29 C
Medan
Friday, December 26, 2025
Home Blog Page 14717

Kakek dan Nenek Kobarkan Semangat Kemerdekaan

Lomba Baca Puisi Perjuangan di Yayasan Sosial Prestasi Lanjut Usia Sumut

‘’Kami sudah coba apa yang kami bisa, tapi kerja belum selesai. Belum apa-apa. Kami sudah beri kami punya jiwa, kerja belum selesai. Belum bisa memperhitungkan 4-5 ribu nyawa.’’

INILAH sebait puisi perjuangan Krawang Bekasi karya Chairil Anwar yang menjadi puisi wajib dalam lomba baca puisi perjuangan menyambut HUT Kemerdekaan Indonesia ke-66 di Yayasan Sosial Prestasi Lanjut Usia Sumut di Jalan Candi Mendut Medan. Acara ini juga dirangkai dengan acara buka puasa bersama.

Tak cuma satu puisi yang dibawa para peserta. Selain puisi wajib Krawang Bekasi, peserta harus membaca puisi pilihan. Panitia pun menyediakan juga puisi perjuangan yang dapat dipilih peserta yakni Catatan Tahun 1945, Diponegoro dan Pahlawan Tak Dikenal.

Sesuai dengan penyelenggara acara yang dimotori para tokoh senior Sumut diantaranya Ketua Pepabri Sumut Brigjen TNI (Purn) H Muhammad Ali Imran Siregar MBA, Ketua Dewan Kesenian Medan yang juga Ketua Panitia Lomba, Hj Anita Chairunnisa Daryatmo. Ketua dan Sekretaris Yayasan Sosial Prestasi Lanjut Usia Sumut H Sanggup Purba dan Hj Saniwati ini maka 41 peserta lomba juga berasal dari kalangan lanjut usia.

Meski tak muda lagi, namun gaya para peserta lomba baca puisi perjuangan khusus lansia ini tampil memukan mengobarkan semangat kemerdekaan Indonesia. Sembari menjalankan ibadah puasa, suara lantang para peserta lomba baca puisi ini tetap membahana.

Diantara para peserta yang berasal dari kalangan pejuang kemerdekaan, warakauri, istri purnawirawan TNI/Polri ada yang datang dengan memakai pakaian tradisional. Ada pula yang memakai baju ala pejuang kemerdekaan, perawat perang dan sebagainya.

Lebih empat jam para peserta memainkan intonasi, gaya dan gerak dalam melakukan dramatikal puisi-puisi perjuangan tersebut. Dari penilaian para peserta ini, dewan juri yakni Baharuddin Sahputra, Dra F Adla Hasibuan dan Ibnu Hajar SPd ini memlilih 10 peserta terbaik kelompok kakek dan nenek.
Pemenang lomba kelompok kakek yakni juara pertama Drs Amrin Karim MHum, juara dua Sauridas, juara tiga SM Napitupulu, juara empat Nurdin Silalahi dan juara lima Pugun Bangun. Sedangkan kelompok neneki Nurida Hutagalung, Hj Lely Farida, Hj Ratni Siti Rahma Hutabarat, Ny Ridwan dan Ny Amir Hamzah.

Magdalena, salah seorang peserta lomba baca puisi mengaku senang dapat mengikuti lomba baca puisi antarlansia yang baru pertama kali digelar di Sumut. Ia berharap lomba ini dapat mempersatukan semua lansia di Sumut termasuk para warakauri di Sumut . Semangat membaca puisi juga dilontarkan Paino, purnawiran Polri yang ikut dalam lomba. ‘’Walau tak menang, harus semangat,’’ kata warga Mariendal-I tersebut.

Ungkapan senada diutarakan  Ketua Dewan Kesenian Medan yang juga Ketua Panitia Lomba, Hj Anita Chairunnisa Daryatmo. Anita yang juga pengurus DPD Pepabri Sumut. ‘’Kita berharap para lansia tak sekadar memikirkan hari tua karena para lansia masih dapat diberdayakan untuk pembangunan Indonesia,’’ terangnya.

