30 C
Medan
Monday, December 22, 2025
Home Blog Page 14655

Curi Spion, Nyaris Tewas Digebuki Warga

MEDAN- Gara-gara mencuri kaca spion mobil Xenia, Rahman alias Amat (29), nyaris tewas dihajar warga, Sabtu (1/10) dini hari. Untung pemilik mobil dapat mencegah aksi brutal warga, sehingga nyawa warga Jalan Besar Batangkuis, Deli Serdang ini dapat diselamatkan.

Menurut Feri, saat itu sekira pukul 03.00 WIB, dia curiga dengan gerak-gerik Amat yang mondar-mandir di depan rumahnya di Jalan Datuk Kabu Pasar III Gang Padi, Desa Tembung, Percut Sei Tuan. Lantas, dia mengintai dari ruang tamu.

Ternyata, kecurigaannya terbukti. Amat mendekati mobil milik Feri yang terperkir di depan rumah dan berusaha membuka spion mobil tersebut dengan obeng.

Melihat hal itu, Feri langsung keluar dari pintu samping dan menangkap tersangka. Saat ditangkap, Amat sempat tak mengakui perbuatannya.

Karena tak mengaku, Feri emosi dan memukuli tersangka. Mendengar suara gaduh, warga sekitar terbangun dan berdatangan. Tanpa ampun, warga menghajarnya hingga babak belur dan nyaris tewas.
Melihat tersangka tak berdaya, Feri kasihan dan mencegah warga memukuli tersangka. Untungnya, petugas kepolisian Polsek Percut Sei Tuan yang sebelumnya telah dihubungi, tiba di lokasi. Amat langsung diboyong ke Mapolsek Percut Sei Tuan.

Amat mengaku sudah dua kali melakukan aksi tersebut. Dari hasil penjualan kaca spion curian itu, dia hanya mendapatkan uang Rp30 ribu. “Pertama kali aku mencuri spion mobil di Jalan Sumatera, Medan Area,” bebernya.(mag-7)

Nelayan Temukan Mortir Aktif

MEDAN- Junaidi (49), nelayan Belawan, menemukan mortir sepanjang 50 cm. Penemuan bom mortir tersebut saat Junaidi, warga Jalan Young Panah Hijau, Gang Bidan, Lingkungan 6, Kelurahan Labuhan Deli, Medan Marelan, tengah mencari ikan di laut dengan menggunakan jaring.
Saat itu, dia melemparkan jaringnya ke perairan, ternyata jaring ikan tersebut justru menangkap sebuah bom mortir yang diduga masih aktif. Semula, Junaidi mengira mortir yang ditemukan hanya besi biasa, hingga membuat nelayan tersebut membawa bom mortir tersebut ke daratan. Akan tetapi, saat tiba di daratan dan kembali melihat mortir tersebut, nelayan itu baru sadar jika yang ia temukan adalah bom mortir.

Takut meledak, nelayan tersebut akhirnya langsung menghubungi Polsekta Medan Labuhan guna mengamankan mortir tersebut. Tak lama kemudian, petugas Satuan Reskrim Polsekta Medan Labuhan dan petugas Intelkan Polsekta Medan Labuhan datang ke lokasi kejadian untuk selanjutnya membawa bom mortir tersebut ke Mapolsekta Medan Labuhan guna diamankan.

Sementara, Kapolsekta Medan Labuhan, Kompol Sugeng Riyadi yang berusaha dikonfirmasi perihal penemuan bom mortir tersebut enggan memberikan jawaban dan saat ditemui di ruangannya, ia juga juga belum berada di tempat.(mag-11)

Polisi Kena Tipu, Rp20 Juta Lewong

Diimingi-imingi Undian Berhadiah

MEDAN- Saban hari di kantor polisi dan telah melihat para pelapor yang melapor dengan berbagai macam modus kejahatan, namun masih bisa ditipu orang.

Ini dialami petugas operator Polresta Medan, Lukman Hakim (55), warga Jalan Ampera VIII, Kelurahan Glugur Darat 2, Medan Timur. Akibat peristiwa itu, Lukman mengalami kerugian Rp20,7 juta lebih.

Dalam laporannya di Polresta Medan, Jumat (30/9), diceritakannya seminggu lalu atau Sabtu (22/9) ia menerima telepon rumah dari seorang pria yang menanyakan namanya, sambil menyebutkan bahwa nomor telepon rumah korban terpilih menjadi pemenang undian terbaik dalam pembayaran rekening telepon.

Si penelepon mengatakan, akan memberikan hadiah uang tunai Rp17 juta dan 1 unit TV 21 inci dan menanyakan ATM korban serta menyuruh untuk datang ke ATM terdekat. Tidak hanya itu, si penelepon meminta nomor HP korban dengan alasan agar jangan susah dihubungi.
Bagai terhipnotis, korban menuruti seluruh intruksi sang penelepon. Sesampainya di ATM, si penelepon menghubungi korban dan menyuruh memasukan kartu ATM ke mesin ATM serta menekan nomor-nomor yang disebutkan pelaku.

Tanpa sadar korban mengikuti yang diperintahkan si penipu itu. Namun, setelah semua yang diperintahkan penipu dilakukannya, Lukman baru sadar dan segera mencek saldo di rekeningnya, ternyata uangnya sebanyak Rp20,7 juta lebih sudah ludes.

Merasa tertipu, korban melaporkan peristiwa itu ke Mapolresta Medan dan berharap polisi mengungkap kasus tersebut dan menangkap pelakunya. “Tak tahulah aku. Saat itu aku bagai terhipnotis, menuruti semua kata yang menelpon itu. Aku tersadar setelah mentranfer. Rugi aku Rp20 juta lebih,” tukasnya.

