28 C
Medan
Monday, December 22, 2025
Home Blog Page 14529

Kalau Cepat, Pasti Tak Begini…

Keluarga histeris mendengar kabar seluruh penumpang pesawat Cassa 212-200 milik PT Nusantara Buana Air (NBA) yang jatuh tewas. Mereka memprotes lambannya penanganan dari pemerintah.

“Kenapa selama kali menolong keluarga kami, harusnya mereka masih hidup, mereka itu pasti mati karena kelaparan dan kedinginan, kalau pemerintah cepat pasti tidak begini,” kata Ida, salah seorang keluarga, sambil menangis histeris, di sekitar posko SAR di Bahorok, Sabtu (1/10).

Lambatnya proses penyelamatan evakuasi korban pesawat Cassa 212 yang jatuh di pegunungan Bahorok, Sumut juga menuai kritik dari anggota DPR. Seharusnya saat lokasi pesawat jatuh ditemukan evakuasi segera dilakukan. Mungkin saja saat itu, masih ada penumpang atau awak yang masih hidup.

“Harus dievaluasi sistem rescue yang ada,” kata anggota Komisi V DPR Yudi Widiana Adia, Sabtu (1/10).
Harus ada perbaikan dalam sistem rescue. Mulai dari peralatan hingga struktur komando. Jadi cuaca tidak lagi menjadi alasan penundaan penyelamatan korban. “Faktor peralatan yang kurang memadai dan seringnya pergantian Kepala Badan SAR sehingga perlu adaptasi dan konsolidasi,” terangnya.

Bupati Aceh Tenggara, Hasanuddin B yang berada di posko berharap, agar tim evakuasi dapat segera melakukan evakuasi terhadap korban, agar pihaknya dapat segera membawa korban ke rumahnya masing-masing.
Mengenai lambannya evakuasi dari pihak Tim SAR oleh keluarga korban yang berada di Bahorok, Menteri Perhubungan, Freddy Numberi langsung membantah.

“ Tidak kita sudah melakukan dengan baik dan sesuai prosedur,” katanya.

Freddy mengaku, untuk melakukan evakuasi tidak semudah yang dibayangkan karena cuaca buruk. “Tim SAR sudah melakukan semua upaya dan saat ini tinggal melakukan pencarian tempat untuk mendirikan helipad darurat agar helikopter bisa mendarat. Lagi pula, Tim SAR tidak bisa melakukan evakuasi karena cuaca buruk,” ujarnya.

“Saya katakan sama Basarnas dan tim apapun dia harus ditembak terus. Begitu cuaca baik, kita harus segera keluarkan dan dievakuasi ke posko Bahorok,”katanya.

Kembali disingung terhadap minimnya fasilitas evakuasi korban seperti helikopter, Freddy menjelaskan bahwa helikopter sudah disediakan sebanyak 4 helikopter.

“Sudah ada 4 helikopter yang beroperasi untuk melakukan evakuasi,” ujarnya. Pihaknya pun sudah berkordinasi dengan pihak terkait terhadap santunan yang diberikan kepada keluarga korban.”Sudah kita lakukan dan pihak-pihak terkait terhadap santunan akan secepatnya dikeluarkan,” ujarnya.
Freddy berharap keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan ketabahan.
Yulisman, mewakili PT NBA yang juga turun ke posko kepada sejumlah wartawan mengatakan, bahwa pihaknya sangat prihatin dan memohon maaf sebesar-besarnya kepada pihak keluarga korban.
“Saya mohon maaf yang sebesar-besarannya. Karena kita sama-sama tidak menginginkan kejadian seperti ini,” ujar Yulisman seraya menambahkan pihaknya juga akan memberikan santunan kepada pihak korban. (mag-7/jon)

Truk Berisi BBM Terbalik, Seorang Polisi Tewas

DAIRI- Truk berisi bahan bakar minyak (BBM) hilang kendali dan terbalik setelah menabrak tiga mobil serta dua unit alat berat yang sedang parkir di sisi jalan negara, tepatnya di Desa Paligan, Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi, Jumat (30/9) sekitar pukul 16.30 WIB. Setelah terbalik bensin tumpah dan terbakar serta menyambar dua rumah penduduk. Seorang polisi Brigadir M Rifai Arganata tewas saat akan dilarikan ke rumah sakit.

