26 C
Medan
Wednesday, December 24, 2025
Home Blog Page 14739

Juga Rampok Gubernur LIRA

Sementara itu, sekitar pukul 11.25 WIB di Rumah Sakit Bhayangkara Jalan KH Wahid Hasyim Medan, terlihat Kapolres Belawan AKBP Endro Kiswanto keluar dari ruang tahanan rumah sakit tersebut. Endro tampak mendampingi istri dan keluarga dari Gubernur Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) Sumut, Rizaldi Mavi yang menjadi korban perampokan di pintu keluar Tol Belmera beberapa waktu lalu.

Kedatangan tersebut untuk melihat salah satu pelaku perampokan. Ucapan terima kasih juga dilontarkan keluarga korban kepada polisi, yang telah menangkap pelaku perampokan tersebut.
Endro menuturkan, pelaku yang berhasil ditangkap tim gabungan kasus penculikan dan pembunuhan Ayu tersebut, juga pelaku kasus yang menimpa Rizaldi Mavi.  “Iya, pelakunya sama dengan pelaku Gubernur LIRA,” ungkap Endro.

Seperti diketahui, Gubernur LIRA Sumut, Rizaldi Mavi, 59, warga Jalan Medan Area bersama teman wanitanya dirampok, Jumat (29/7) kemarin. Korban mendapat siksaan dengan kondisi tangan diborgol dan mulut dilakban, hingga harus dirawat di rumah sakit.

Modus yang dilancarkan pelaku dengan menghentikan laju mobil Ford Everest BK 88 CO milik korban saat melintasi Jalan Krakatau Ujung, Kecamatan Medan Deli, setelah keluar dari pintu Tol Belawan, Medan dan Tanjung Morawa (Belmera). Menurut Endro, dugaan sementara, katanya, pelaku beraksi tanpa memandang korban. “Pelaku memilih korban, secara acak saja,” ungkapnya.(ari)

Di Komplek Waikiki Ngaku Pengusaha Ayam Asal Jakarta

Erwin Panjaitan adalah polisi berpangkat Brigadir Satu yang disersi karena kasus kriminal. Perkenalan antara Erwin dan istrinya Ria Hutabarat dengan korban Wahyuni Simangunsong (26) terjadi ketika mereka sama-sama tinggal di Komplek Wakiki, Sunggal. Erwin tinggal di Blok D No 25, sementara Sri Wahyuni di Blok E di bagian hook.

Di komplek perumahan ini, Erwin mengaku pengusaha ternak ayam. Seperti diakui YF Sinaga, Ramli dan Lamsar Sirait, petugas sekuriti Kompleks, Jumat (12/8) sore di Perumahan Waikiki. Berikut hasil penelusuran Sumut Pos di Perumahan Waikiki.

Saat wartawan Sumut Pos mendatangi perumahan itu kemarin siang, rumah yang pernah ditinggali Erwin dan Ria dalam keadaan tertutup. Wartawan Sumut Pos kemudian bertanya ke pos sekuriti tepat di depan rumah tersebut.
Namun tak satu pun sekuriti itu yang mengaku kenal. Ketika diperlihatkan foto Ria, ketiga petugas sekuriti itu langsung angkat bicara.

“Oh, kalau cewek itu memang tinggal di sini, pas di depan itu rumahnya,” cetus ketiganya.
YF Sinaga menuturkan, Erwin Panjaitan dan Ria adalah tipe orang pendiam dan tertutup. “Mereka itu tidak terbuka kepada warga di sini dan jarang keluar rumah. Sekitar 2 tahun mereka tinggal di sini, baru 2 kalilah suaminya si Erwin bicara di pos ini. Itu pun hanya sebentar, hanya 10 menit. Itu pun sudah lama kali,” tukasnya.

Ramli menambahkan, saat mendatangi pos mereka, Erwin mengaku sebagai pengusaha ternak ayam di Jakarta. “Dia itu pernah mau mengajak kawan kami untuk bekerja di Jakarta tapi kawan kami menolaknya. Katanya sih dia pengusaha di Jakarta,” pungkasnya.
Sementara itu, Lamsar Sirait mengaku pernah melihat ada mobil Toyota Kijang Kapsul warna silver datang ke rumah mereka.