Kasat Reskrim Polresta Medan, AKP M Yoris Marzuki SIK SH ketika dikonfirmasi wartawan di Mapolresta Medan, membenarkan pengaduan tersebut dan kasusnya masih dalam penyelidikan. “Laporannya telah diterima dan masih dipelajari anggota kita. Kasus serupa memang kerap terjadi. Kita harap bila ada masyarakat yang mengalami hal serupa supaya tak melayaninya,” ujar Yoris. (min/smg)

UU Perkawinan tak Melindungi Perempuan

Sejumlah pasal dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (UU Perkawinan) masih mendiskriminasikan perempuan. Terutama terkait usia perkawinan yang masih membedakan perempuan dan laki-laki. Tak hanya itu, peran perempuan dan laki-laki dalam perkawinan yang tak setara juga menunjukkan adanya ketidakadilan bagi perempuan.

Gugatan mantan istri Bambang Triatmodjo, Halimah Agustina Kamil, terhadap UU Perkawinan menjadi contoh nyatanya. Halimah, dalam pokok permohonannya, meminta agar Mahkamah Konstitusi menghapus Pasal 39 Ayat (2) huruf f UU No 1/1974 tentang Perkawinan yang berbunyi “untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami istri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami istri”.
Perceraian Halimah dan Bambang pada 23 Desember 2010 lalu menunjukkan bagaimana laki-laki lebih memiliki kuasa dalam memutuskan sebuah ikatan perkawinan, dengan alasan ketidakcocokan atau tak rukun. Sementara Halimah, yang berusaha mempertahankan perkawinan, “tak berdaya” untuk tunduk pada keputusan perceraian tersebut.

Kasus Halimah hanya salah satu contoh bagaimana UU Perkawinan tak lagi sejalan dalam mengatur hubungan pernikahan. Ninik Rahayu, Komisioner Komnas Perempuan, mengatakan  banyak pasal di UU Perkawinan yang tak sejalan.
“UU No 1/1974 masih diskriminatif terhadap perempuan, tidak memberikan perlindungan kepada perempuan. Ada relasi yang tak sama antara perempuan dan laki-laki. Begitu banyak persoalan masyarakat yang tidak diakomodasi Undang-Undang ini. Perlu dilakukan pembahasan pada UU No 1 tahun 1974 ini,” jelasnya.

Tak hanya Halimah dan Komnas Perempuan yang menyoroti UU Perkawinan No 1 Tahunn 1974. Plan Indonesia, organisasi kemanusiaan yang fokus pada perlindungan dan pemberdayaan anak, juga menyatakan sikapnya mengenai UU No 1/1974 ini.

Plan mendorong negara juga kekuatan sosial untuk melakukan amandemen  terhadap UU No 1 Tahun 1974, yang isinya bertentangan dengan Konvensi Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan (UN-CEDAW) serta Konvensi Internasional Hak Anak (UN-CRC).

Menurut Plan Indonesia, perlu ada upaya untuk menyelaraskan undang-undang dan peraturan pemerintah dengan sejumlah konvensi internasional yang sudah diratifikasi. Bagi Plan, hukum perkawinan masih mendiskriminasikan perempuan, dengan membedakan usia minimal kawin perempuan, yang lebih rendah (16 tahun) dibandingkan dengan laki-laki (19 tahun).

Hasil penelitian Plan Indonesia di delapan kabupaten di seluruh Indonesia selama Januari – April 2011 menunjukkan tingginya angka pernikahan dini. Hasil penelitian ini mengungkap fakta, 33,5 persen anak usia 13 – 18 tahun pernah menikah, dan rata-rata mereka menikah di usia 15-16 tahun. Wilayah penelitian mencakup Kabupaten Indramayu (Jawa Barat), Grobogan, Rembang (Jawa Tengah), Tabanan (Bali), Dompu (NTB), Timor Tengah Selatan, Sikka dan Lembata (NTT). “Walaupun tidak mewakili seluruh populasi di Indonesia, temuan ini bisa menjadi gambaran kasus pernikahan dini secara umum di Tanah Air,” jelas Bekti Andari, Gender Specialist. (ila/net)
Plan Indonesia, melalui siaran persnya.

Bekti juga mengungkapkan, di tingkat lokal, sering terjadi penyelewengan dalam mengimplementasikan hukum perkawinan, sehingga anak menjadi korban dan semakin kehilangan hak-haknya. “Di beberapa daerah orang tua masih bisa menyuap aparat terkait untuk memanipulasi umur anaknya yang akan dinikahkan,” jelas Bekti.

Komnas Perempuan dan Plan Indonesia menyoroti pentingnya menguji kembali UU No 1/1974 tentang perkawinan. Fokus utama Plan adalah pada soal usia anak, terkait dengan hak dan perlindungan anak. Sementara Komnas Perempuan, menyoroti beberapa hal.

Ninik yang menjabat sebagai anggota Subkomisi Reformasi Hukum dan Kebijakan mengatakan Komnas Perempuan mengusulkan perubahan pada defenisi perkawinan, peran suami dan istri, usia perkawinan, serta terkait identitas hukum seseorang (pencatatan perkawinan).

