekternal PNG, menjaga penampilan sangat penting. Hal ini karena ia selalu keluar dari kantor untuk menemui klien dan menghadapi masyarakat.

“Penampilan penting. Tapi tak perlu norak. Bagi saya menjaga penampilan itu dengan menjaga kebersihan dan kerapian penampilan. Sebab, kalau kita bersih dan rapi, akan memancarkan aura wanita yang elegan,” pungkasnya. (juli ramadhani rambe)

3 Dampak Buruk Pernikahan Dini

Pernikahan dini melanggar hak anak, terutama anak perempuan. Anak perempuan, sebagai pihak yang paling rentan menjadi korban dalam kasus pernikahan dini, juga mengalami sejumlah dampak buruk.
Plan Indonesia, organisasi kemanusiaan yang fokus pada perlindungan dan pemberdayaan anak, menyampaikan hasil temuannya mengenai pernikahan dini. Plan mencatat, 33,5 persen anak usia 13-18 tahun pernah menikah, dan rata-rata mereka menikah pada usia 15-16 tahun.

Penelitian ini dilakukan di delapan kabupaten di seluruh Indonesia selama Januari-April 2011. Wilayah penelitian mencakup Kabupaten Indramayu (Jawa Barat); Grobogan dan Rembang (Jawa Tengah); Tabanan (Bali); Dompu (NTB); serta Timor Tengah Selatan, Sikka, dan Lembata (NTT).

“Walaupun tidak mewakili seluruh populasi di Indonesia, temuan ini bisa menjadi gambaran kasus pernikahan dini secara umum di Tanah Air. Apalagi data ini tak jauh berbeda dengan temuan Bappenas tahun 2008 bahwa 34,5 persen dari 2.049.000 perkawinan tahun 2008 adalah perkawinan anak,” ujar Bekti Andari, Gender Specialist Plan Indonesia, dalam siaran persnya.

Studi ini menunjukkan lima faktor yang memengaruhi perkawinan anak, yaitu perilaku seksual dan kehamilan tidak dikehendaki, tradisi atau budaya, rendahnya pengetahuan kesehatan reproduksi dan tingkat pendidikan orangtua, faktor sosio-ekonomi dan geografis, serta lemahnya penegakan hukum.

Adapaun dampak pernikahan dini bagi anak perempuan:

1. Rentan KDRT

Menurut temuan Plan, sebanyak 44 persen anak perempuan yang menikah dini mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan tingkat frekuensi tinggi. Sisanya, 56 persen anak perempuan mengalami KDRT dalam frekuensi rendah.

2. Risiko meninggal

Selain tingginya angka KDRT, juga berdampak pada kesehatan reproduksi anak perempuan. Anak perempuan berusia 10-14 tahun memiliki kemungkinan meninggal lima kali lebih besar, selama kehamilan atau melahirkan, dibandingkan dengan perempuan berusia 20-25 tahun. Sementara itu, anak yang menikah pada usia 15-19 tahun memiliki kemungkinan dua kali lebih besar.

3. Terputusnya akses pendidikan

Di bidang pendidikan, perkawinan dini mengakibatkan si anak tidak mampu mencapai pendidikan yang lebih tinggi. Hanya 5,6 persen anak kawin dini yang masih melanjutkan sekolah setelah kawin.
Country Director Plan Indonesia John McDonough menyatakan keprihatinannya terhadap angka pernikahan dini di Indonesia. Menurutnya, pemberdayaan anak perempuan bisa mencegah terjadinya pernikahan di bawah umur ini. (ila/net)

Mudah Dijangkau dan Bebas Banjir

Pertimbangan Sebelum Membeli Rumah Tinggal

Memilih rumah yang cocok memang gampang-gampang susah. Pasalnya, cukup banyak alasan yang harus dipertimbangkan sebelum membeli rumah yang cocok bagi Anda dan keluarga Anda. Apalagi rumah tersebut akan Anda tempati untuk waktu yang lama dan mungkin seumur hidup.

Memang, karena terkadang ada kebutuhan spesifik yang harus dipenuhi. Sebut saja, misalnya, bagi keluarga muda yang memiliki anak kecil, tentu rumah yang dekat dengan sekolah menjadi salah satu pertimbangan utama.
Seiring dengan semakin macetnya lalulintas di kota-kota besar, Anda juga pasti menginginkan lokasi rumah yang tidak terlalu jauh dengan kantor. Atau, setidaknya memiliki banyak alternatif jalan sehingga tidak mesti selalu terjebak kemacetan lalu lintas.