“Kalau tidak salah, sekitar 10 hari lalu.  Yang keluar dari mobil si Ria. Yang saya ingat, mereka itu datangnya malam,” ujar Lamsar Sirait sambil berjalan menuju rumah Erwin Panjaitan yang tidak jauh dari pos sekuriti.
YF Sinaga menegaskan, sepeda motor yang dipakai mereka Yamaha Vega R warna biru dan Yamaha Vega R warna putih.

“Sekitar seminggu lalu ada polisi dari Polda Sumut mencari ciri-ciri wanita tapi yang dicari itu rambut pirang. Kami tidak menyangka kalau dia pelakunya. Maklumlah, mereka itu tidak terbuka dan ngaku-ngaku pengusaha dari Jakarta. Rumah itu kosong dan mereka itu jarang ke sini,” katanya kembali.

Sementara itu, seorang wanita berbaju pink sambil menggendong anaknya mengatakan, tidak kenal dengan Erwin Panjaitan. “Siapa, Erwin? Saya tidak kenal, cari saja di depan Blok D sana karena di situ nomor kecil,” cetusnya sambil masuk ke dalam rumah.

Di depan Kompleks Wakiki, Pak Roy Tarigan yang bekerja sebagai penambal ban mengaku mengenal Erwin setelah melihat fotonya.
“Dia itu pernah menempel (ban) keretanya di sini. Dia pernah menyuruh saya untuk jual togel dan dia yang menjamin tidak ada yang menangkap. Mana saya mau,” ujarnya.

Pak Roy Tarigan sudah menduga Erwin seorang petugas. “Saya tahu dia petugas dari gelagatnya. Saya tidak menyangka kalau dia itu pelakunya. Kok kejam kali mereka dan kok tega kali membunuh? Habis dirampok ya korbannya dilepaskanlah. Tidak perlu dibunuh,” ungkapnya sambil menempel ban sepeda motor. (jon)

Tersangka Erwin Berasal Dari Keluarga Polisi

Kediaman orang tua salah seorang pelaku pembunuhan Wahyuni Simangunsong (26) pegawai BRI Syariah Cabang S Parman Medan yakni, Briptu Erwin Panjaitan terletak di Komplek Sri Gunting, Blok G, No. 48 G, Kelurahan Sunggal Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli serdang.

Di rumah bercat putih, berpagar warna hitam dan terparkir sebuah mobil sedan warna merah BK 1030 FL, tampak tenang. Pintu rumahnya pun tertutup.

Salah seorang warga yang ditemui Sumut Pos di rumahnya, yang berada di belakang kediaman orangtua dan enggan disebutkan namanya menuturkan, Erwin Panjaitan adalah seorang personel polisi yang memiliki kepribadian santun, ramah dan pendiam.

“Oo, yang orangnya agak hitam ya. Itu rumah orangtuanya (Erwin Panjaitan, red) Bapak Panjaitan dan Ibu Panjaitan. Dia orangnya baik kok, ramah,” ungkap ibu yang memiliki sebuah kios kecil tepat di depan rumahnya.

Saat mulai ditanya, apakah Erwin Panjaitan telah lama tinggal di situ, ibu berkulit putih itu dengan wajah yang menunjukan raut curiga mengatakan, Erwin sudah lama tinggal di situ. Namun, Erwin juga telah memiliki rumah di tempat lain, sehingga tidak begitu sering lagi datang ke rumah orangtuanya.

“Sudah lama dia tinggal di situ. Tapi ada juga rumahnya sendiri sama istrinya,” jawabnya singkat.
Tak berapa lama, datang juga seorang ibu yang rumahnya berada di belakang rumah orangtua Erwin Panjaitan. Perempuan berpostur tinggi dan kurus tersebut juga menyatakan hal yang sama bahwa Erwin Panjaitan adalah orang yang baik.

“Baik orangnya. Bapak Panjaitan dan Ibu Panjaitan juga baik. Kalau Ibu Panjaitan kalau sore begini sering ke sini, ngobrol-ngobrol lah. Tapi sore ini, belum ada nampak. Mungkin lagi di rumah dia (Ibu Panjaitan, Red),” bebernya.

Tak berapa lama, Sumut Pos kembali berupaya menemui tetangga dari orang tua Erwin Panjaitan yang berselang beberapa rumah dari kediaman Bapak dan Ibu Panjaitan tersebut.
Dari seorang ibu Sumut Pos mendapat keterangan yang cukup berarti. Ibu itu juga membenarkan kalau Erwin Panjaitan memiliki kepribadian yang pendiam namun ramah.