Perubahan dan pengujian kembali UU No 1/1974 ini diperlukan untuk melindungi perempuan, menghapuskan diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan, juga mencegah kriminalisasi terhadap perkawinan.
Soal kriminalisasi perkawinan, Ninik menjelaskan, “Pencatatan perkawinan harus dipermudah mekanismenya. Banyak orang sulit mendapatkan akses pencatatan perkawinan, terutama di desa. Banyak oknum yang tidak mencatatkan perkawinan. Akhirnya terjadi kriminalisasi pencatatan perkawinan. Termasuk perkawinan siri yang berpotensi dikriminalkan.” (ila/net)

Harga Properti Bakal Naik 20 Persen

Bisnis properti di Indonesia kian booming. Kondisi ini akan mendukung naiknya harga tanah dan kredit peoperti. Harga tanah diperkirakan akan terus meningkat dengan nilai pertumbuhan 10 sampai 15 persen.
Menurut Direktur Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) Panangian Simanungkalit, dengan adanya kenaikan pada harga tanah ini, harga-harga properti pun meningkat 7 hingga 20 persen. Peningkatan properti 2011 di antaranya terlihat pada perumahan dan kondominium, sebagai celah bisnis properti paling tinggi dalam pertumbuhannya, yaitu 12 hingga 15 persen.

Sementara itu, ruko dan apartemen menengah menduduki posisi kedua, yang meningkat senilai 10 hingga 15 persen, sedangkan perkantoran dan hotel naik 10 persen sampai 12 persen. Adapun ritel meningkat 5 persen.
Terkait hal itu, Head of Corporate Communication Binakarya Propertindo Group (Binakarya) Endang Susilomurti mengatakan, kondisi pertumbuhan itu akan semakin memperkuat perekonomian nasional yang mulai tumbuh dan diyakini mampu menarik minat asing untuk berinvestasi di Indonesia. Peluang investasi tersebut akan ikut mendongkrak pertumbuhan properti di Indonesia.

Endang menambahkan, pihaknya yang saat ini bersiap meluncurkan Gateway Apartment di Bandung dan merasa optimistis dengan kondisi tersebut. Sebagai salah satu apartemen menengah, kehadiran apartemen ini cukup menarik minat masyarakat untuk berinvestasi karena terbukti memiliki angka penjualan yang hampir melampaui 80 persen dari keseluruhan unit yang ada.

“Kunci suksesnya adalah adanya aktivitas komunikasi yang teratur dan terarah antara pengembang dan masyarakat, baik yang sudah bergabung dengan Gateway ataupun yang belum,” kata Endang.(net/jpnn)

Budaya Jampi Uci

Dengar jika satu waktu kalian singgah di daerah Ogan—entahlah kebetulan karena kemalaman di jalan, sengaja bertandang untuk menemui sanak keluarga-sahabat lama, atau seperti halnya diriku yang membawa isteri pulang menengok mertua—dan pegal linu benar badan oleh jauh dan beratnya perjalanan. Terlebih jika kalian merasa sedikit meriang, mual dan pening kepala (Hm… alamat ada angin jahat bersarang). Alangkah baiknya ikuti saja saran orang-orang di sana: Panggillah seorang tukang pijat yang banyak berpraktek di dusun-dusun kecil sampai kota kabupaten, dari ilir hingga ke ulu aliran sungai Ogan.

Cerpen:  Sunlie Thomas Alexander

Jangan kuatir Kawan, jika isi dompet   kalian pas-pasan. Tak mahal tarif si bibi atau si mamang, kendati nantinya kalian bakal ketagihan dan memanggil mereka berulang-ulang. Sebaliknya cukuplah 20 ribu, bakalan kalian menggeliat nikmat selama satu setengah hingga dua jam sembari merintih-mengerang. Maklum, tarif kampung. Tapi rasanya, Kawan… Amboooi! Sepanjang badan, sepanjang keletihan, sepanjang ingatan tatkala usai prosesi pijatan.
Karena itu, jika kalian agak berduit dan cukup dermawan. Tak salah kiranya selipkanlah 10 atau 15 ribu di luar tarif wajar, sekadar uang rokok si mamang atau menambah belanja dapur si bibi. Ya, sebagaimana kalian memberi tips pada gadis-gadis salon atau si cantik-seksi yang telah membuat kalian blingsatan semalaman di panti-panti pijat plus berlampu temaram. Ai, untuk urat-urat tegang yang mengendor seiring keluarnya angin jahat dari badan, untuk tubuh yang seketika kembali segar-bugar, cukup adil bukan?

Begitu mahirnya jari-jari itu menekan, mencari dan membetulkan urat-urat yang kejang. Waktu satu-dua jam pun terasa beberapa menit saja dan tak ingin kalian berkesudahan. Tahu betul si bibi dan si mamang di mana titik-titik angin mendekam; yang membuat pegal-linu badan dan ngilu merasuk hingga ke dalam tulang belulang.

Sehingga tak sekalipun aku enggan lewatkan kesempatan merasakan lagi jari-jari sakti si bibi atau si mamang tiapkali bertandang ulang ke tanah Ogan, saban waktu berkunjung ke rumah mertua atau mudik berlebaran. Rasa-rasanya memang tak ada tandingan! Tidak para tukang pijat buta di pantai-pantai ataupun si cantik-seksi bertarif mahal di panti pijat dan hotel-hotel berbintang yang telah kerap menjamah badan payah ini, Kawan.
Ah, tahukah kalian bila pijatan-pijatan mujarab itu tak semata kepiawaian? Sebab bersamaan dioleskannya minyak ramuan dedaunan yang panasnya meresap ke sekujur badan, sepotong jampi-jampi dengan lembut telah dilafadzkan: Bismilahirrohmanirrohim. Si Naam dengan Si Naim, mati di tubuh rajo sakti. Turun ke darat jadi Uci, turun ke laut jadi Suci…

Seolah-olah dendang yang terlantun di tengah kesunyian ladang. Betapa syahdunya jampian itu menyelinap di telinga dan seakan mantra sirep yang membuat kalian terbuai perlahan. Sebelum akhirnya kalian mulai menggeliat-menggelinjang, memekik tertahan bahkan mengerang-erang oleh tekanan demi tekanan, tarian demi tarian jari-jemari lihai itu di setiap bagian badan. Di antara lelap dan jaga yang melenakan! Tidak ada yang terlewatkan. Sepanjang tubuh membujur dari tumit, betis, paha, pantat, punggung, bahu, tangan, leher, sampai kepala.