Ia berharap generasi penerus bangsa dapat bersemangat dalam mengisi pembangunan. Demikian pula untuk menggali bakat para lansia dan generasi penerus bangsa. ‘’Tetap semangat mencintai budaya dan kesenian bangsa. Kita berharap acara ini dapat membangkitkan semangat melestarikan budaya dan kesenian nasional,’’ jelasnya. (*/rel)

Band Medan Hibur Pengunjung

MEDAN- Selain artis ibukota, panggung utama di Taman Sri Deli juga dimeriahkan aneka hiburan Islami dari berbagai kelompok musik asal Kota Medan. Band-band yang tampil menghibur pengunjung ini juga sudah tak asing lagi bagi warga Kota Medan di antaranya, Al Baroqah, El Suraya, Sumatra Etnic, Arabian Al Zahra, 1001 Malam, Al Hasyimiah, Fresh Islamic, Horizon. Selain itu, penataan panggung yang berdiri megah di tambah lighting lampu yang mengeluarkan warna-warni, membuat penampilan mereka lebih menghibur. Apalagi, lagu-lagu bernuaansa Islami yang mereka bawakan setelah pelaksanakan ibadah salat tarawaih selesai begitu akrab di telinga pengunjung.

Dengan penampilan band tersebut, pengunjung ikut beryanyi-nyanyi kecil mengikuti alunan musik suara yang dinyanyikan kelompok band ternama di Kota Medan itu. “Lagu yang dibawakan mereka sangat religi, hampir semua lagunya bertema Islami, jadi senang untuk ke mari,” kata Dika yang tengah asyik menikmati penampilan Al Baroqah.
Tanpa diragukan lagi, kelompok band yang sudah sering tampil dari panggung ke panggung itu tak hentinya membuat pengunjung terhipnotis walau ada beberapa lagu yang dinyanyikan milik band ibu kota. “Mereka membawa lagu orang pun sangat mirip, apalagi dikemas dengan karya mereka sendiri,” ujarnya lagi.(adl)

Ada Indikasi Permainan di Dishub

Terminal Liar Belum Ditertibkan

MEDAN- Penertiban terhadap angkutan umum agar masuk ke Terminal Amplas dan Pinang Baris, hingga kini belum berjalan. Hal ini mengindikasikan adanya permainan di internal Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Medan.

“Penertiban angkutan dan terminal liar ini merupakan tugas Dishub, karenanya mereka harus segera action. Tapi bila tidak juga dilakukan, berarti ada indikasi permainan di internal Dishub,” kata Wakil Ketua DPRD Kota Medan Ikrimah Hamidyn usai mendengarkan pidato Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono di gedung dewan, Selasa (16/8) sore.
Karenanya, Dishub Medan harus segera melakukan penertiban terminal liar untuk menepis anggapan tersebut dan demi kelancaran arus mudik Lebaran tahun ini. “Kita minta jangan ada lagi terminal dan bus liar di inti kota.

Karenanya, Dishub Medan harus melakukan penertiban. Ini sesuai dengan janji mereka (Pemko Medan, Red) yang mengatakan, tinggal action saja,” kata Ikrimah.

Sementara itu, Wali Kota Medan Rahudman Harahap mengaku akan melakukan peninjauan ke lapangan guna mengecek sejauh mana penertiban terminal liar tersebut sudah terlaksana.

“Penertiban itu (terminal liar, Red) sudah ada timnya. Kalau memang benar belum melakukan penertiban, saya akan cek,” tegasnya kepada wartawan koran ini saat ditemui di gedung dewan.

Sebelumnya, pada Rabu (10/8) lalu, Wali Kota Medan Rahudman Harahap dan Kapolresta Medan Kombes Pol Tagam Sinaga saat apel bersama Satlantas, Dinas Perhubungan dan Satpol PP di Terminal Terpadu Amplas menegaskan, terhitung mulai Rabu (10/8) lalu, bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) maupun Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dilarang menaikkan dan menurunkan penumpang di luar Terminal Terpadu Pinang Paris dan Amplas. Bahkan, Kapolresta berjanji akan menurunkan intel untuk memantau kebijakan tersebut.

Menurut Tagam, hal ini dilakukan untuk mendukung penertiban dan pelayanan kepada para penumpang di terminal sekaligus mengurangi kemacatan lalulintas. “Tidak ada artinya kita bekerja, bila tanpa dukungan para petugas di terminal yang setiap hari memantau kenderaan masuk dan keluar,” katanya.

Sementara Wali Kota Medan Rahudman Harahap berharap, personel gabungan Satlantas, Dinas Perhubungan dan Satpol PP mampu melakukan penertiban terhadap bus AKAP dan AKDP agar masuk ke Terminal Amplas dan Terminal Pinang Baris.