“Kalau ketemu, dia sering menegur. Dia nggak banyak cerita, tapi nggak sombong. Kedua orangtuanya juga baik. Ramah-ramah orang itu. Dia kan punya rumah di daerah Paya Geli sana. Kalau kemari dulunya memang sering, tapi beberapa minggu ini kayaknya nggak pernah nampak,” kisahnya.

Dikatakannya, dalam dua pekan ini, tepatnya sebelum tanggal 1 Agustus atau hari pertama puasa Ramadan, Erwin Panjaitan memang sudah tidak pernah lagi kelihatan datang.
Mengenai berita pembunuhan Wahyuni Simangunsong tersebut juga, sempat menjadi perbincangan di komplek yang mayoritas dihuni para anggota kepolisian tersebut.

“Waktu tanggal 1 Agustus itu, saya ada cerita sama tetangga yang pulang dari Balige. Katanya ada pembunuhan pegawai Bank BRI itu. Tapi, kami tidak menyangka kalau tadi (kemarin pagi, Red) ternyata si Erwin ketangkap polisi katanya dia pelaku pembunuhan itu. Nggak nyangkalah, karena dia itu kan polisi, pendiam, ramah, pokoknya baiklah. Memang sejak 1 Agustus itu, dia nggak pernah lagi kelihatan datang kemari,” tuturnya.

Dijelaskannya, warga komplek sekitar tahu bahwa Erwin terlibat pembunuhan tersebut yakni sekitar pukul 07.00 WIB atau pukul 07.30 WIB, ada petugas polisi berpakaian preman dengan membawa mobil, dan ternyata di dalam mobil itu ada Erwin Panjaitan. Tak lama berselang, ada dua orang yang ditangkap yang katanya orang yang ikut dalam pembunuhan tersebut. Spontan saja, dengan kejadian itu menjadi tontonan warga komplek tersebut.

“Tadi pagi, ada mobil yang katanya dari Polresta Medan. Ternyata di dalamnya ada Erwin Panjaitan. Nggak lama, ada yang ditangkap. Dua orang itu suami istri. Tapi bukan polisi. Mungkin Erwin Panjaitan disuruh polisi Polresta Medan untuk menunjukkan pelaku lainnya. Betul, betul nggak nyangka saya. Tadi heboh lah komplek sini. Tadi Pak Panjaitan sekitar pukul 09.00 WIB, setelah kejadian itu nampak pulang naik mobil sedan merah itu. Mungkin mau ngurus itu ya,” bebernya lagi.

Dikatakannya, Erwin Panjaitan merupakan satu-satunya anak Bapak dan Ibu Panjaitan yang menjadi polisi. Sementara, abang dan adiknya memiliki profesi lain.

“Bapak itu punya tiga orang anak. Pertama abangnya Erwin, tapi sekarang di Jakarta. Katanya pengusaha. Kalau adiknya itu perempuan, dan kerjanya sebagai bidan. Jadi cuma Erwin lah yang jadi polisi. Kalau Pak Panjaitan itu juga polisi, tapi saya nggak tahu tugasnya dimana. Erwin juga saya tidak tahu tugasnya dimana,” paparnya.

Ibu tadi ini juga mengatakan, dua tahun lalu sebenarnya Erwin juga pernah melakukan perampokan. Dan berdasarkan sepengetahuannya, Erwin tidak ditahan. Malah teman Erwin yang dipenjara.
Diceritakannya, perampokan yang dilakukan Erwin saat itu melibatkan salah seorang warga di komplek tersebut bernama Sisu. Sosok Sisu ini adalah sosok warga biasa dan terbilang kurang mampu, serta memiliki satu orang anak.

“Kalau nggak salah dua tahun lalu, dia (Erwin, Red) juga pernah melakukan perampokan. Dia ngajak orang sini, namanya Sisu. Sisu ini orang susah gitulah, tapi sedikit bandal, mau mabuk dan sebagainya. Waktu itu heboh juga di sini, berarti dengan kejadian ini sudah dua kali. Tapi kalau yang itu tidak ada pembunuhan, yang sekarang ini ada pembunuhan. Waktu itu, kayaknya Erwin tidak ditahan. Yang ditahan itu si Sisu. Setelah keluar dari penjara, Sisu membawa istri dan anaknya kembali ke Jawa,” kisahnya.