Pijatan demi pijatan, kalian tahu, bukan saja sekadar lenggangkan syarat dan sendi yang kaku atau membetulkan kusutnya urat-berurat. Karena tak lama kemudian, akan kalian rasakan bagaimana pasir-pasir halus bermunculan di setiap organ tubuh yang terjamah. Sungguh benar itu pasir, Kawan! Timbul ia dari pori-pori kulit dengan ganjilnya hingga berserakan di sepanjang badan kalian yang terbelintang di atas tikar pandan.
“Haq tawar. Yang tajem tumpul, yang biso tawar. Allah yang menawari, bukannyo aku yang menawari…,” begitulah si bibi atau si mamang terus melafadzkan. Kian banyak angin jahat mendekam dalam badan, kian banyak pula butir-butir pasir yang keluar.

“Kalau anginnya banyak, yang muncul bisa batu koral, Bang. Hahaha!” seloroh adik iparku bercanda. Inilah istimewanya pijatan di tanah Ogan, Kawan. Inilah khasiat Jampi Uci… Ah, demikianlah turun-temurun mantra pijat itu dinamakan, sekaligus dikeramatkan. Apakah kalian masih menyangsikan?
***
TAK ada pemijat buta seperti yang lazim kautemui di pantai-pantai wisata, atau gadis cantik mulus yang berpraktek di panti-panti pijat, losmen, hingga hotel berbintang. Di daerah Ogan, di dusun kecil kelahiran isteriku, tempat rumah-rumah panggung ratusan tahun berjajar elok di tepian tanjung, para pemijat sakti yang bisa mengubah angin jahat jadi pasir berserakan di permukaan badan hanyalah warga sekitar. Tetangga kiri-kanan. Mamang-mamang yang sehari-harinya berladang dan menjala ikan di sungai atau bibi-bibi yang berkarib dengan tungku dan harum bumbu, tapi kapanpun siap dipanggil sebagai tukang pijat bertarif ala kadar.
Banyak di antaranya yang masih cukup muda, sekitar 35-an. Namun, janganlah kalian berharap akan menemukan seorang perawan belia menjadi tukang pijat dari gadis-gadis Ogan yang terkenal rupawan. Sebab itu pantangan. Kendati Jampi Uci diwariskan turun-temurun, tidaklah layak seorang lelaki melakoni prosesi pijatan sebelum berbini dan tidaklah pantas bagi seorang perempuan memijat apabila belum berlaki dan berorok dua, Kawan. Konon, demikianlah perjanjian, demikianlah telah digariskan. Tak boleh terlanggar! Atau Jampi Uci bakal kehilangan segala kemanjuran. Dan di kampung isteriku, dusun dalam bilangan kecamatan Indralaya Selatan, bahkan bisa dilaknat tujuh turunan oleh Usang Rimau, sang tetua sakti berilmu macan yang bermakam di batas dusun sebelah selatan.
Ai, bukan ini perkara yang hendak aku kisahkan!
***
TUBUH-tubuh payah dengan pegal linu sampai ke tulang bolehlah kalian amsal sebagai sebatang pokok cerita dibelintangkan. Sebab, tidakkah kalian penasaran bagaimana riwayat jampi-jampi ajaib nan mujarab ini bermula hingga jauh ia seberangi perbatasan ruang-waktu dibawa anak-cucu? Nah, ini dia pohon kisahnya, yang tumbuh menjulang di daerah sepanjang aliran sungai Ogan. Kuat dan dalam akarnya mencengkram bumi, sementara daun-daunnya lebat dan rindang nian. Kendati tampak sedikit angker, syahdan lantaran legamnya latar belakang.

Beginilah cerita isteriku, Kawan. Konon Jampi Uci berhulu pada sepotong riwayat getir di masa berbilang ratus tahun silam. Ketika dusun-dusun di sepanjang sungai Ogan masihlah sepi dan belum bernama. Masih rimbun rimba dari jamahan tangan manusia, sebab baru di tepian tanjung orang-orang berpancung alas dirikan rumah-rumah.

Di masa harimau-harimau masih bebas berkeliaran inilah, hidup seorang dara beranjak remaja bernama Suci yang galib dipanggil Uci bersama kakeknya. Tertutur kisah, malang nian nasib si Uci lantaran telah ditinggalkan kedua orangtuanya semenjak bayi. Sang Umak meninggal tak lama usai melahirkannya, sedang sang Ubak hilang jejak tatkala mencari damar di rimba seberang tanjung. Entahlah apa yang terjadi. Mungkin lelaki itu diterkam harimau buas, atau hanyut dibawa deras aliran sungai karena rakitnya karam, bisa pula ia terpelosok masuk jurang yang dalam menganga di tengah hutan.

Meski demikian, cucu-kakek itu hidup bahagia. Sungguh, teramat sayang si Gede Lanang—lazimnya seorang kakek disapa di tanah Ogan—pada cucunya semata wayang. Bukan saja lantaran Uci mewarisi keelokan anak gadisnya yang telah berpulang, tapi semuda itu, nyata benar perangai baik si cucu. Tak pernah Uci berbantah, rajin ia sejak terang tanah hingga beduk isya; menanak nasi, masak, mencuci, mengerjakan segala pekerjaan rumah, bahkan tak jarang ikut mencari kayu hingga tepian rimba yang rawan. Seringkali Wak Kadir—begitulah sang Gede dipanggil orang-orang—tak tega melihat Uci berpanas-panas mengeping kayu kering di laman. Hingga pipi cucunya yang mulus jadi ranum kemerahan, dan mungkin halus tangannya juga mulai kapalan oleh kasarnya hulu parang. Terkadang, jika tubuh tuanya meriang atau ngilu tulang kambuh tak kepalang, tak malu pula si dara belia menggendong ikatan kayu bakar ke kalangan (begitu orang-orang dusun menyebut pasar setiap pekan).