Keterangan sejumlah saksi mata di lokasi kejadian, peristiwa itu berawal saat mobil tangki yang dikemudikan Suratmo, datang dari arah Karo menuju Sidikalang. Tiba di lokasi kejadian truk oleng dan menabrak bahagian belakang mobil L 300 bernomor plat polisi BK 8878 CJ mengangkut ternak yang juga menuju ke arah Sidikalang.
Truk semakin tak terkendali dan menabrak mobil minibus Kijang Kapsul bernomor plat polisi BK 1292 XF yang ditumpangi Brigadir M Rifai, anggota Polres Pakpak Bharat, yang datang dari arah berlawanan. Posisi Brigadir M Rifai Arganta sendiri saat terjadi kecelakaan duduk di jok belakang.

Aklibat tabrakan dengan Kijang truk pengangkut bahan bakar terbalik dan terseret sejauh 200 meter dan kembali menabrak mobil minibus Suzuki AVP yang parkir di sisi jalan dan langsung terbakar dan menyambar dua rumah penduduk.

Bahan bakar yang  sebelumnya berada di dalam tangki tumpah di sepanjang jalan menurun. Tumpahan minyak dan percikan api ini  membuat truk terbakar. Tidak berhenti sampi disitu percikan api dan tumpahan minyak  kembali menyambar dua unit alat berat yang parkir sekitar 5  meter dari lokasi  terbakarnya truk. Akibat peristiwa itu sempat menimbulkan kemacetan.

Kapolsek Sumbul, AKP Boris Saragih mengatakan, polisi masih melakukan penyelidikan. “Untuk mempermudah penyelidikan kita juga sudah membuat police line di rumah penduduk yang terbakar,” kata  Boris. (wan)

Papa, Bunda, Jangan Tinggalkan Silvi…

Keluarga Korban Menangis Histeris di Posko Bahorok

Setelah mendapat kabar dari tim evakuasi bahwa seluruh penumpang serta awak pesawat meninggal dunia, suara tangisan histeris dari keluarga korban pecah. Akibatnya, petugas yang ada di posko Pekan Bahorok, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, panik.

HAMDAN, Bahorok

Tangisan histeris hingga tak sadarkan diri keluarga korban menjadi perhatian warga. Akibatnya, suasana tampak tegang. Petugas posko pun kewalahan untuk menenangkan para keluarga korban dan mengamankan kerumunan warga yang ingin melihat langsung.

Silvi (7), anak korban dr Suhelman dan dr Juli Dhaliana tampak menangis histeris dan meronta-ronta di posko.
“Papa, bunda, jangan tinggalkan Silvi,” teriak Silvi sambil menangis.

Mendengar teriakan Silvi, keluarga Silvi yang berada di posko juga ikut menangis histeris. Mereka saling berpelukan dan saling memberi semangat.

“Kenapa bisa seperti ini. Cepat kali kamu (korban, Red) meninggalkan kami. Bagaimana nasib anakmu ini,” ratap keluarga korban berlinang air mata.

Sementara, Silvi anak satu-satunya dari kedua korban terlihat terus meneteskan air mata. Sehingga, kakek Silvi mencoba menenangkannya. Silvi tampak bingung, dan menanyakan dimana papanya berada. “Diaman papa? kenapa papa?” tanya Silvi dengan kakeknya sembari diangkat dari tengah-tengah keluarganya yang lain.
Sriansyah Putra, selaku keluarga Silvi kepada wartawan Sumut Pos mengaku, bahwa pihaknya menyesalkan lambatnya tim evakuasi untuk menolong korban. “Memang kita selaku keluarga merasa kesal. Meskipun begitu, kita tidak dapat menyalahkan tim evakuasi. Karena, untuk melakukan evakuasi selalu terhalang cuaca,” ujar Sriansyah.

Bukan hanya Silvi, tetapi keluarga korban lainnya yakni, Yunanda (29), juga menangis hiteris di posko. Dia tak menyangka kalau istrinya Syamsidar Yusni, serta dua orang anaknya Hamimatul Jannah (5) dan Abdul Hanif Abdillah (3) menjadi korban jatuhnya pesawat Casa.