Ibu itu menduga, dalam kasus ini bisa saja karena faktor percintaan antara Erwin dengan almarhum Wahyuni Simangunsong. “Ya, namanya polisi. Bisa saja kan kayak gitu,” prediksinya.
Keterangan seorang personel Sat Brimob Polda Sumut, Erwin Panjaitan merupakan anak petugas Sat Brimob Polda Sumut yang sekarang bertugas di Langkat.

“Bapaknya itu anggota Brimob juga dulu di Polda Sumut sebelum pindah tugas di Langkat. Sekarang bapaknya di Langkat bertugas,” cetus seorang perwira Sat Brimob.

Ditambahkannya, ibu Erwin Panjaitan juga merupakan pegawai di salah satu dinas di Pemko Medan. “Ibunya itu pegawai PNS di salah satu dinas yang ada di Medan ini dan masih aktif. Kalau saya tidak salah, antara si Erwin Panjaitan dan Ria br Hutabarat itu masih ada hubungan darah” tambahnya.
Kapolresta Medan Kombes Pol Tagam Sinaga kasus kejahatan yang pernah dilakukan Erwin pada tahun 2007. Kasusnya pun bukan penjambretan, tetapi kejahatan yang disebut dengan istilah opskolep, singkatan operasi kolor lepas.

Dalam kejahatan ini, Erwin dan Ria Hutabarat berpura-pura sebagai polisi yang sedang merazia di hotel-hotel kecil. Lantas pasangan mesum yang baru keluar dari hotel langsung diperiksa identitasnya. Jika berbeda alamat identitasnya, keduanya diancam akan diberitahukan kasus perselingkuhannya kepada keluarga yang bersangkutan. Jika tidak ingin diberitahu, maka harus membayar.

Dalam kasus ini, Erwin dihukum empat bulan penjara. Setelah dipenjara, Erwin ditugaskan di Polsek Kutalimbaru. Karena tidak pernah masuk, kemudian ditarik ke Polresta Medan dan dilakukan pembinaan. Berikutnya dalam proses pembinaan di kepolisian, ternyata Erwin kemudian tidak pernah melaporkan diri. Dia desersi sejak satu tahun lalu.

“Dicari tiga kali, tidak ketemu. Gajinya kemudian dihentikan karena desersi. Mungkin karena tidak ada uang makanya dia melakukan tindak kejahatan lagi,” kata Tagam. (jon/ari/mag-7)

Ogah Eksklusif

Besarnya potensi pada generasi muda dapat dilihat pada komunitas otomotif yang menyebut dirinya Belum Kelar. Terus berkarya tanpa batas menjadi visi komunitas yang terbentuk 2011 ini.
Udara subuh yang dingin tak menghentikan anggota memasang spanduk kebesaran di antara deretan mobil yang dijajar rapi di seputaran Jalan Gagak Hitam/Ring Road Medan beberapa waktu lalu.

Menghabiskan sisa waktu usai menggelar acara sahur bersama di salah satu pusat kuliner Kota Medan. “Kebetulan karena gerimis tidak semua bisa turun. Untuk anggota yang tercatat sampai saat ini sekitar 30 orang,” ucap Koordinator Belum Kelar, Joel kepada Sumut Pos.

Seperti disampaikan Joel, Belum Kelar terbentuk didasarkan oleh kesamaan hobi terhadap modifikasi kendaraan bermotor. Untuk itu, komunitas ini pun tidak menutup diri hanya pada roda empat atau mobil semata. Terdaftar pula beberapa anggota yang eksis pada sepeda motor. Perbedaan yang ada pun diberi ruang untuk menjadi satu kesatuan dalam ikatan kekeluargaan yang menjadi warna khas Belum Kelar.

Fokus di bidang otomotif, setiap anggota pun dibebaskan untuk berkreatifitas dengan kendaraan yang dimilikinya. Selain untuk kepuasan pribadi, juga mencari pengakuan lewat kontes yang digelar di Kota Medan. Bahkan di usia yang masih muda, Belum Kelar berhasil menggondol penghargaan. Seperti terpilih sebagai The Best Fineal Audio dan The Best Interior pada Akselera Auto Contes yang digelar Mei 2011 ini.

“Waktu itu kita turunkan mobil Honda Accord dengan gaya ekstrim dan mobil saya dengan gaya elegan. Dapat dua penghargaan. Sekarang kita lagi nyiapin mobil untuk kontes modifikasi dalam waktu dekat ini. Mudah-mudahan kita bisa mempertahankan prestasi dengan mendapat penghargaan dan kalau bisa lebih banyak penghargaan,” bebernya.