Oh, gadis elok, elok juga perangai. Hati lelaki mana tak tergetar. Kendati belum matang buah dadanya tumbuh, belum juga sempurna pinggulnya terbentuk; sudah jelalatan mata para lelaki saban Uci berlenggak mengepit cucian ke tepi anak sungai. Nyaring siutan pun galib melengking dari sela warung kopi tempat bujang-bujang berhimpun. Sesekali, kalian tahu, diselingi pantun rayuan—begitulah kebiasaan Melayu, Kawan.
Ah, dari lamat bisik-bisik dan ramai seloroh nakal hingga pepantun dan siutan, akhirnya kerapkali tersebut nama sang dara dalam igauan. Bahkan diam-diam, sejumlah lelaki yang telah beranak-bini pun kepincut, Kawan! Ujung-ujungnya satu persatu bujang-bujang itu bertandang…

Wak Kadir tersentak! Seolah baru disadarkan kalau cucunya semata wayang telah beranjak remaja. Ai, tentunya kalian mafhum, apabila di masa itu—sekarang pun!—alangkah wajar gadis-gadis dusun usia belasan naik pelaminan. Maka sedikit tergagap Wak Kadir menemui para pemuda dusun yang datang menanyakan atau langsung melamar. Terlebih yang datang Sulaiman, anak tertua penghulu Hatib yang jumawa. Oh, bukan, bukan tak ikhlas ia lepaskan si cucu cantik ke rumah orang, kendati sudah terbayang betapa hari-hari tuanya bakal kesepian dan kerepotan ba’da Uci diakadkan.

“Belum tega Uci tinggalkan Gede sendirian. Siapa nantinya yang masak buat Gede, siapa merawat jika Gede sakit. Belum kepikiran aku ini, De…,” jawab si dara berlinang. Karena itulah sembari menghela nafas, sehalus mungkin Wak Kadir menata kata menolak setiap lamaran. Ah, inikah pokok soal yang menjadi nadi pengkisahan?

Tunggu, jangan dulu berprasangka, Kawan! Sebab cerita isteriku ini belum sampai pada ujungnya. Karena purnama tiga belas hari belumlah bertengger di pucuk bubung rumah-rumah panggung.

***
PURNAMA tiga belas, kalian tahu, cahayanya menyimpan rahasia semesta raya. Seakan memantulkan kesedihan, dan ganjil tatkala jatuh di atas laman. Ya, seperti juga malam itu, ialah penyaksi bisu kisah seorang anak dara sedari terbit di ambang kelam. Sekaligus, atas kekejian yang bisa diperbuat siapapun di sudut bumi ini.
Oh, hingga tinggi ia merangkak lewati bubung rumah panggung tua Wak Kadir, belum juga Uci pulang semenjak pergi mandi-mencuci ke tepian. Tentu tak terkira cemas dan kalutnya si Gede, Kawan. Sedari jatuh maghrib telah disusulnya cucunya dengan obor dan parang panjang. Namun bolak-balik lelaki tua itu menyusuri pinggiran anak sungai, tak juga ditemukannya si cucu semata wayang. Begitu pula para tetangga yang ikut mencari. Berakit sampai ke seberang tanjung pencarian diteruskan, Uci tetap saja lenyap tak tinggalkan secuil jejak, bahkan cuciannya pun tidak!
Apa yang terjadi di ujung petang? Ke manakah raibnya si kembang?

Selarut itu kehebohan menyergap kampung. Lantang bergema bunyi kentongan sampai ke dusun-dusun sekitar, tak hanya menyiarkan kabar tetapi juga segala praduga. Benarkah Uci hanyut dibawa arus deras (mungkin hingga ke laut jauh)? Bukankah pandai gadis itu berenang? Atau dimangsa ia oleh buaya ganas? Sejak kapan buaya pernah terlihat di anak sungai Ogan? Jangan-jangan si cantik diseret hantu banyu ke kedalaman? Atau, apakah ini kerjaan busuk seorang durjana?! Terang Wak Kadir dihinggapi buruk sangka. Tapi siapa yang begitu celaka?

Ah, mungkin salah seorang bujang yang pinangannya ditolak memendam sakit hati dan dendam. Masih terbayang oleh Wak Kadir, betapa wajah bujang-bujang yang ditampiknya bersungut-sungut sebelum berbalik badan. Separoh tampak mengeram. Apalagi Sulaiman.