“Dalam rangka persiapan pengamanan angkutan lebaran, untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, 500 personel gabungan akan melakukan penertiban terhadap angkutan yang masuk dan keluar dari terminal Amplas serta Terminal Pinang Baris,” kata Rahudman. (adl)

Kutip Retribusi Malah Kena Pukul

Bermaksud hendak mengutip retribusi kepada pedagang di Pasar Sore Griya Martubung, Sri Handayani (21), warga Jalan Rawe I, Kelurahan Tangkahan, Kecamatan Medan Labuhan, malah kena pukul oleh seorang pedagang. Akibatnya, Sri mengalami memar di bagian rahang. Tak senang atas kejadian itu, Sri membuat pengaduan ke Polsek Medan Labuhan, Senin (15/8).

Kejadian tersebut bermula saat Sri yang merupakan pengurus Pasar Sore Griya Martubung mengutip retribusi kepada Turilamanatap Hutahaean pedagang ikan teri di pasar tersebut. Namun, Turilamanatap Hutahaean merasa keberatan dan menolak untuk memberikan retribusi tersebut.

Lantas Sri mengadukan hal tersebut kepada pengurus lainnya bahwasannya Turilamanatap Hutahaean tidak mau memberikan uang retribusi tersebut. Keesokan harinya, Sri dan beberapa rekannya datang lagi mengutip di lapak tempat Turilamanatap Hutahaean berjualan. Namun, tiba-tiba saja rahang Sri dipukul Turilamanatap. Akibatnya, Sri mengalami luka memar dan membuat pengaduan ke Polsek Medan Labuhan.

Namun, saat Sri membuat laporan ke Polsek Medan Labuhan, petugas SPK yang bertugas mengatakan, Turilamanatap Hutahaean juga sudah membuat laporan ke Polsek Medan Labuhan atas perusakan lapak tempat dia berjualan. “Saya tidak tahu yang merusak lapaknya. Namun, saya membuat laporan karena saya sudah dipukulnya,” ujar Sri di Polsek Medan Labuhan (mag-11)

HDTI Jamu 400 Anak Yatim dan Duafa

MEDAN- Pimpinan dan karyawan manajemen Hotel Danau Toba Internasional (HDTI) menggelar kegiatan buka puasa bersama di lantai dua hotel tersebut, Sabtu (12/8) petang.

Dalam kesempatan ini, mereka kedatangan tamu istimewa yakni 400 anak yatim dan kaum dhuafa yang berdomisili di sekitar hotel tersebut. Anak yatim dan dhuafa ini berbaur dengan keluarga besar HDTI.

Tamu cilik ini berasal dari beberapa keluhanan di Kecamatan Medan Maimoon dan Medan Baru diantaranya dari Kelurahan Hamdan, Kelurahan Aur, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Kampung Baru dan Kelurahan Petisah.
Kegiatan buka puasa bersama HDTI berlangsung hikmat diwarnai dengan hiburan lagu religi, doa bersama dipimpin Wagimin dan pemberian santunan. Diakhir acara dilaksanakan kegiatan buka puasa bersama dimana para tamu makan bersama.

Empat pimpinan HDTI yakni DR Surya Indraini Pardede (direktur operasi), Emmy Pardede (direktur umum), Merry Pardede (presiden direktur) dan Raden Hisar (presiden direktur) secara bergantian menyerahkan santunan kepada anak yatim dan kaum dhuafa.

Surya Indraini Pardede mewakili Direksi HDTI mengungkapkan kegembiraannya dapat bertemu dengan masyarakat terutama para anak yatim dan kaum dhuafa. Ia berharap pertemuan ini mendapatkan mempererat hubungan pihak hotel dengan masyarakat.

Direktur Operasi HDTI ini juga berharap para anak yatim dan kaum dhuafa dapat bergembira di Bulan Ramadan. Indriani berharap pertemuan ini akan mendapatkan keberkahan dari Tuhan Yang Maha Esa. (ade)

Anuar Shah: Kembalikan Penataran P4

MEDAN- Tanggal 17 Agustus memiliki makna khusus bagi seluruh bangsa Indonesia. Berbagai kegiatan digelar setiap tahunnya sebagai peringatan hari kemerdekaan sebagai sebuah bangsa. Demikian juga pada peringatan HUT ke-66 tahun ini.

Namun belakangan, peringatan tersebut memperlihatkan kenyataan yang sangat miris. Bahkan, terkesan kehilangan tempat di hati setiap mayarakat, khususnya Kota Medan. Hingga Selasa (16/8), tidak banyak kendaraan bermotor yang terlihat memasang bendera merah-putih.