Namun, di samping pertimbangan-pertimbangan spesifik demikian, ada juga hal-hal yang secara umum patut dipertimbangkan. Beberapa pertimbangan berikut dapat membantu Anda memutuskan untuk membeli rumah.

Lokasi Terjangkau
Lokasi rumah yang hendak dibeli haruslah memiliki akses jalan yang mudah dicapai. Jangan mudah tergiur janji-janji manis pengembang yang mengatakan bahwa perumahan tersebut hanya lima menit dari pintu tol. Siapa tahu, lima menit yang dimaksud hanya terjadi pada tengah malam dan jalan lengang.

Untuk memastikannya, ada baiknya jika Anda melakukan uji coba pada jam-jam sibuk, seperti pagi dan sore hari. Pastikan, lingkungan rumah tinggal incaran Anda memiliki suasana dan tetangga yang menyenangkan, karena di sanalah nantinya Anda akan banyak menghabiskan waktu. Biar bagaimanapun, nantinya tetangga adalah orang pertama yang akan dimintai tolong jika ada sesuatu yang terjadi.

Infrastruktur
Pastikan pula, bahwa kompleks perumahan yang Anda pilih memiliki infrastruktur, seperti akses kendaraan umum, luas jalan, listrik, air, keamanan, kebersihan, pasar, minimarket, klinik, sarana olahraga, pusat hiburan, dan sebagainya yang bisa dijangkau dengan mudah.

Bebas Banjir
Pastikan rumah yang Anda incar tersebut tidak berada pada daerah rawan banjir. Terakhir, perhatikan kondisi dan kualitas bangunan secara detail. Bila perlu, buat daftar untuk melakukan cek terhadap kondisi atap, tembok, kusen, jendela, kamar mandi saluran air, serta lubang angin. Jika pertimbangan-pertimbangan di atas sudah dilakukan, niscaya rumah yang dibeli akan memberikan kenyamanan bagi Anda.(net/jpnn)

Keju di Kotak Bekalku

Aku lupa bagaimana rasanya keju, karena belakangan ini ibu memberiku sepotong tahu atau telur setiap hari. Dan belakangan itupun sudah berbulan-bulan kujalani. “Ibu, aku ingin keju,” pintaku pagi-pagi sekali, namun ibu hanya tersenyum sambil meneguk air putih.

Cerita oleh Cikie Wahab

Kapan-kapan saja. Pergilah ke     sekolah.” Ibu mendorong tubuh ku keluar pintu
“Tapi, bu. Aku malu. Teman-temanku membawa keju di kotak bekal mereka.”

“Kau juga bawa bekal, bukan? Ibu hanya punya itu. Jika nanti jualan ibu laris, kau bisa makan keju.” Ibu kemudian terbatuk-batuk dan melap mulutnya dengan punggung tangan.

“Ibu sakit?” aku melongok ke hadapan ibu. Ibu menggeleng dan meyakinkanku bahwa keju akan ada esok hari.
Harapan itulah yang setiap hari membuat semangatku bangkit. Keju! Suatu saat aku akan punya keju yang banyak, yang bisa kumakan kapan saja, hingga Vani dan Ana tahu ibuku mampu membelinya. Aku melangkah dengan penuh doa seperti yang ibu ajarkan.

“Tuhan, terima kasih atas rezekimu hari ini, jadikan aku anak yang berbakti.”
Nah, Itu Vanii!! Dengan wajah yang selalu kemerah-merahan, ia menarik lenganku setiba di depan kelas, lalu ia berteriak lantang

“Teman-teman! Hari ini kita akan lihat apa isi kotak bekal Yuji!” Vani menatapku dengan senyum menawan, lalu berbisik pelan dan menawarkan sesuatu.  “Jika kau membantuku di ulangan matematika nanti. Aku setuju membagimu keju. Apa kau mau?” tawarnya.
“Hei kenapa belum dibuka juga!?” teriak salah seorang. Vani pun menunggu jawabanku dan kupastikan kali ini aku setuju demi mencicipi sepotong keju, aku mengangguk pelan hingga Vani bersuara lagi.
“Tidak jadi!”