“Aku mau lihat anakku. Awas, mana anakku, nggak mungkin dia meninggal. Dia masih hidup, jangan tahan aku, akau mau lihat anakku. Kenapa bisa begini. Mana anakku,” tangis Yusnanda histeris.

Orangtua Yunanda, Syamsiar juga tampak terbaring lemah di sebelahnya. Sehingga tim medis yang sudah disiapkan di posko langsung memberikan oksigen untuk menjaga-hal-hal yang tak diinginkan. Situasi di posko semakin panik karena keluarga korban yang pingsan terus berjatuhan.

Damli (30), keluarga Syamsidar Yusni kepada wartawan Sumut Pos mengaku, kalau pihaknya merasa kecewa dengan kinerja tim evakuasi. “Macam mananya ini. Kalau bisa jadi begini. Masak pesawat itu mau dibelah saat melakukan evakuasi. Gara-gara kabar itu, orangtua korban jadi pingsan,” ucap Damli.

Rosmawati, mertua Syamsidar Yusni saat berada di posko juga ikut menangis histeris. “Apakah ada harapan hidup mereka di sana? Ya Allah, tolonglah aku, kasihanilah dia (korban, Red) yang Allah, dia masih kecil dan tak berdosa,” kata Rosmawati berlinang air mata.

Setelah beberapa jam, akhirnya suara tangis hiteris dan ratapan dari masing-masing keluarga korban mulai tenang. Tapi, para keluarga korban tampak melamun seakan tak percaya dengan peristiwa tersebut. (*)

Bersyukur Diberi Suami Pengertian

Wanita kelahiran Nganjuk (Jawa Timur) 3 Mei 1967 ini menyadari posisinya sebagai seorang istri, ibu dan wanita karier. Posisinya yang tidak memiliki banyak waktu bersama. Karena itu, setiap pekerjaan yang digelutinya dirinya selalu meminta pendapat dan izin dari suami dan keluarga besarnya.

“Suami penuh pengertian. Saya sangat bersyukur karena diberikan jodoh seperti dirinya,” ujar Sukarmi, Wakil Ketua Umum KPPU Pusat.
Kesibukan Sukarmi memang cukup lumayan. Selain bertugas sebagai ibu dan istri, ia juga disibukkan dengan pekerjaan sebagai Wakil Ketua Umum KPPU Pusat serta mengajar sebagai dosen. “Alhamdulillah, suami saya sangat mengerti kesibukan saya,” ujar istri dari Asdar Anshar Putra ini.

Posisi ini pula yang membuat dirinya kehilangan waktu berkumpul dengan buah hatinya. Bahkan terkadang di hari libur atau Sabtupun masih dijalaninya untuk mengajar sebagai dosen di berbagai daerah. “Bagi saya bukan kuantitas, tetapi kualitas pertemuan bersama keluarga. Jadi, saat kumpul dengan anak, biasanya saya lakukan semua kegiatan dengan anak, mulai dari belajar, masak ataupun jalan-jalan. Suami saya tahu, bahwa bekerja sudah menjadi kebutuhan bagi saya, dan saya meletakkan kepercayaan suami dengan sepenuh hati,” tambahnya.

Selain itu, saat dirinya jauh dari kedua buah hati dan suami, komunikasi tidak pernah putus dilakukannya. Hal ini untuk mempererat rasa antara dirinya dan keluarganya. “Kalau komunikasi bisa kita jaga, Insya Allah hubungan kita dengan keluarga akan baik-baik saja, karena komunikasi itu bisa mengingatkan kembali keberadaan kita walau kita tidak ada disamping,” kata ibu dari Rona Almas Ramadhani dan Raidul Islam Annadif ini.
Walaupun terlihat sulit, sambungnya, tetapi semua aktivitas kerjanya tetap dijalani dengan senang hati. “Kalau niat kita bekerja dengan tulus, Tuhan pasti meberikan jalan dengan berbagai cara, seperti suami yang sabar dan pengertian serta anak yang mandiri dan sehat,” paparnya.