Sekalipun begitu, Belum Kelar tidak pernah mengeksklusifkan diri. Sebagai bagian dari masyarakat, mereka pun menggelar kegiatan-kegiatan sosial. Seperti di bulan Ramadan ini, mereka menggelar acara buka puasa bersama dengan abang-abang tukang becak di Kota Medan. Dengan demikian mereka pun memberikan arti kehadirannya di tengah-tengah masyarakat.

“Karena dasarnya kita adalah satu keluarga, itu yang ingin kita tunjukkan di tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian keberadaan Belum Kelar di tengah-tengah masyarakat dapat bermanfaat. Kalau tidak ada halangan, dalam waktu dekat kita mau berbuka puasa dengan abang-abang becak,” pungkasnya. (jul)

Bicara Gaya Lewat Desain

Usia muda tidak membatasi Ottorio Christian Marsaringar Pangihutan Siregar (23) untuk tampil. Pengalaman berorganisasi dimanfaatkan untuk mengembangkan usaha clothing company yang dijalaninya.

Dengan topi bergaya hip-hop, Ryo, demikian dia disapa, saat ditemui di Eufhoria Jalan Djamin Ginting No.335 Medan, terlihat serius dengan monitor komputer di depannya. Membentuk satu motif menarik yang diletakkan di belakang gambar bahagian punggung kemeja.

“Sementara ini, kita main di kaos dan kemeja dulu. Mulai dengan distro dan itu sudah kita buka di sini (Euforia, Red) dari Februari lalu. Tapi kita ada juga garap desain untuk cenderamata lain,” ungkapnya.

Namun ada yang beda dari design garapan pria bertubuh tambun ini. Tidak seperti motif kebanyakan, terlihat di beberapa tempat unsur kebudayaan khas Sumatera Utara (Sumut). Seperti pada motif dari uniform salah satu organisasi pemuda yang bergerak di bidang keagamaan. Modernitas yang terasa dalam tulisan diikuti dengan untaian tirai khas Melayu pada gambar masjid. Begitu juga saat menggarap kaos dengan nama dan logo musisi lokal yang ada di Kota Medan.

Perpaduan modernitas dan keunikan budaya memberinya warna tersendiri sekaligus menjadi daya tarik pada setiap karya yang dibuat. Dengan demikian, Ryo coba berkontribusi pada pelestarian dan promosi budaya lokal. Hal itu pun diharapkan dapat meningkatkan minat generasi muda untuk terus berkarya. Selain sebagai modal untuk menghadapi persaingan di bidang desain grafis belakangan ini.

“Banyak kita yang terlalu asyik dengan tema-tema modern hingga melupakan kekayaan yang ada pada kebudayaan kita. Saya rasa tidak terlalu muluk bila dengan hal kecil ini kita bisa mensupport budaya dan seniman lokal untuk terus melahirkan karya-karya yang kualitasnya tidak kalah dengan di luar Sumatera,” bebernya.

Dunia desain grafis sebenarnya bukan hal yang baru bagi Ryo. Ketertarikan yang sudah ada sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) berlanjut di saat menempuh pendidikan tinggi di salah satu perguruan tinggi swasta ternama di Kota Medan. Ditambah dengan kreatifitas yang ada, pendidikan selama satu tahun ini pun siap untuk diterapkan.

Pria kelahiran Jakarta, 16 Mei 1988 ini pun berkecimpung di beberapa clothing company. Tidak sedikit pula karyanya yang dimanfaatkan oleh beberapa perusahaan. Sebut saja logo juga website dari German Resto Roland, restauran kuliner Jerman yang terdapat di seputaran Setia Budi Medan.

Begitu juga di beberapa perusahaan yang diikuti sebelum bergabung di Euforia ini.  “Kita kebetulan tidak pernah membatasi diri pada satu kategori dalam berkarya. Justru dengan kebebasan itu kita dapat memberi yang lebih baik lagi,” tuturnya.

Ditengah kesibukannya, Ryo masih harus berjuang menyelesaikan pendidikan di Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. (jul)

Dua Lagi Pejabat BNI Diincar Jaksa

Terkait Kucuran Rp129 M Salahi SOP

MEDAN- Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara kini membidik dua lagi pejabat BNI Cabang Pemuda Medan untuk ditetapkan jadi tersangka. Hal ini terungkap setelah dilakukan pemeriksaan terhadap dua pejabat BNI Cabang Pemuda Medan yakni Tintin Relationchip Manager BNI Cabang Pemuda Medan dan Mercury pejabat Credit Officier BNI Cabang Pemuda Medan.