“Huuu…”
Vani duduk begitupun aku, dan aku mengintip bekalku dalam tas, hm…telur mata sapi buatan ibu tersenyum lagi.
***

Jalanan berdebu siang itu. Seperti hari-hari sebelumnya, saat aku pulang sekolah  aku menyusuri sepanjang jalan tepi kali. Dari dalam kali yang cukup jernih itu, kulihat cahaya matahari membayang silau ke mataku. Kugigit lagi ubi rebus, ubi yang Vani katakan sebagai keju. Aku tertawa lagi melihat kebodohanku tadi.
“Aku selalu menepati janjiku, Yuji! Terima kasih jika kau membantuku ulangan tadi. Tapi maaf, ibu hanya memberiku sepotong.”

“Tapi kau janji, Vani!”
“Aku punya ubi rebus dari Ana. Terimalah.”
“Pembohong!”

“Tidak. Besok akan kubawa dua potong seperti katamu.”
“Bagaimana aku bisa mempercayainya lagi?” aku ambil juga bungkusan dari tangan Vani dan membawanya pergi keluar kelas, namun aku masih mendengar tawa Vani bersama Ana setelah itu.
Kucuil sedikit dari bongkahan ubi yang merekah manis itu, lalu melemparnya ke dalam kali sambil berharap ikan kecil itu menangkapnya, namun tiba-tiba aku melihat seseorang yang melintas di seberang kali, sosok yang kulihat dari seberang kali itu mengingatkanku pada jaket ibu yang berwarna biru. Aku berlari melewati jembatan.
“Ibu! Ibu!”
Ibu tak mendengarkanku, dan ia masuk ke tempat dimana mesin-mesin tua itu berbunyi riuh di dalam sana. Aku mencoba masuk.
“Hei! Anak kecil. Tempat ini bahaya. Pergilah!!” seorang lelaki tua yang gendut mendorong tubuhku keluar, bau peluhnya menyakiti hidungku.
“Tempat apa ini?”
“Hoh, kau masih SD, ya? Kau tidak tahu ini apa? Ini gudang besar tempat orang-orang akan dicongkel hati dan jantungnya.” Tawanya menggelegar dan membuatku bergidik juga.
“Bohong!”

“Kalau tidak percaya, pergilah! Nanti bapak kau mencari.”
“Aku tidak punya bapak. Ibuku…”
Lelaki itu tidak lagi menghiraukanku, dan aku juga tak berani masuk ke dalam. Tapi benarkah tadi itu ibu. Semoga pandanganku salah kali ini. Akupun beranjak pergi dari tempat itu dengan harapan ibu di rumah menantiku datang.
***

“Apa kau masih menginginkan keju?” suara ibu pagi itu membuatku terdiam dan menggeleng. “Tenanglah, dua hari lagi kau bisa makan apapun. Kau mau pizza bertabur keju atau ice cream?”
“Ibu. Kenapa kita tidak berjualan lagi? Ibu jarang di rumah. Ibu kemana saja?”
Ibu menutup kotak bekalku dengan tumis tempe. Ia tersenyum dan  mengandeng tanganku keluar rumah. Ia tak menjawab pertanyaanku, dan bersikap seperti biasa. Tolonglah ibu, aku ingin tahu apa yang kau lakukan disana.
Ibu mendorong tubuhku ke dalam pagar sekolah “Masuklah dan belajar dengan giat, sayang.” Kecupan ibu mendarat di pipiku. Ibu melambai dan aku berdiri di balik tembok kelas. Setelah ibu benar-benar pergi, buru-buru aku mengikuti ibu dari belakang agar tidak ketahuan. Rasanya punggung ibu yang kulihat seperti bergetar dari jauh.
***
Vani mengintip bekalku pagi ini, tampak raut kecewanya timbul sesaat setelah itu. Ia duduk di samping Ana dan membisikkan sesuatu pada sahabatnya itu.
Aku masukkan kembali bekal makan siangku ke dalam tas dan mengalihkan pandanganku dari Ana yang terus-terusan menatapku. Pastilah mereka merencanakan sesuatu, tapi biar saja. Hari ini ada keju di bekalku, nanti malampun ibu berjanji membawakan pizza bertabur keju untukku. Senyum di pipiku diartikan Vani sebagai penghinaan, ia mengusulkan teman-teman sekelas untuk bertukar bekal agar bekal kejuku pindah ke tangan mereka.
“Gila!” bisikku sesaat berupaya menyembunyikan dua helai keju yang dibalut roti ke kantong plastik dalam tas.
“Belajarlah berbagi, Yuji.” Bentak ketua kelas
“Ya. Kami membawa daging asap.”
“Aku tidak suka udang!”