Menurutnya, tak hanya pekerjaan saja yang rumit, menjadi seorang ibu juga buka hal yang mudah untuk dijalaninya, apalagi saat dirinya harus menghadapi anak yang sakit dan pekerjaan yang menumpuk. “Satu-satunya jalan dalam hidup ini adalah Tuhan. Pernah saat Raidul (16 bulan), anak kedua saya sakit dan harus diopname, pada saat yang sama saya harus keluar kota. Saya memilih jalan berdoa, meminta pada Allah agar anak saya cepat sembuh dan saya bisa bekerja kembali,” tuturnya.

Bicara soal karir, wanita yang mengecap pendidikan di Fakultas Hukum di Universitas Brawijaya ini, sejak kuliah dirinya mulai menggeluti dunia organisasi, bahkan dirinya menjadi seorang aktifis untuk bisa menegakkan keadilan. Rasa cintanya terhadap dunia hukum, membuatnya memutuskan untuk melanjutkan kuliah hingga ke jenjang S3. “Saya dulu sering demo, saya merasa terpanggil jangan sampai hukum dijadikan alat untuk kekuasaan,” akunya.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya dosen di beberapa Universitas swasta ini mendapatkan kesempatan untuk duduk di KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) Pusat dengan posisi sebagai Wakil Ketua Umum. Izin suami dan keluarga membuat dirinya bertahan dan akhirnya mendapatkan posisi tersebut. Walau pun awalnya buta dengan dunia bisnis, tetapi prinsipnya untuk selalu belajar tidak membuatnya ketinggalan.

“Awalnya saya tidak tahu apa-apa mengenai bisnis dan usaha. Saya hanya dapat teori saat mengambil S2. Learning by doing yang membuat saya bertahan untuk mengetahui dan menguasai apapun tentang posisi saya. Yang penting niat dan kerja keras yang tulus membuat kita meraih impian,” tutupnya. (juli ramadhani rambe)

Meninggalkan Anak Tanpa Rasa Bersalah

Setelah melalui masa cuti melahirkan yang cukup panjang, Anda harus segera bersiap untuk kembali ke rutinitas kantor. Namun, Anda merasa sangat sedih karena waktu bersama anak selama 24 jam sehari itu harus berakhir.
Pikiran seperti ingin berhenti bekerja atau mengusahakan cuti lebih panjang, akan terlintas di benak Anda. Bisa jadi, Anda juga akan merasa begitu bersalah, karena harus mengalihkan tanggung jawab mengurus bayi pada pengasuh atau anggota keluarga lain di rumah.

Menurut pakar, pikiran seperti ini sangat umum dimiliki oleh para ibu baru. Mereka ingin memastikan anak-anak diasuh dengan cara yang benar, diberi minum dan makan sesuai jadwal, dan tidur pada waktu yang ditentukan. Mereka cemas, anak-anak akan sulit ditinggal pergi dan menjadi rewel karena ibunya tidak ada di rumah.

Namun, menurut ahli, sebenarnya anak-anak punya kemampuan untuk beradaptasi terhadap berbagai situasi yang terjadi di rumah. Termasuk dalam hal ini adalah kenyataan bahwa sang ibu harus bekerja di kantor. “Biasanya, saya akan menganjurkan para ibu untuk melakukan apa yang dianggap terbaik bagi diri mereka sendiri, dan juga kehidupan keluarganya,” kata Roya Samuels, MD, spesialis anak dari Cohen Children’s Medical Center. Melakukan hal yang terbaik mungkin akan diinterpretasikan sebagai usaha untuk menghasilkan uang, agar bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Namun, ini juga bisa diartikan sebagai pemenuhan kebutuhan pribadi Anda untuk menjadi ibu yang baik bagi anak-anak.  Bagi banyak wanita, rasa dibutuhkan di luar maupun di dalam rumah itu dapat membantu mereka merasa bahagia. Sementara, jika sang ibu bahagia, otomatis ia akan menjadi orangtua yang baik.(ila/net)

Penuh Kejutan

Magnum Filter Urban Jazz Crossover

MEDAN- Diiringi musik ramuan Vicky Sianipar, penampilan 9 artis yang meramaikan Magnum Filter Urban Jazz Crossover di Hotel JW Marriot, Jumat (30/9) malam, mampu memberikan kejutan kepada penonton yang hadir. Mulai lagu dangdut hingga rock, dihadirkan dengan aransemen yang menawan dan dibawakan artis-artis ternama seperti Ira Swara, Syahrani dan lainnya.