Begitu juga tiang bendera di halaman rumah warga masih terlihat sepi. Padahal masih berbekas dalam ingatan kita, bagaimana pada tahun-tahun sebelumnya, umbul-umbul dan pernak-pernik kemerdekaan sudah meramaikan setiap kota.

Ketua Umum Majelis Pengurus Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila Sumatera Utara, Anuar Shah yang ditemui di Sekretariat MPW PP Sumut, Jalan Thamrin No.95 Medan, menyebutnya sebagai hilangnya nasionalisme di tengah-tengah warga masyarakat.

“Peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia saat ini tidak dimaknai oleh warga masyarakat secara keseluruhan melainkan hanya sebatas seremonial,” tegas Anuar Shah kepada Sumut Pos, kemarin.
Dirinya pun menyimbolkan kenyataan itu dari minat anak-anak sebagai penerus yang lebih besar kepada produk eropa daripada produk kebudayaan tradisional. Seperti pecal yang kurang dikenal dibanding dunkin donuts, pizza, atau kentucky. Begitu juga dalam hal lagu-lagu perjuangan yang kurang diingat dibanding lagu-lagu popular. Meskipun lirik yang ada hanya menawarkan mimpi.

“Jadi kalau mau jujur, rasa nasionalisme satu bangsa dan satu tanah air masih lebih baik waktu baru merdeka dulu. Militansi itu masih terasa benar dibanding sekarang ini. Karena jujur saja, secara ekonomi dan budaya kita justru terjajah,” ketusnya.

Hal itu kian diperparah lagi dengan ditiadakannya Penataran P4 (Pedomanan, Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila) di sekolah, sebagai lembaga pendidikan yang berperan penting dalam pembentukan karakter masa depan satu bangsa. Dengan kegiatan yang digelar dari pagi hingga sore hari, nilai-nilai Pancasila tadi sedikit banyak terserap dalam diri siswa.

Pria yang akrab disapa Aweng dan mengantongi sertifikat sebagai Penatar P4 pada 1986 lalu ini mengimbau agar sekolah lebih meningkatkan kualitas pendidikan sejarah kepada para siswanya. Dengan demikian generasi yang akan datang dapat menciptakan satu kondisi berbangsa yang lebih baik lagi.

“Bangsa Eropa itu bisa maju karena mereka terus mengevaluasi sejarah bangsa mereka. Evaluasi pun dilakukan untuk melihat kekurangan di masa lalu kemudian ditutupi menjadi lebih baik. Pendiri negara ini Ir Soekarno juga sudah berpesan dalam Jas Merah, (jangan sekali-sekali melupakan sejarah),” papar Answar yang men jadi instruktur upacara Peringatan HUT ke-66 RI di SMA Persit Medan Jalan S Parman Medan, hari ini (17/8).

Selain sekolah, lanjutnya, organisasi kepemudaan juga berperan dalam memupuk semangat nasionalisme ini melalui kaderisasi yang dilakukan. Seperti di jajaran Pengurus Wilayah Pemuda Pancasila Sumut yang menanamkan momen-momen kenegaraan pada setiap kadernya. Selain peringatan HUT Kemerdekaan RI, pada 30 September nanti DPW PP Sumut juga menggelar peringatan Gerakan 30 S/PKI untuk mengenang kader-kader yang menjadi korban pembantaian di Kampung Kolam. (jul)

Dewan: Cabut Izin Hiburan yang Buka

MEDAN- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Medan didesak untuk segera mencabut izin tempat hiburan yang buka selama Ramadan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan efek jera bagi tempat-tempat hiburan yang tetap buka selama Ramadan.

“Berdasarkan rekomendasi Wali Kota Medan, bila ada yang masih melanggar dan mengabaikannya harus dicabut izinnya. Karena sebelumnya, tim gabungan dari Disbudpar sudah memberikan peringatan dengan teguran yang sangat keras,” kata Ketua Komisi C DPRD Medan Jumadi, kemarin siang.

Dikatakannya, Disbudpar harus bersikap tegas karena memiliki kewenangan penuh dalam melakukan penertiban tempat-tempat hiburan yang nakal, nekat buka selama Ramadan. “Dewan siap melakukan pengawasan, namun karena kewenangan ada pada Disbudpar, bila ada ditemukan tempat hiburan yang mengabaikan instruksi wali kota, kita minta izinya dicabut,” bebernya.