“Ueek..ini pasti tidak enak.”
“Bla..bla…”  Semua ribut, termasuk aku meski hanya dalam hati. Seluruh semangatku hilang seketika saat Ana menyodorkan kotak berisi nasi goreng putih tanpa telur ke hadapanku, di tangan satunya ia meraih roti keju milikku.
“Aku tahu kau masiih menyimpannya satu. Sepulang sekolah kau harus membaginya dengan kami ya.”
“Apa kau tak bisa membeli sendiri?” Balasku
“Kami ingin mencicipi kejumu, Yuji.”

Ingin kulempar kotak itu ke muka Ana dan Vani. Namun bayangan ibu yang lembut seakan mencegahku untuk melakukan itu. Ini hanya keju! Aku tak akan bodoh. Maka ketika lonceng sekolah berakhir, aku mengambil langkah seribu menghindari dua perempuan itu. Bukan karena aku takut, sebagai lelaki tak pantas bagiku melawan mereka, mereka tetap perlu dilindungi, begitu kata ibuku.

Namun mereka lebih dulu membawa anak kelas lima untuk menghadangku di tengah jalan. Aku merasa bosan terus-terusan dikerjai mereka, maka satu potong keju yang ada di kotakku kulemparkan ke tanah dan menginjaknya kuat.
“Kalian mau ini kan?? Ambillah!”

“Ha. Dengan begitu kau juga tak dapat keju.” Ucap Vani
“Ibuku akan membeli pizza.”
“Ibu? Ibu yang mana? Kupikir kau itu tidak punya ibu.”
“Kau tidak lihat ibunya yang suka mengantarnya ke tepi pagar dengan malu-malu?”
“Oh aku tidak tahu itu, Ana.”

Aku mendorong tubuh Vani dan anak lelaki kelas lima tiba-tiba saja memukul kepalaku. Secepat mungkin aku meninggalkan mereka bertiga ketika Vani tampak kesakitan. Aku berlari kencang dan berhenti di depan pabrik dengan dada yang sesak dan mata yang memerah. Setelah aku yakin Vani dan dua temannya tidak mengikutiku aku berjongkok di depan pabrik sambil memperhatikan sosok yang ada di dalam pabrik dari pagar. Itu ibu! Ibu yang sedang mengangkut karung goni di pundaknya. Ia terbatuk-batuk sebentar lalu melanjutkan pekerjaannya lagi.
Kulangkahkan kakiku pulang ke rumah sendiri, karena ibu belakangan ini sering pulang senja. Dimanapun aku memandang, wajah ibuku terbayang. Dan ketika aku membuka lemari dapur, kudapati sekotak pizza bertabur keju dan daging. Oh, ibuku sayang. Pentingkah ini sekarang?

Senja pun hadir. Aku duduk di depan pintu sambil menaruh kotak pizza di pahaku. Aku menunggu ibu, menunggu ia untuk bicara agar tak lagi bekerja disana. Kita kan bisa jualan, bu. Kau tak perlu bekerja sekeras itu. Aku akan rajin membantumu dan aku juga tak akan minta macam-macam lagi. Toh Vani dan Ana sudah membuatku mual dengan jenis makanan mereka. Ibu, cepatlah pulang. Kumohon…

Aku terus menungggu ibu pulang, namun tak kunjung datang. Aku pun makin gelisah saat hujan mulai turun mengguyur malam. Kuputuskan juga membawa kotak pizza itu sambil berlari menuju pabrik, cahaya lampu terlihat samar akibat hujan dan aku terus berteriak memanggil nama ibu hingga aku terpeleset dan kotak pizza itu jatuh keluar mengenai sesuatu.

“Ibu…!!!!”
Aku terpaku di tempat itu dan tidak tahu harus berbuat apa untuk membangunkan ibu. Aku menangis. Tangisan yang tak pernah ada semenjak bapakku tiada. Besok aku tak akan bawa  bekal lagi. Seluruh pizza yang jatuh berganti warna dengan sekantong keju yang di pegang ibu. Warnanya menyala dengan darah ibu yang tertimpa mesin tua di kakinya.