Kedua pejabat BNI Cabang Pemuda ini, dipanggil penyidik Pidsus Kejatisu untuk diperiksa sebagai saksi atas tersangka Drs Rusdianto Kepala Cabang BNI Jalan Pemuda Medan.

“Ya, kita juga telah memeriksaan dua pejabat BNI Cabang Pemuda Medan. Apakah kredit itu di kucurkan dengan disengaja atau tidak. Kalau memang ada ditemukan kesengajaan dalam pengucuran dana itu yang menyalahi SOP, pejabat yang berkompeten tidak tertutup dijadikan tersangka,” kata Kordinator Penyidik Pidsus Kejatisu Jufri Nasution SH pada wartawan, Jumat (12/8).

Selain dua pejabat BNI tersebut, Kejatisu juga memeriksa Direktur PT AK Tanahn
AK Sulaiman. AK Sulaiman diperiksa terkait pinjaman dana sebesar Rp136 miliar (yang dicairkan sebesar Rp129 miliar) yang menyalahi Standar Operasional Prosedur  (SOP) BNI 46 Cabang Pemuda Medan pada PT Bahari Dwi Kencana.

“Kita sudah memeriksa Direktur PT AK Tanah, AK Sulaiman. Kita minta keterangan pada AK Sulaiman soal kucuran dana itu digunakan untuk apa, kita juga memeriksa admintrasi yang menjadi syarat mutlak soal peminjaman dana di BNI,” kata Jufri.

Namun sayang, Jufri tak menjabarkan secara gamblang hasil pemeriksaan tersebut. Jufri mengaku, dari pemeriksaan yang dilakukan terhadap saksi-saksi, belum ada yang mengarah pada penetapan sebagai tersangka. “Belum ada mengarah atau menetapkan sebagai tersangka. Tapi tidak tertutup kemungkinan dan bisa saja akan terjadi. Kita menunggu hasil penyidikan tim untuk mengusut kasus ini,” tegas Jufri.

Diketahui, pemeriksaan terhadap AK Sulaiman karena yang bersangkutan lebih mengetahui soal aliran dana tersebut, mengingat AK Sulaiman punya hubungan dengan PT Bahari Dwi Kencana. Berdasarkan informasi yang dihimpun Sumut Pos, Direktur PT Bahari Dwi Kencana Boy Hermansyah, meminjam dana sebesar Rp136 miliar, untuk melunasi utang PT AK Tanah terhadap Bank Sumut.
Seharusnya, AK Sulaiman diperiksa pada Rabu (10/8) lalu. Namun yang bersangkutan tidak datang.

Alasan tidak datang disampaikannya lewat surat yang disampaikan pada Pidsus Kejatisu. Ketika disinggung soal pinjaman yang dilakukan PT Bahari Dwi Kencana pada Bank Negera Indonesia (BNI) 46 Cabang Pemuda Medan, Jufri Nasution SH, belum mau menjabarkan lebih lanjut karena kasus tersebut masih penyidikan. ‘’Kita belum tahu. Namun demikian pemanggilan Direktur PT AK Tanah Sulaiman dalam rangka kita mintai keterangannya soal seputaran kucuran dana tersebut. Masalah pinjaman yang dilakukan PT Bahari Dwi Kencana, untuk menutupi utang PT AK Tanah, belum ada mengarah ke sana, namun kita sudah mendapatkan gambaran,’’ beber Jufri.

Ketika disinggung lagi soal dua pejabat BNI yakni Tintin pejabat Relationship Manager BNI Cabang Pemuda Medan dan Mercury pejabat Credit Officier BNI Cabang Pemuda Medan, akan kemungkinan dijadikan tersangka dan ditahan, Jufri Nasution belum mau mengatakan. ‘’Semua status mereka menunggu hasil pemeriksaan penyidikan yang dilakukan tim.Saya belum bisa mengatakan apakah mereka bisa dijadikan tersangka atau tidak. Namun penyidiklah yang akan menentukan berdasarkan pengumpulan barang bukti dan keterangan (pulbaket) yang kita dapat. Kalau Direktur PT Bahari Dwi Kencana Boy Hermansyah nanti saja belakangan akan kita panggil,’’ tegas Jufri menutup pembicaraan. (rud)

Tunggakan Retribusi Merdeka Walk September Harus Lunas

MEDAN- Pemerintah Kota (Pemko) Medan memberi tenggat waktu hingga bulan depan kepada PT Orange Indonesia Mandiri (OIM) selaku pengelola Merdeka Walk untuk melunasi tunggakan retribusi. Jika tidak dilunasi, Pemko Medan berencana akan memutus hubungan kerjasama dengan PT OIM.