Lagu “Cinta Satu Malam” yang dibawakan Ira Swara dengan alunan musik jazz mampu mencuri perhatian penonton. Bahkan, sejumlah penonton takjub dengan perubahan performa suara Ira Swara.

Penonton juga dibuat terpesona dengan penampilan Ira Swara dan penyanyi seriosa Daniel saat membawakan lagu rock berjudul “In The End” yang dipopulerkan Linkin Park.

Firman yang merupakan seorang rocker saat berduet dengan Ras Muhammad, membawakan lagu rap dipadu dengan rock dan mendapat sentuhan jazz. Tepuk tangan penonton pun mengema di Hotel JW Marriot.(mag-9)

Curi Spion, Nyaris Tewas Digebuki Warga

MEDAN- Gara-gara mencuri kaca spion mobil Xenia, Rahman alias Amat (29), nyaris tewas dihajar warga, Sabtu (1/10) dini hari. Untung pemilik mobil dapat mencegah aksi brutal warga, sehingga nyawa warga Jalan Besar Batangkuis, Deli Serdang ini dapat diselamatkan.

Menurut Feri, saat itu sekira pukul 03.00 WIB, dia curiga dengan gerak-gerik Amat yang mondar-mandir di depan rumahnya di Jalan Datuk Kabu Pasar III Gang Padi, Desa Tembung, Percut Sei Tuan. Lantas, dia mengintai dari ruang tamu.

Ternyata, kecurigaannya terbukti. Amat mendekati mobil milik Feri yang terperkir di depan rumah dan berusaha membuka spion mobil tersebut dengan obeng.

Melihat hal itu, Feri langsung keluar dari pintu samping dan menangkap tersangka. Saat ditangkap, Amat sempat tak mengakui perbuatannya.

Karena tak mengaku, Feri emosi dan memukuli tersangka. Mendengar suara gaduh, warga sekitar terbangun dan berdatangan. Tanpa ampun, warga menghajarnya hingga babak belur dan nyaris tewas.
Melihat tersangka tak berdaya, Feri kasihan dan mencegah warga memukuli tersangka. Untungnya, petugas kepolisian Polsek Percut Sei Tuan yang sebelumnya telah dihubungi, tiba di lokasi. Amat langsung diboyong ke Mapolsek Percut Sei Tuan.

Amat mengaku sudah dua kali melakukan aksi tersebut. Dari hasil penjualan kaca spion curian itu, dia hanya mendapatkan uang Rp30 ribu. “Pertama kali aku mencuri spion mobil di Jalan Sumatera, Medan Area,” bebernya.(mag-7)

Nelayan Temukan Mortir Aktif

MEDAN- Junaidi (49), nelayan Belawan, menemukan mortir sepanjang 50 cm. Penemuan bom mortir tersebut saat Junaidi, warga Jalan Young Panah Hijau, Gang Bidan, Lingkungan 6, Kelurahan Labuhan Deli, Medan Marelan, tengah mencari ikan di laut dengan menggunakan jaring.
Saat itu, dia melemparkan jaringnya ke perairan, ternyata jaring ikan tersebut justru menangkap sebuah bom mortir yang diduga masih aktif. Semula, Junaidi mengira mortir yang ditemukan hanya besi biasa, hingga membuat nelayan tersebut membawa bom mortir tersebut ke daratan. Akan tetapi, saat tiba di daratan dan kembali melihat mortir tersebut, nelayan itu baru sadar jika yang ia temukan adalah bom mortir.

Takut meledak, nelayan tersebut akhirnya langsung menghubungi Polsekta Medan Labuhan guna mengamankan mortir tersebut. Tak lama kemudian, petugas Satuan Reskrim Polsekta Medan Labuhan dan petugas Intelkan Polsekta Medan Labuhan datang ke lokasi kejadian untuk selanjutnya membawa bom mortir tersebut ke Mapolsekta Medan Labuhan guna diamankan.