***
Desember2010
Cikie wahab, bergiat di sekolah menulis paragraf. Pekanbaru.
Menulis cerpen dan puisi.
em@il: cikie_wae1@yahoo.com

 

 

Mencari dan Menjadi Orang yang Asyik

Ramadhan Batubara

Semasa kecil saya begitu merindukan pindah sekolah. Saat itu saya berpikir alangkah indahnya bisa bertemu dengan suasana baru, teman baru, guru baru, hingga papan tulis baru. Tapi, setelah umur kepala tiga, mengapa pindah menjadi semacam ketakutan?

BEGITULAH, beberapa hari ini saya memang pindah rumah. Pindah kali ini bukan karena banjir atau ada masalah dengan rumah lama, tapi hanya karena demi kesehatan. Ya, rumah sebelumnya begitu jauh dari kantor. Sementara, saya selalu pulang lewat tengah malam. Bukankah angin malam teramat jahat?

Tapi, sudahlah, saya tidak ingin cerita soal itu. Yang ingin saya ceritakan adalah bagaimana saya harus beradaptasi dengan sesuatu yang baru. Dan, hasilnya saya sedikit kepayahan juga. Pasalnya, tetangga saya memiliki selera musik yang berbeda. Maksud saya bukan pada genre musik, tapi bagaimana cara dia menikmati musik.

Begini, tetangga saya ini memiliki soundsystem yang paten. Nah, kenyataannya, dia cenderung menyukai musik dengan suara yang keras. Parahnya lagi, ketika dia menyetel musik bersuara keras itu, dia tidak peduli dengan orang lain. Maka, tidur saya terganggu. Fiuh.

Sekali lagi sudahlah, toh, saya anak baru kan? Yang menjadi pikiran saya adalah kecenderungannya yang setiap pagi menyetel lagu dengan suara keras. Setelah saya usut, ternyata setiap pagi dia ke warung yang letaknya beberapa rumah dari rumahnya. Dan, agar musiknya tetap kedengaran olehnya, dia fullkan volumenya. Menariknya, ketika dia selesai dari warung, maka volume musiknya dia kecilkan. Ukh, tampaknya dia tak mau kalau musik yang dia setel hilang dari pendengarannya.

Setelah mengetahui dasar musik keras dari depan ruah itu, saya sedikit maklum. Awalnya, saya merasa aksi musik keras itu hanya sekadar unjuk gigi. Ya, penghuni lama kan harus memberi tahu kepada yang baru soal kehebatannya. Semua tak agar si penghuni baru segan dan tidak macam-macam di wilayah itu. Karena itulah, mungkin, penghuni baru akan memberikan pulut kuning atau nasi urap, atau panganan lainnya sebagai ucapan ‘mohon petunjuk’ di wilayah tersebut. Hm, sebuah proses pengenalan yang menarik bukan?
Tentu, lantun kali ini berusaha mengusik soal adaptasi. Kata orang pintar, manusia adalah mahluk yang memiliki kemampuan adaptasi paling tinggi. Ya, ketika kedinginan maka terciptalah jaket, ketika hujan terciptalah payung, dan ketika panas terciptalah AC mungkin hanya sedikit contoh dari kemampuan manusia beradaptasi.

Kemampuan manusia beradaptasi inilah yang sejatinya bisa dijadikan senjata saat kita berpindah tempat.
Yang terbaru pastinya soal reshuffle kabinet. Ada kabar tentang menteri dan wakil menteri baru. Ada juga kabar tentang pergeseran menteri ke pos yang baru. Semua itu ujung-ujungnya akan memaksa mereka beradaptasi kan? Saya hanya membayangkan, apa yang harus disiapkan para menteri itu. Haruskah mereka menyiapkan nasi urap atau pulut kuning sebagai tanda sebagai orang baru di lingkungan itu?

Tampaknya tidak. Yang sibuk mungkin para bawahan. Ayolah, bukan sebuah rahasia lagi kan kalau yang namanya pimpinan bisa sesuka hati bersikap. Dengan kata lain, anak buahlah yang harus beradaptasi dengan si bos baru tadi. Jadi, sia anak buah pun akan disibukkan dengan usaha mencari tahu kebiasaan-kebiasaan bos baru itu. Ya, kalau si bos suka roti kaleng, anak buah jangan sekali-kali memberikan parsel beri buah kan?