Sementara anggota Fraksi Demokrat Parlaungan Simangungsong mengatakan, Disbudpar harus lebih memperketat pengawasan, jika perlu lakukan juga penertiban terhadap tempat hiburan di sejumlah hotel berbintang. Karena dikhawatirkan, fasilitas hotel ini menampung pengunjung di luar tamu hotel. (adl)

Korban Kebakaran Butuh Bantuan

BELAWAN- Penghuni 11 rumah panggung yang terbakar di Jalan Pulau Irian, Lingkungan 11, Kelurahan Belawan Bahari, Medan Belawan, Sabtu (13/8) lalu, mengharapkan bantuan berupa makanan dan bahan bangunan untuk membangun kembali rumah mereka.

“Kami sangat membutuhkan bantuan dari Pemerintah Kota Medan berupa makanan, pakaian dan yang terpenting adalah bahan bangunan untuk membangun rumah kami,” kata Ida Nasution (60), saat dijumpai di lokasi kebakaran.

Lebih lanjut, dia menambahkan, pihak Kecamatan sudah mendirikan posko dan memberikan bantuan makanan kepada korban kebakaran. Namun, sumbangan tersebut masih belum mencukupi. “Mana mau Lebaran, tidak ada harta benda kami yang bisa diselamatkan. Jadi kami mengaharapkan bantuan dari Pemko Medan dan juga para donator agar kami tetap bias bertahan disini,” tambahnya. (mag-11)

Al Jam’iyatul Washliyah Harus Berperan Lebih

MEDAN-Anggota DPD RI utusan Sumatera Utara, sekaligus penasehat MUI Provinsi Sumatera Utara,  DR H Rahmat Shah menghargai peran yang telah dilakukan oleh organisasi Al Jam’iyatul Washliyah untuk negara dan bangsa Indonesia.

Peran yang dilakukan merupakan peran-peran kemanusiaan, khususnya  menyangkut peningkatan harkat dan martabat manusia Indonesia melalui pendidikan dan kesejahteraan sosial.

Selain itu, lebih dari 70 tahun organisasi Al Jam’iyatul Washliyah telah berbuat, terutama berbuat sesuai dasar pendiriannya, yakni, untuk kepentingan menyatukan dan menghindari perpecahan di kalangan umat Islam.
Pernyataan Rahmat ini disampaikan kepada warga Al Jam’iyatul Washliyah Pematang Siantar yang menghadiri acara pelantikan Pimpinan Daerah Al Jam’iyatul Washliyah Pematang Siantar. Acara ini berlangsung di Balai Rahmat Pematang Siantar (24/07) dengan  dihadiri  Wali Kota Pematang Siantar Hulman Sitorus dan Wakil Walikota Koni Siregar. Hadir juga dalam acara tersebut, Wakil Bupati Simalungun Hj Nuriyati Damanik dan Pimpinan Wilayah Al Washliyah Sumatera Utara.  Terlihat juga Walikota Tanjung Balai, Thamrin Munthe yang hadir dalam kapasitas sebagai penceramah dalam acara tersebut.

Menurut Rahmat, tentunya peran  lebih aktif lagi dari Al Jam’iyatul Washliyah sangat diharapkan, terutama di era globalisasi, dimana krisis identitas bangsa sedang dalam kondisi yang memprihatinkan.  Upaya-upaya  yang dilakukan oleh Al Jam’iyatul Washliyah harus diapresiasi dan didukung oleh pemerintah dan segenap masyarakat.
Lebih jauh Rahmat mengatakan bahwa karena pentingnya peran yang dilakukan oleh Al Jam’iyatu Washliyah, maka selayaknya organisasi ini harus dipimpin dan diorganisir oleh sosok-sosok yang memiliki mental dan moral pemimpin sejati.

Model pemimpin di dalam kepengurusan organisasi Al Jam’iyatu Washliyah haruslah merupakan sosok yang siap bekerja dengan tulus dan ikhlas, mengorbankan waktu, tenaga, fikiran dan bahkan dana demi kemajuan organisasi dan kemajuan umat.
Lebih jauh, Rahmat menitip pesan akan karakter kepemimpinan yang seharusnya dihayati oleh para pengurus yang diberi amanah dan dilantik. Pesan tersebut berupa wawasan bahwa pemimpin  adalah imam. Pemimpin  punya tanggung jawab dan menanggung amanah. Selain itu, kepemimpinan harus dijalankan dengan transparan dan berbuat sesuai dengan kebutuhan anggota yang dipimpinnya. (*/ila)

Peringatan Aneh

Suatu hari Abu Nawas dipanggil Baginda. “Abu Nawas,” kata Baginda Raja Harun Al Rasyid memulai pembicaraan. “Daulat Paduka yang mulia,” kata Abu Nawas penuh takzim.