Sementara, Kapolsekta Medan Labuhan, Kompol Sugeng Riyadi yang berusaha dikonfirmasi perihal penemuan bom mortir tersebut enggan memberikan jawaban dan saat ditemui di ruangannya, ia juga juga belum berada di tempat.(mag-11)

Polisi Kena Tipu, Rp20 Juta Lewong

Diimingi-imingi Undian Berhadiah

MEDAN- Saban hari di kantor polisi dan telah melihat para pelapor yang melapor dengan berbagai macam modus kejahatan, namun masih bisa ditipu orang.

Ini dialami petugas operator Polresta Medan, Lukman Hakim (55), warga Jalan Ampera VIII, Kelurahan Glugur Darat 2, Medan Timur. Akibat peristiwa itu, Lukman mengalami kerugian Rp20,7 juta lebih.

Dalam laporannya di Polresta Medan, Jumat (30/9), diceritakannya seminggu lalu atau Sabtu (22/9) ia menerima telepon rumah dari seorang pria yang menanyakan namanya, sambil menyebutkan bahwa nomor telepon rumah korban terpilih menjadi pemenang undian terbaik dalam pembayaran rekening telepon.

Si penelepon mengatakan, akan memberikan hadiah uang tunai Rp17 juta dan 1 unit TV 21 inci dan menanyakan ATM korban serta menyuruh untuk datang ke ATM terdekat. Tidak hanya itu, si penelepon meminta nomor HP korban dengan alasan agar jangan susah dihubungi.
Bagai terhipnotis, korban menuruti seluruh intruksi sang penelepon. Sesampainya di ATM, si penelepon menghubungi korban dan menyuruh memasukan kartu ATM ke mesin ATM serta menekan nomor-nomor yang disebutkan pelaku.

Tanpa sadar korban mengikuti yang diperintahkan si penipu itu. Namun, setelah semua yang diperintahkan penipu dilakukannya, Lukman baru sadar dan segera mencek saldo di rekeningnya, ternyata uangnya sebanyak Rp20,7 juta lebih sudah ludes.

Merasa tertipu, korban melaporkan peristiwa itu ke Mapolresta Medan dan berharap polisi mengungkap kasus tersebut dan menangkap pelakunya. “Tak tahulah aku. Saat itu aku bagai terhipnotis, menuruti semua kata yang menelpon itu. Aku tersadar setelah mentranfer. Rugi aku Rp20 juta lebih,” tukasnya.

Kasat Reskrim Polresta Medan, AKP M Yoris Marzuki SIK SH ketika dikonfirmasi wartawan di Mapolresta Medan, membenarkan pengaduan tersebut dan kasusnya masih dalam penyelidikan. “Laporannya telah diterima dan masih dipelajari anggota kita. Kasus serupa memang kerap terjadi. Kita harap bila ada masyarakat yang mengalami hal serupa supaya tak melayaninya,” ujar Yoris. (min/smg)

UU Perkawinan tak Melindungi Perempuan

Sejumlah pasal dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (UU Perkawinan) masih mendiskriminasikan perempuan. Terutama terkait usia perkawinan yang masih membedakan perempuan dan laki-laki. Tak hanya itu, peran perempuan dan laki-laki dalam perkawinan yang tak setara juga menunjukkan adanya ketidakadilan bagi perempuan.

Gugatan mantan istri Bambang Triatmodjo, Halimah Agustina Kamil, terhadap UU Perkawinan menjadi contoh nyatanya. Halimah, dalam pokok permohonannya, meminta agar Mahkamah Konstitusi menghapus Pasal 39 Ayat (2) huruf f UU No 1/1974 tentang Perkawinan yang berbunyi “untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami istri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami istri”.
Perceraian Halimah dan Bambang pada 23 Desember 2010 lalu menunjukkan bagaimana laki-laki lebih memiliki kuasa dalam memutuskan sebuah ikatan perkawinan, dengan alasan ketidakcocokan atau tak rukun. Sementara Halimah, yang berusaha mempertahankan perkawinan, “tak berdaya” untuk tunduk pada keputusan perceraian tersebut.