Soal adaptasi semacam ini membuat saya teringat dengan seorang kawan yang memiliki trik adaptasi pintar. Sebagai orang baru dia langsung mencari teman yang sebelumnya sudah berbaur di tempat yang dimaksud; kebetulan temannya itu saya. Nah, dia langsung menempel dengan saya. Lucunya, saya malah membiarkan dia yang memanfaatkan saya. Entahlah, mungkin saat itu saya ingin tulus berkawan saja.

Selang waktu, dia malah merebut semua kawan saya. Dan, saya malah seperti anak baru di sana. He he he he.
Ada juga kawan lain yang salah menempel dengan saya. Melihat saya bisa sesuka hati dengan beberapa kawan, eh, dia juga bersikap persis dengan saya. Dia lupa kalau saya dan teman-teman saya itu telah melewati proses panjang hingga bisa sesuka hati, sedangkan dia hanya kawan kemarin sore kan?  Tak pelak, dia pun jadi dibenci.

Ujung-ujungnya, saya pun mendapat bonus pandangan tak menyenangkan karena membawa teman baru yang tak asyik. Fiuh. Mencari dan menjadi teman yang asyik ternyata memang sulit.(*)

Ben Spies Start Bagus Jadi Kunci

PHILIP ISLAND- Posisi start Ben Spies, tak begitu baik di Philip Island. Spies akan memulai lomba dari posisi ketujuh. Tapi Spies tak kehilangan keyakinan, dan menyatakan awalan start akan menjadi kunci hasil positifnya besok.

Ya, pada sesi kualifikasi siang tadi, Spies tak mampu mengikuti jejak pasangan duetnya, Jorge Lorenzo untuk start di baris terdepan. Spies akan memulai balapan di grid kedua, di belakang Nicky Hayden dan Andrea Dovizioso. Dengan tunggangan yang dirasa nyaman, Spies menargetkan hasil positif.  “Motor saya terasa nyaman dan bagus, jadi saya butuh start yang baik; posisi saya di baris start, lumayan baik, jadi kita lihat saja sesi lomba besok,” tuturnya, sebagaimana dilansir Motogp.com, Sabtu (15/10).

Meski begitu, Spies masih merasakan ada yang tak beres dengan bagian depan tunggangannya. Beruntung settingan mesinnya membantu Spies untuk tak terperosok ke posisi yang buruk.

“Pada sesi kualifikasi siang tadi, saya sempat melebar dari lintasan dan merasakan benjolan aspal yang tak bagus, membuat ban depan saya bermasalah. Sangat disayangkan, padahal kami sedang mencoba settingan bagus dan terlihat lancar di awal sesi,” sambung The Elbowz.  “Masalah lain, datang di lap ketiga, menurut data, saya melaju sampai 270 km perjam, kemudian saya terlempar ke gravel tanpa saya sadari. Lutut, rusuk dan tulang sikut saya jadi bengkak, tapi hal itu sudah biasa bagi saya,” tutup mantan pembalap Superbike ini.(net/jpnn)

Hamilton Patahkan Catatan Pole Red Bull

YEONGNAM- Lewis Hamilton tampil sebagai pembalap tercepat di sesi kualifikasi GP Korea. Hasil ini memutus catatan pole yang selalu diraih Red Bull sejak awal musim.

Pada sesi yang berlangsung di Sirkuit Yeongnam, Sabtu (15/10) siang WIB, Hamilton menorehkan catatan waktu 1 menit dan 35,820 detik. Ia sukses mengungguli Sebastian Vettel, yang berada di posisi dua, dengan jarak 0,222 detik.
Sementara itu, posisi ketiga dan keempat ditempati oleh Jenson Button dan Mark Webber. Keduanya tertinggal 0,306 detik dan 0,468 detik di belakang catatan waktu milik Hamilton.

Ini adalah pertama kalinya musim ini, pole position tidak ditempati oleh pem balap Red Bull. Sementara bagi Hamilton sendiri, ini adalah pole pertamanya sejak GP Kanada 2010.

Baik Button ataupun Hamilton sudah menunjukkan ke cepatan mereka sejak sesi free practice II, di mana mereka selalu bergantian menjadi pembalap tercepat. Hamilton pun sempat menyatakan keyakinannya untuk jadi yang tercepat di sesi kualifikasi. (net/jpnn)

Alonso Berharap Ulangi Sukses Suzuka

YEONGNAM- Diakui Fernando Alonso, sesi kualifikasi siang tadi bukan seperti yang diharapkannya. Posisi keenam untuk start sesi lomba besok, bukanlah hasil yang positif. Tapi dia masih berharap, bisa mengulang sukses hasil GP Jepang, di Yeongnam besok.