Namun, bukankah sebetulnya kecantikan dan kepopuleran Uci pun diam-diam mengundang iri dengki banyak gadis sedusun?—Oh, teman-teman sebaya-sepermainan! Sehingga di belakang punggung, kerapkali tatapan sinis dan cibiran teralamatkan. Bisik-bisik dan gunjing pun kerap berseliweran. Begitulah Kawan, meski tentunya bukan salah si Uci jika banyak bujang mabok kepayang. Bukanlah salah bunda mengandung, jika baik perangai dan sikapnya yang penuh sopan santun disenangi orang-orang tua di dusun. Apapula salahnya jika pintar ia mengaji dengan suara merdu seolah berpetunang?
Oh, adakah segala iri dengki atau cinta tak berbalas telah menjelma jadi petaka?
Seperti telah kubilang, hanya purnama tiga belas harilah yang tahu segala rahasia di balik kelam. Duh, siapakah yang mampu menguaknya mencari jawaban? Tidak juga para dukun kampung dan Wak Safrudin sang juru kunci makam keramat Usang Rimau yang ditanyai dengan sepenuh harapan. Uci benar-benar lenyap di ujung petang memasuki kelam ketika purnama di langit masih pudar. Lenyap ia hingga ke bayangan, tak terterawang masin mantra dan gaib mata. Ah, seolah nasib telah menyeretnya dalam pusaran yang sama dengan sang Ubak, yang hilang dalam pekatnya rimba!

Tak bisa menuduh sesiapa—tentu tak ada yang mengaku, kendati tajam firasatnya mengatakan cucunya telah dicelakai, Wak Kadir pun menyumpah serapah pada malam ketiga lenyapnya sang dara: “Wahai, camkan! Jika memang kalian telah berbuat jahat pada cucuku, bakal kalian tanggung akibatnya sampai kiamat tiba! Karena seumur hidup kalian, Uci akan masuk ke dalam tubuh kalian hingga ke tulang-belulang, sampai anak-cucu kalian!”
Syahdan sejak itulah, Kawan, Uci dapat merasuki tubuh kalian sebagai angin yang membuat ngilu sampai ke tulang. Maka, dengan Jampi Uci yang dilafadzkan si bibi atau si mamang, yang turun-temurun diwariskan; mudah-mudahan angin itu bisa dikeluarkan. Dan sebagai tandanya akan muncul pasir-pasir berserakan…

Begitulah cerita isteriku, Kawan. Oh, senantiasa kuingat di tengah sakit dan nikmatnya pijatan, ya setiap pulang ke rumah mertua—misalnya waktu mudik lebaran. Terserahlah pada kalian memaknainya. Kendati tentunya, sebagaimana hikayat-hikayat lama di manapun, tak perlu kalian mencari pembenaran yang masuk di akal.

***
SSST! Sebagai penutup, aku masih punya satu cerita rahasia untuk kalian, Kawan-kawan. Tapi jangan kisahkan pada siapa-siapa ya?
Dengarlah, sebetulnya bukan hanya semata nikmatnya pijatan dan manjurnya Jampi Uci yang membuatku demikian ketagihan dipijit tiga tahun belakangan. Melainkan juga seorang pemijatnya, Kawan! Ya, tukang pijat langgananku itu—ah sebut saja Bi Risma (bukan nama sebenarnya)—sungguh penuh getar. Bukan saja telah dibikinnya tubuh payah ini kembali segar-bugar, tetapi juga bergemuruh rasanya jantung di atas pembaringan. Lentik jari-jarinya yang piawai, lentik pula bulu matanya, Kawan. Berdesir darah Abang oleh janda beranak dua itu setiapkali berhadapan! (*)

Gaten, Yogyakarta, akhir April 2011
Variasi buat Yu Linny Oktovianny

Tabrak Komidi Putar, Nyaris Celakai Dua Bocah

SYDNEY- Kecelakaan pesawat juga terjadi di Australia kemarin (1/10). Sebuah pesawat ultraringan jenis Cheetah S200 menabrak komidi putar di dekat Kota Taree, 250 kilometer timur laut dari Sydney.

Untunglah, pesawat yang dinaiki dua pria tersebut tak sampai menghantam kabin komidi putar yang ditempati dua bocah, masing-masing seorang gadis berusia 13 tahun dan seorang anak lelaki berusia 9 tahun. Kalau tidak, akibatnya bisa sangat fatal. Tak menutup kemungkinan jatuh korban tewas.

Cheetah S200 yang take-off dari lapangan rumput tak jauh dari lokasi The Old Bar Beach Festival pasar malam tempat komidi putar itu nyungsep tepat di bawah kabin yang dihuni dua bocah tersebut. Selain dua bocah tersebut, tak ada penumpang lain di komidi putar itu.

Otoritas berwenang masih menyelidiki penyebab pesawat itu bisa sampai kehilangan kendali dan menabrak komidi putar. Yang jelas, sebagaimana diberitakan kantor berita Australia, AAP, dibutuhkan sekitar 90 menit untuk bisa mengevakuasi dua bocah tersebut.

Sementara itu, dua pria di pesawat tersebut, yakni seorang pilot dan seorang penumpang, harus menunggu sekitar 90 menit lagi sebelum bisa diturunkan dari pesawat di ketinggian sekitar 10 meter dari tanah. Identitas empat orang itu hingga berita ini selesai ditulis belum dirilis.
“Untunglah, semua orang bisa dibawa turun dengan selamat,” kata Juru Bicara Dinas Pemadam Kebakaran Wilayah Pinggiran New South Wales Ben Shepherd sebagaimana dikutip BBC.
Yang membuat suasana menegangkan, tangki bahan bakar pesawat yang nyungsep itu bocor. Petugas pun harus menyemprotkan busa untuk memperkecil kemungkinan pesawat tersebut terbakar atau meledak.

Evakuasi pun tak gampang. Tim penyelamat harus mendatangkan crane dari sebuah pabrik di sekitar lokasi kejadian. Sejumlah petugas kemudian menaiki keranjang baja yang dicantolkan ke pengait crane untuk diangkat menuju kabin.

“Jangan khawatir soal kami. Selamatkan anak-anak itu dulu,” ujar salah seorang pria di pesawat sebagaimana ditirukan Shepherd. Petugas pun menyelamatkan dua bocah, baru dua pria tersebut.