Kasus Halimah hanya salah satu contoh bagaimana UU Perkawinan tak lagi sejalan dalam mengatur hubungan pernikahan. Ninik Rahayu, Komisioner Komnas Perempuan, mengatakan  banyak pasal di UU Perkawinan yang tak sejalan.
“UU No 1/1974 masih diskriminatif terhadap perempuan, tidak memberikan perlindungan kepada perempuan. Ada relasi yang tak sama antara perempuan dan laki-laki. Begitu banyak persoalan masyarakat yang tidak diakomodasi Undang-Undang ini. Perlu dilakukan pembahasan pada UU No 1 tahun 1974 ini,” jelasnya.

Tak hanya Halimah dan Komnas Perempuan yang menyoroti UU Perkawinan No 1 Tahunn 1974. Plan Indonesia, organisasi kemanusiaan yang fokus pada perlindungan dan pemberdayaan anak, juga menyatakan sikapnya mengenai UU No 1/1974 ini.

Plan mendorong negara juga kekuatan sosial untuk melakukan amandemen  terhadap UU No 1 Tahun 1974, yang isinya bertentangan dengan Konvensi Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan (UN-CEDAW) serta Konvensi Internasional Hak Anak (UN-CRC).

Menurut Plan Indonesia, perlu ada upaya untuk menyelaraskan undang-undang dan peraturan pemerintah dengan sejumlah konvensi internasional yang sudah diratifikasi. Bagi Plan, hukum perkawinan masih mendiskriminasikan perempuan, dengan membedakan usia minimal kawin perempuan, yang lebih rendah (16 tahun) dibandingkan dengan laki-laki (19 tahun).

Hasil penelitian Plan Indonesia di delapan kabupaten di seluruh Indonesia selama Januari – April 2011 menunjukkan tingginya angka pernikahan dini. Hasil penelitian ini mengungkap fakta, 33,5 persen anak usia 13 – 18 tahun pernah menikah, dan rata-rata mereka menikah di usia 15-16 tahun. Wilayah penelitian mencakup Kabupaten Indramayu (Jawa Barat), Grobogan, Rembang (Jawa Tengah), Tabanan (Bali), Dompu (NTB), Timor Tengah Selatan, Sikka dan Lembata (NTT). “Walaupun tidak mewakili seluruh populasi di Indonesia, temuan ini bisa menjadi gambaran kasus pernikahan dini secara umum di Tanah Air,” jelas Bekti Andari, Gender Specialist. (ila/net)
Plan Indonesia, melalui siaran persnya.

Bekti juga mengungkapkan, di tingkat lokal, sering terjadi penyelewengan dalam mengimplementasikan hukum perkawinan, sehingga anak menjadi korban dan semakin kehilangan hak-haknya. “Di beberapa daerah orang tua masih bisa menyuap aparat terkait untuk memanipulasi umur anaknya yang akan dinikahkan,” jelas Bekti.

Komnas Perempuan dan Plan Indonesia menyoroti pentingnya menguji kembali UU No 1/1974 tentang perkawinan. Fokus utama Plan adalah pada soal usia anak, terkait dengan hak dan perlindungan anak. Sementara Komnas Perempuan, menyoroti beberapa hal.

Ninik yang menjabat sebagai anggota Subkomisi Reformasi Hukum dan Kebijakan mengatakan Komnas Perempuan mengusulkan perubahan pada defenisi perkawinan, peran suami dan istri, usia perkawinan, serta terkait identitas hukum seseorang (pencatatan perkawinan).

Perubahan dan pengujian kembali UU No 1/1974 ini diperlukan untuk melindungi perempuan, menghapuskan diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan, juga mencegah kriminalisasi terhadap perkawinan.
Soal kriminalisasi perkawinan, Ninik menjelaskan, “Pencatatan perkawinan harus dipermudah mekanismenya. Banyak orang sulit mendapatkan akses pencatatan perkawinan, terutama di desa. Banyak oknum yang tidak mencatatkan perkawinan. Akhirnya terjadi kriminalisasi pencatatan perkawinan. Termasuk perkawinan siri yang berpotensi dikriminalkan.” (ila/net)