Pada seri Suzuka lalu, Alonso memang tak memuncaki podium. Tapi menempati podium kedua, sudah melebihi targetnya. Nada kekecewaan muncul, sejak awal sesi latihan kemarin. Cuaca hujan maupun kering, ternyata tak membantu performanya untuk merebut start yang diinginkannya.

“Saya tak begitu senang, sebenarnya. Kami tak cukup cepat, kondisi trek yang kering juga malah memperparah kami, dibanding cuaca hujan kemarin. Kami memperhatikan, betapa cepatnya Mc Laren di sesi latihan dan kualifikasi, sementara soal Red Bull, tak mengherankan mereka selalu lebih cepat dari kami,” tutur Alonso kepada BBC, Sabtu (15/10).

“Di antara kombinasi seperti ini, kami berjuang untuk posisi kelima dan keenam dan hari ini, saya harus terima start keenam. Semoga besok kami dapat mengulangi performa bagus kami di Suzuka lalu. Biasanya kami memang kesulitan di hari kedua, tapi kami mampu berkembang di sesi lomba, jadi semoga besok kami akan mendapat hasil yang bagus,” sambungnya.

Menurut Alonso lagi, pemilihan ban akan sangat krusial, untuk lomba besok. Dengan komposisi ban yang mereka coba, pada sesi kualifikasi, Alonso seperti sudah menemukan compound yang tepat.

“Ban yang kami gunakan, cukup memberi kejutan. Ban yang kami pakai tak terdegradasi seperti yang kami duga, jadi mungkin di saat lomba, hal ini akan memudahkan kami,” lanjut Alonso.

“Tapi tentunya, perubahan cuaca akan membuat ban lebih tergerus dan kami akan membicarakan strategi lainnya dengan tim. Mudah-mudahan kami bisa mengambil kesempatan yang kami miliki,” pungkas peraih dua kali juara dunia itu.(net/jpnn)

Target Realistis

JAKARTA- Tak hanya para pebasket senior yang bakal berjibaku di even internasional. Hal yang sama juga dialami timnas U-16. Tim racikan Ricky Gunawan tersebut akan bertanding di Kejuaraan FIBA Asia U-16 di Nha Trang, Vietnam 18-28 Oktober 2011 mendatang. Timnas sendiri tergabung di grup D bersama Filipina serta tuan rumah Vietnam.
“Target kami realistis saja. Kalau bisa 10 besar sudah bagus. Persiapan kami memang minim karena hanya berlatih selama enam hari. Idealnya mungkin harus dua bulan,” terang Pimpro timnas U-16 Danny Kosasih saat ditemui setelah pelepasan timnas di FX Mall Senayan Jakarta kemarin (15/10).

Menurut Danny, Timnas bakal berusaha menumbangkan tuan rumah Vietnam. Pasalnya, untuk memukul Filipina dianggap hal yang mustahil. Sama seperti tim seniornya, timnas junior Filipina juga dianggap sebagai yang terbaik di kawasan Asia Tenggara.

Sekjen PP Perbasi Agus Mauro menyatakan, timnas hanya akan mencoba menggali pengalaman bertanding di level internasional. Pasalnya, PP Perbasi sudah menyiapkan proyek jangka panjang untuk para pemain muda tersebut. Nantinya PP Perbasi berencana menerjunkan mereka di kompetisi basket professional tertinggi di Tanah Air National Basketball League (NBL) Indonesia.

“Targetnya adalah 2013. Kami ingin seperti Filipina yang memiliki satu tim khusus yang berisi pemain timnas. Mereka memang masih muda. Tapi kalau kami tidak berani memberikan mereka kesempatan, anak-anak itu tak akan berkembang,” terang Agus.

Timnas U-16 sendiri sebelumnya menjalani training center (TC) di Bandung, Jabar. Dari hasil TC tersebut jajaran pelatih dan manajemen akhirnya memutuskan mencoret tiga pemain, namun memasukkan empat pemain. “Timnas ini yang akan bertanding di SEA Games 2013 mendatang. Para pemain senior yang sekarang ini menghuni timnas adalah yang terakhir. Selanjutnya kami akan pakai pemain muda,” tegas Agus. (ru/jpnn)

Insan Olah Raga Sumut Berduka

Iwan Sinulingga, Atlet Gantole Sumut Tewas Setelah Nabrak Pohon Jengkol

MEDAN-Saat memberi sambutan pada acara pembukaan Pekan Olahraga Kota (Porkot) Medan III di Stadion Teladan Medan, Sabtu (15/10), Ketua KONI Sumut Gus Irawan Pasaribu menyampaikan bahwa salah seorang atlet gantole Sumut tewas setelah mengalami kecelakaan.