Gary Jones, salah seorang warga yang berada di lokasi saat tabrakan terjadi, mengaku shock. Sebab, beberapa saat sebelum insiden, dua anaknya baru turun dari komidi putar itu.
“Sebelum menabrak, saya lihat pesawat itu terbang rendah dan semakin rendah. Berikutnya, braaak” Pesawat itu menabrak komidi putar,” ungkapnya kepada kanal televisi ABC.
The Old Bar Beach Festival merupakan acara tahunan masyarakat setempat. Tahun ini memasuki penyelenggaraan yang keenam.

Sementara di Filipina, sebuah helikopter militer jatuh di wilayah konflik Filipina selatan. Tiga orang tewas dalam peristiwa itu. Hanya kopilot yang selamat.

Heli Bell UH-1H yang beroperasi di wilayah tersebut jatuh menghempas Gunung Sinumaan di Pulau Jolo ketika para kru mencoba mendarat di pos militer wilayah itu. Demikian disampaikan juru bicara Angkatan Udara Filipina Letkol Miguel Ernesto Okol. “UH-1H mencoba pendaratan darurat dikarenakan masalah mesin,” ujar Okol. Dia tidak menjelaskan lebih rinci mengenai masalah mesin yang dialami heli. “Ada tiga korban jiwa yang dilaporkan namun kopilot selamat,” imbuhnya. Angkatan Udara Filipina telah mengerahkan tim untuk mengevakuasi korban.(c5/ttg/jpnn)

Stadion Teladan Dideadline 13 Oktober

MEDAN-Lima utusan Asian Football Confederation (AFC) melakukan inspeksi ke Stadion Teladan Medan kemarin sebagai stadion perdana dari stadion milik 24 klub yang diwacanakan akan mengikuti kompetisi level teratas di Indonesia pertengahan Oktober mendatang.Kedatangan Ausher Nikimbaon, Benyamin Tan, Shahin Rahmani, Avintee dan Mahajan beserta perwakilan PSSI Farid Mubarok melakukan pengecekan stadion menyimpulkan bahwa stadion kebanggaan masyarakat Medan itu layak untuk menggelar kompetisi lokal, namun tidak layak untuk menggelar even sepakbola internasional.

“Untuk liga, stadion tidak ada masalah. Tapi untuk kompetisi AFC belum. Mereka (pengelola stadion) harus memmperbaiki segera,” ujar Benyamin Tan si sela-sela inspeksi kemarin.
Untuk itu, AFC meminta, hasil renovasi stadion harus telah dikirimkan kepada pihaknya paling lambat tanggal 13 Oktober mendatang agar bisa ditindaklanjuti dan bukti pembenahan tersebut dikirim lewat foto.
“Klub punya waktu dua minggu untuk melengkapi fasilitas yang kurang. Paling lambat tanggal 13 Oktober, kami meminta foto hasil penambahan dikirimkan kepada kami,” ujar Ausher Nikimbaon.
Ada beberapa hal yang menurut penilaian AFC masih menjadi poin minus Stadion Teladan, seperti ketiadaan ruangan pengawas pertandingan yangharus dipisah dengan ruangan wasit.
Secara keseluruhan, ada hal positif yang dinilai AFC dari stadion berdiri tahun 1953 tersebut, yakni aliran keluar masuk penonton dan pihak lain ke dalam stadion yang bisa ditata, namun tetap kekurangan yang ada harus dibenahi dengan seksama seperti pintu masuk awak media peliput yang berbeda dengan pintu utama, ruang keamanan, ruang kontrol awak penyiaran perhelatan langsung, tangga ke tribun VVIP yang harus dipisah dengan tempat duduk tri bun VIP, sumber listrik untuk reporter televisi.

Selain itu, pintu masuk fotografer ke lapangan harus berbeda dengan pintu masuk pemain dan area mix zone. Shahin, Benyamin dan Ausher juga sempat menyarankan tempat untuk fasilitas  ruang tes doping yang lengkap dengan tambahan TV, Sofa, brankas untuk kenyamanan. Namun anehnya, perwakilan AFC tersebut hanya mengecek kelayakan fasilitas di tiap-tiap ruangan, tetapi tidak melakukan verifikasi kelayakan lapangan.
Tidak itu saja, inspeksi AFC tersebut juga meminta PSMS untuk melengkapi dokumen operasional klub musim lalu dan musim mendatang.
Untuk musim lalu, AFC meminta laporan keuangan PSMS harus dilampirkan. Sebagai bukti keikutsertaan untuk musim depan, klub berjuluk Ayam Kinantan itu juga harus menyertakan  kontrak penunjukan auditor untuk keuangan.
Begitu juga sertifikat penambahan daya listrik yang saat ini 80 ribu watt dan dinilai kurang harus mencapai 100 ribu watt setiap tiang lampu. Juga, lampiran harus menyerkan persetujuan pemko Medan kepada PSMS untuk menjadikan stadion sebagai tempat pertandingan dan tempat latihan.

Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Umum PSMS Medan Idris menyatakan, pihaknya senang dengan kedatangan AFC melakukan inspeksi ke stadion yang menjadi home-base PSMS musim mendatang. Pasalnya pengecekan tersebut menjadi pekerjaan rumah pengelola stadion seperti Dinas Pertamanan Kota Medan dan Dinas Perumahan dan Pemukiman (Perkim) Kota Medan untuk segera melakukan pembenahan.
“Intinya kami puas dengan masukan dari AFC. Mereka menjelaskan detil tentang apa-apa yang harus dibenahi,” ucapnya.
Untuk itu, secara langsung Idris akan menyampaikan poin minus yang ditemukan AFC atas Stadion Teladan kepada Wali Kota Medan Rahudman Harahap segera. “Mungkin besok (hari ini) saya akan sampaikan apa yang menjadi kekurangan stadion kepada pak wali,” ungkapnya.