“Aku harus berterus terang kepadamu bahwa kali ini engkau kupanggil bukan untuk kupermainkan atau kuperangkap. Tetapi aku benar-benar memerlukan bantuanmu,” kata Baginda bersungguh-sungguh.
“Gerangan apakah yang bisa hamba lakukan untuk Paduka yang mulia?” tanya Abu Nawas.

“Ketahuilah bahwa beberapa hari yang lalu aku mendapat kunjungan kenegaraan dari negeri sahabat. Kebetulan rajanya beragama Yahudi. Raja itu adalah sahabat karibku. Begitu dia berjumpa denganku dia langsung mengucapkan salam secara Islam, yaitu Assalamualaikum (kesejahteraan buat kalian semua) Aku tak menduga sama sekali.

Tanpa pikir panjang aku menjawab sesuai dengan yang diajarkan oleh agama kita, yaitu kalau mendapat salam dari orang yang tidak beragama Islam hendaklah engkau jawab dengan Wassamualaikum (Kecelakaan bagi kamu) Tentu saja dia merasa tersinggung. Dia menanyakan mengapa aku tega membalas salamnya yang penuh doa keselamatan dengan jawaban yang mengandung kecelakaan.

Saat itu sungguh aku tak bisa berkata apa-apa selain diam. Pertemuanku dengan dia selanjutnya tidak berjalan dengan semestinya. Aku berusaha menjelaskan bahwa aku hanya melaksanakan apa yang dianjurkan oleh ajaran agama Islam.
Tetapi dia tidak bisa menerima penjelasanku. Aku merasakan bahwa pandangannya terhadap agama Islam tidak semakin baik, tetapi sebaliknya. Dan sebelum kami berpisah dia berkata rupanya hubungan antara kita mulai sekarang tidak semakin baik, tetapi sebaliknya. Namun bila engkau mempunyai alasan lain yang bisa aku terima, kita akan tetap bersahabat,” kata Baginda menjelaskan dengan wajah yang amat murung.

“Kalau hanya itu persoalannya, mungkin, hamba bisa memberikan alasan yang dikehendaki rajaf sahabat Paduka itu yang mulia,” kata Abu Nawas meyakinkan Baginda.

Mendengar kesanggupan Abu Nawas, Baginda amat riang. Beliau berulang-ulang menepuk pundak Abu Nawas. Wajah Baginda yang semula gundah gulana seketika itu berubah cerah secerah matahari di pagi hari.
“Cepat katakan, wahai Abu Nawas. Jangan biarkan aku menunggu,” kata Baginda tak sabar.

“Baginda yang mulia, memang sepantasnyalah kalau raja Yahudi itu menghaturkan ucapan salam keselamatan dan kesejahteraan kepada Baginda. Karena ajaran Islam memang menuju keselamatan (dari siksa api neraka) dan kesejahteraan (surga) Sedangkan Raja Yahudi itu tahu Baginda adalah orang Islam.

Bukankah Islam mengajarkan tauhid (yaitu tidak menyekutukan Allah dengan yang lain, juga tidak menganggap Allah mempunyai anak. Ajaran tauhid ini tidak dimiliki oleh agama-agama lain termasuk agama yang dianut Raja Yahudi sahabat Paduka yang mulia.

Ajaran agama Yahudi menganggap Uzair adalah anak Allah seperti orang Nasrani beranggapan Isa anak Allah. Maha Suci Allah dari segala sangkaan mereka.Tidak pantas Allah mempunyai anak.
Sedangkan orang Islam membalas salam dengan ucapan Wassamualaikum (kecelakaan bagi kamu) bukan berarti kami mendoakan kamu agar celaka. Tetapi semata-mata karena ketulusan dan kejujuran ajaran Islam yang masih bersedia memperingatkan orang lain atas kecelakaan yang akan menimpa
mereka bila mereka tetap berpegang teguh pada keyakinan yang keliru itu, yaitu tuduhan mereka bahwa Allah Yang Maha Pengasih mempunyai anak,” Abu Nawas menjelaskan.

Seketika itu kegundahan Baginda Raja Harun Al Rasyid sirna. Kali ini saking gembiranya Baginda menawarkan Abu Nawas agar memilih sendiri hadiah apa yang disukai.
Abu Nawas tidak memilih apa-apa karena ia berkeyakinan bahwa tak selayaknya ia menerima upah dari ilmu agama yang ia sampai. (net/jpnn)