Atlet gantole Sumut Iwan Sinulingga mengalami kecelakaan ketika membela Sumut berlaga pada babak Pra PON yang berlangsung di Landasan Udara (Lanud) Atang Sandjaya (ATS), Bandung.

Untuk mengenang jasa almurhum, Gus Irawan mengajak seluruh pengunjung yang menghadiri pembukaan Porkot 2011 mengheningkan cipta.

Diungkapkan bahwa Iwan Sinulingga tewas saat mencoba melakukan pendaratan darurat sekitar pukul pukul 13:45 di lapangan bola Gunung Bubut RT 01/RW 02, Kecamatan Rancabungur, yang hanya berjarak dua kilometer dari Lanud ATS.

Nahas, Iwan malah menabrak pohon jengkol dan tersungkur ke tanah dengan posisi kepala di bawah. Selain Iwan, seorang atlet lainnya, Abdul Mustafa (30) dari Jawa Timur yang juga melakukan pendaratan darurat, menderita luka pada bagian bibir.

Menurut saksi mata yang juga rekan sesama atlet, Herda Eka, saat itu korban ingin melakukan pendaratan darurat (emergency landing). Namun pada saat approach, Iwan menabrak pohon jengkol dan langsung jatuh ke tanah secara vertikal. “Waktu mendarat gantolenya nyangkut di pohon sukun, kemudian nabrak pohon jengkol. Setelah itu kepala Iwan langsung menghantam tanah,” ujarnya kepada Radar Bogor (Grup Sumut Pos).

Melihat situasi tersebut, kata dia, panitia dan petugas medis langsung berlarian untuk mengevakuasi korban. Namun nahas, Iwan tewas seketika di TKP sebelum sempat dibawa ke rumah sakit ATS. Iwan mengeluarkan darah segar dari mulut dengan kepala menghadap ke kanan.

“Saya bersama panitia dan tim medis, langsung lari karena memang jarak ke lokasi tak terlalu jauh. Tapi Iwan sudah tak bernyawa, mungkin lehernya patah. Saya merasa kehilangan sekali, dia adalah seorang sahabat yang baik dan pengertian,” tutur Herda.

Terpisah, Danlanud ATS, Marsekal Pertama Tabri Santoso menuturkan, kejadian ini tidak ada sangkut pautnya dengan kelalaian, karena meski tidak bertindak sebagai tuan rumah, ATS selalu memberikan saran dan masukan setiap hari terkait cuaca sebelum pertandingan dihelat. “Kami memang bukan tuan rumah, tetapi kami selalu memberikan saran. Kalau cuaca buruk kami akan melarang mereka. Tapi tadi cuaca cukup bersahabat. Ya, kalau kondisi mayat, sama sekali tidak ada luka. Tapi sepertinya, korban mengalami patah tulang leher,” tuturnya.

Ia menambahkan, jenazah korban rencananya akan diterbangkan hari ini dengan pesawat Garuda dari Cengkareng ke Medan. “Kami sudah mengkordinasikan dengan pihak keluarga. Kemungkinan besok akan diterbangkan ke Medan. Saat ini jenazah akan tetap di RS ATS. Sementara korban selamat, Abdul Mustafa menolak dirawat dan sudah pulang,” paparnya.

Sementara itu, Ketua Persatuan Olahraga Dirgantara (Pordirga) Gantole dan Paralayang, Adi Dirhamsyah membantah jika kecelakaan tersebut dikarenakan kelalaian panitia. Sebab, kecepatan angin yang mencapai 10 knot adalah hal yang lumrah. Selain itu jarak tempuh 2,5 km juga masuk dalam batas aman.

“Saya kira semuanya sudah sesuai prosedur, mulai dari kecepatan angin, jarak tempuh dan peralatan. Jadi ini murni kecelakaan. Sebab sebelum bertanding, kami selalu memeriksa peralatan dan kondisi cuaca,” tutupnya. (jun/fdy/jpnn)