Sementara itu sebelumnya, Kadis Pertamanan Medan, Erwin Lubis mengatakan pihaknya akan mengerjakan semua kekurangan aspek sesuai permintaan AFC. “Semua pengerjaan dilakukan oleh karyawan dinas pertamanan dan tanpa anggaran khusus dari Pemko,” ungkapnya. (saz)

2 Mahasiswa Terluka

Geng Motor Bikin Ulah Lagi

MEDAN-Geng motor kembali bikin keributan di Universitas Sumatera Utara (USU), Sabtu (1/10) sekitar pukul 17.00 WIB. Kawanan yang mengendarai puluhan sepeda motor tersebut menghajar Wansinto S Manao, mahasiswa Politeknik Medan (Polmed) dan Rafael Asrul Saragih, siswa Kelas II SMA  Primbanan Jalan Asrama Haji Medan.

Korban Wansinton mengungkapkan saat dia dan teman-temannya mau membeli kartu perdana telepon seluler di kawasan pintu IV USU, tepatnya di daerah Sumber, tiba-tiba saja puluhan orang mengandarai sepeda motor datang dan membawa balok kayu serta rantai sepeda motor yang diberi gigi tarik langsung menghajar mereka dengan membabi buta.

“Kami lagi beli kartu telepon, tapi tiba-tiba mereka datang mengejar kami dan langsung memukul kami dengan balok dan rantai, tapi kami tidak tahu apa penyebabnya mereka menghajar kami,”ujarnya.

Wansinton menjelaskan karena dirinya tidak sanggup untuk melawan puluhan orang yang mengendari sepeda motor itu, dirinya langsung memberi tahu kepada petugas keamanan USU. “Kami langsung melaporkan ada geng motor yang mengamuk dan memukul teman-teman ku hingga babak belur kepada satpam, makanya mereka langsung ditangkap oleh satpam itu,”kata Wansinton.

Korban Rafael Asrul Saragih menambahkan dirinya tidak mengatahui penyebab dirinya dianiaya oleh para pemuda yang mengendarai puluhan motor itu. “Aku lagi mau pergi makan di pintu IV USU, aku lewat dari Sumber dan di depan gelanggang remaja tiba-tiba aku langsung dipukul oleh mereka sehingga badan ku ini luka-luka,”kata Rafael sambil memperlihatkan lukanya. Dalam aksi geng motor tersebut 2 orang  diamankan oleh petugas satpam USU yakni Heri Sitepu (19) dan Joel Simanjuntak (19), mahasiswa Polmed Fakultas Informasi Komputer yang diduga anggota geng motor, serta satu unit sepeda motor Yamaha Jupiter MX milik anggota geng motor yang nomor polisinya ditutup oleh plaster.

“Kita sudah mengamankan dua orang yang diduga anggota geng motor yang melakukan kerusuhan di kawasan USU,”kata salah seorang satpam dan mengatakan kasus ini langsung dilaporkan ke Polsek Medan Baru. Personel Polsek Medan Baru yang datang kelokasi kejadian kemudian mengamankan para pelakunya.

Dari pantauan Sumut Pos di lokasi terlihat ratusan mahasiswa USU langsung berdatangan dan ingin melihat para anggota geng motor yang diamankan sambil berteriak-teriak agar anggota geng motor itu dimassakan saja.“Kalau mereka merusuh kampus hajar saja mereka, jangan diberi keluar dari kampus ini kalau tidak matikan saja mereka,”teriak mahasiswa.

Namun, para mahasiswa dapat ditenangkan oleh Kapolresta Medan Tagam Sinaga yang langsung terjun ke lokasi, akan tetapi Tagam sempat marah terhadap pelaku geng motor tersebut dan memerintahkan kepada anggotanya agar para pelaku segera digari (borgol).“Dia anggota geng motor yang menganiaya itu, gari saja mereka,”kata Tagam. (mag-7/ris/smg)

Kejagung Bidik Pejabat Tobasa

JAKARTA- Penyidik Pidana Khusus Kejaksaan Agung tengah membidik keterlibatan pejabat Kabupaten Toba Samosir (Tobasa), Sumatera Utara menyusul terkuaknya kasus korupsi pembangunan kawasan terpadu Lumban Pea di Kecamatan Balige.

Proyek bernilai Rp119 milair tersebut diduga dikorupsi menyusul ditemukannya beberapa kejanggalan yang ditemukan penyidik Pidsus.

Salah satunya menurut Kepala Pusat Penerangan dan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung, Noor Rachmad adalah penimbunan lahan seluas 23 hektar yang anggarannya membengkak dari Rp23 miliar menjadi Rp50 miliar.

“Parahnya yang berhasil ditimbun hanya 13 hektar. Karena unsur pidana korupsinya kuat kita naikkan statusnya dari penyelidikan menjadi penyidikan,” kata Noor, saat dihubungi, Sabtu (1/10). Peningkatan status kasus Toba Samosir tertuang dalam surat perintah Direktur Penyidikan pada JAM Pidsus No 124/f.2/fd.1/9/2011, tanggal 16 September 2011.

Mantan Kajati Gorontalo ini menjelaskan, kasus Toba Samosir diawali adanya hibah tanah dari masyarakat adat ke pemerintah Kabupaten Toba Samosir pada tahun 2006. Dua tahun kemudian pemerintah kabupaten memutuskan lahan tersebut digunakan sebagai kawasan terpadu dengan pembiayaan dari APBD senilai Rp119 miliar secara multiyears di Balige.(pra/jpnn)