“Kita sedang menunggu perkembangan selanjutnya. Bila bulan depan tak juga membayar, bukan tidak mungkin kita memutus hubungan kerjasama. Namun begitu, kita menungu perintah dari Pak Wali untuk mengambil tindakan,” ujar Sekda Kota Medan, Syaiful Bahri, Jumat (12/8) di ruang kerjanya.

Dikatakannya, tindakan tegas tidak mungkin dilakukan di Bulan Ramadan, karena Pemko Medan masih memandang secara manusiawi. “Kita harus berfikir secara manusiawi karena banyak faktor yang harus dihadapi,” katanya tanpa merinci faktor tersebut.

Sebelumnya, Wali Kota Medan Rahudman Harahap menenggat Dinas Pertamanan Kota Medan hingga Agustus ini, untuk menagih tunggakan retribusi kepada PT Orange Indonesia Mandiri (OIM) selaku pengelola Merdeka Walk. Karenanya, Dinas Pertamanan Kota medan diminta segera menyurati PT OIM untuk segera melunasi tunggakan retribusi tersebut.

Sementara, Ketua Komisi C H Jumadi SPdI mengaku sangat sepakat dengan usulan dari Wali Kota yang mengharuskan PT OIM menyelesaikan tunggakan retribusinya. Dengan begitu, PT OIM harus membayar tunggakannya sesuai dengan aturan Dinas Pertamanan yang diharuskan membayar setiap hari dan diatur dalam Pasal 9 ayat 6 karena Merdeka Walk dijadikan tempat bisnis.

“Saya sepakat pembayaran retribusi sesuai dengan permintaan Dinas Pertamanan, memang Merdeka Walk merupakan fasilitas negara, tapi kalau digunakan sebagai tempat bisnis pihak PT OIM harus membayarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan sudah diatur dalam Perda Kota Medan,” kata Jumadi.(adl)

Median Jalan di Medan Utara Minim

Masyarakat Medan Utara mengeluhkan tingkat lakalantas yang cukup tinggi di kawasan tersebut. Sampai saat ini, belum ada solusi dalam menekan angka kecelakaan lalu lintas di Medan Utara tersebut Menurut anggota DPRD Sumut dari Fraksi PKS M Nasir, salah satu solusi yang harus dilakukan Pemko Medan dalam hal ini Dinas Perhubungan Kota Medan adalah dengan membuat median jalan. Berikut petikan wawancara wartawan Sumut Pos, Nopan Hidayat dengan M Nasir, Jumat (12/8).

Apa yang harus dilakukan dalam menekan angka kecelakaan lalulintas di kawasan Medan Utara?
Pemerintah Kota Medan dan Satuan Lalu Lintas Polres Pelabuhan Belawan harus serius dalam menekan angka lakalantas di Medan Utara. Salah satunya dengan melakukan perluasan Jalan Kolonel Yos Sudarso, Marelan dan membangun median jalan secara permanen. Pasalnya, selama ini pembanguanan median jalan di Medan Utara hanya ada di Jalan Kolonel Yos Sudarso yakni di simpang Titipapan dan Jalan Dobi, itupun terkesan main-main dan setengah hati.

Selain itu, apa lagi yang harus dilakukan?
Pemerintah Kota Medan juga harus mengganti semua dan menambah traffic light yang ada di Medan Utara di setiap persimpangan, karena traffic light sudah tidak berfungsi dengan baik. Pasalnya, dengan adanya penambahan rambu lalulintas akan sangat membantu kelancaran lalulintas dan juga mengurangi angka lakalantas.

Lalu, bagaimana dengan pembangunan median jalan?
Seharusnya Pemko Medan membangun media jalan yang kokoh dengan memberi pagar seperti yang ada di setiap jalan raya Kota Medan. Dengan di bangunannya median jalan tersebut, tentunya bisa menekan angka lakalantas dan yang paling penting pembangunan media jalan sangat penting dilakukan di Jalan Kolonel Yos Sudarso menuju Belawan yang kerap terjadi kecelakaan.

Apa desakan Anda terhadap Pemko Medan?
Pemerintah Kota Medan harus menepati janjinya, yang katanya ingin melakukan percepatan pembangunan di Medan utara. Salah satunya dengan melakukan pelebaran dan pembangunan median jalan. Tidak hanya itu, kita juga meminta untuk Satuan Lalulintas Polres Belawan agar sesering mungkin melakukan patroli di jalan-jalan yang rawan kecelakaan di Medan Utara, seperti Marelan, Jalan Kolonel Yos Sudarso menuju Belawan untuk menekan angka lakalantas.(*)

Asyik Ngumpul Bareng Teman

Ramadan Fair yang digelar Pemko Medan di samping Masjid Raya setiap hari dipadati masyarakatn
Hampir semua stan dipenuhi pengunjung, tak terkecuali stan-stan yang menawarkan berbagai perlengkapan lebaran, seperti pakaian, hiasan kaligrafi dan sebagainya.

Namun yang paling banyak dikunjungi yakni stan yang menyajikan aneka ragam kuliner, mulai dari ayam penyet, martabak mesir, soto, nasi goreng dan sebagainya.

“Kulinernya biasa, tapi yang buat menarik ngumpulnya di sini. Makanya jadi senang makan di sini,” ujar Agus, seorang pengunjung Ramadhan Fair yang ditemui saat menjelang berbuka puasa, Jumat (12/8). Agus yang datang bersama teman-temannya juga mengatakan, suasana di Ramadan Fair terkadang membuat semangat makan. “Karena makannya ramai-ramai, jadi selera makan lebih meningkat,” ujar Agus.

Selain muda-mudi, pengunjung lain yang datang ke even tahunan ini, biasanya dari kalangan keluarga muda yang biasanya datang sekalian membawa anak-anak mereka. “Anak-anak suka ke mari karena ramai, jadi lebih terasa suasana kekekuargaanya,” ujar Rahmat yang datang membawa anak-anaknya.

Biasanya untuk makanan yang sering disantap oleh Rahmat dan keluarga di Ramadhan Fair adalah nasi putih dengan menu Ayam Penyet. Sedangkan anak-anaknya lebih suka mengkonsumsi es dengan beraneka cita rasa. “Saya dan istri selalu mesan nasi putih untuk berbuka, sedangkan anak-anak biasanya minta es,” ujar Rahmat.

Keramaian dan rasa kebersamaan yang terasa di Ramadhan Fair selalu menjadi daya tarik tersendiri. “Kalau jam berbuka, biasanya berbagai kalangan hadir di sini, tapi kalau di atas jam 10 malam, yang hadir biasanya anak muda, baik lelaki maupun perempuan. Nah, jam segini makanan berat jarang dipesan, melainkan minuman dingin yang paling banyak diminta,” ujar Suardi Harahap, seorang pemilik stan. (mag-9)

Jual Togel Demi Keluarga

Krisis ekonomi yang melanda keluarga Helena Br Silalahi (47), warga Jalan Pantai Timur Pasar II, Cinta Damai, Medan Helvetia, memaksanya menjadi juru trulis togel di sebuahn warung kopi di Jalan Emprit, Medan Sunggal. Namun sayang, usahanya ini tak berjalan lancar. Baru beberapa bulan menggeluti usaha haram ini, ibu rumah tangga ini diringkus polisi di warung kopi tepat dia biasa mangkal.

Menurut polisi, penangkapan Helena karena masyarakat sekitar warkop tersebut resah dengan maraknya peredaran judi togel di wilayah mereka. Karenanya, warga melaporkannya ke polisi. Nah, menindaklanjuti laporan ini, Unit Judi Sila Polresta Medan melakukan pengintaian. Ternyata, laporan itu benar.

Tanpa buang-buang waktu, polisi langsung meringkus Helena yang sedang asyik menulis togel pesanan pelanggannya. Polisi menyita barang bukti berupa satu unit Handphone berisi nomor pesanan togel, tujuh lembar kertas rekap togel dan satu pulpen.
“Saya menjual togel untuk menambah pendapatan keluarga. Saya dapat komisi 20 persen dari omset penjualan togel ini,” ungkap Helena.

Kanit Judi Sila Polresta Medan AKP Hartono membenarkan penangkapan ini. “Tersangka kini mendekam di tahanan Polresta Medan dan dijerat Pasal 303 KUHPidana tentang perjudian dengan ancaman hukuman maksimal 5 tahun penjara,” ungkap Hartono.(mag-7)