25 C
Medan
Saturday, December 20, 2025
Home Blog Page 14787

Dilirik Persija

MEDAN- Sejumlah mantan pemain PSMS musim lalu mulai mencari-cari potensi hengkang ke klub lain. Meski masih menanti format kompetisi yang baru di bawah kendali pengurus PSSI yang baru pula, geliat bursa transfer klub Indonesia tetap layak diikuti.

Sebelumnya nama seperti Rahmat, bek kanan PSMS musim lalu kabarnya semakin dekat merapat ke klub promosi ISL, Persiraja. Meski tidak ada kepastian hingga kini karena kabarnya pula Persiraja tengah dilanda krisis keuangan, namun Rahmat nyatanya sudah berada di Banda Aceh.

Selain Rahmat, gelandang yang masuk pada putaran kedua lalu, Donny Fernando Siregar juga dikabarkan dekat dengan beberapa klub yang akan meminangnya. Begitu musim berakhir lalu, Persisam Samarinda kabarnya sudah lebih dulu mendekati Donny untuk bergabung. Namun Donny belum beri jawaban pasti. Di samping itu, kabar terbaru Donny kabarnya kembali didekati tim berkostum orange lainnya, yakni Persija Jakarta. Klub asal Ibu Kota itu masih penasaran sebab tak kunjung juara ISL. Maka itu, musim ini klub berjuluk Macan Kemayoran itu akan bertindak atraktif di bursa transfer. Salah satunya dengan mendekati Donny.

Donny yang tampil cukup baik musim lalu memang terbilang pemain yang paling laris manis. Pengalaman dua setengah musim main di ISL menjadikan nilai Donny meningkat. Sebelum gabung PSMS musim lalu, Donny yang anak asli Balige bermain untuk Persijap Jepara dan Persiba Balik Papan. “Ah cuma isu itu bang. Yang pasti memang ada beberapa klub yang ditawari sama agen,” kata Donny ketika dihubungi kemarin.

Memang beberapa agen sudah menawarinya untuk bergabung ke klub ISL. Mulai Semen Padang, Mitra Kukar hingga kemungkinan kembali ke mantan klub Persijap Jepara.

“Saya masih dingin aja menanggapinya. Karena toh kompetisi belum jelas. Nanti kalau sudah jelas baru bisa ambil keputusan,” tambahnya.

Di samping itu, Donny juga mengaku masih ingin bertahan di PSMS. Tapi dengan syarat yang hampir sama dengan para pemain lain, yakni pengurus PSMS direvolusi. “Kalau ditanya, saya lebih senang main di PSMS. Kita lihat saja nanti,” pungkasnya. (ful)

Bangun Lapangan Futsal di Balige

Donny Fernando Siregar

Donny Fernando Siregar berencana membangun lapangan futsal di kampung halamannya di Balige. Dana pembangunannya diambil dari sisa gaji di PSMS yang diperjuangkannya bersama rekan-rekannya.  “Ya syukurlah sudah keluar gajinya. Dan itu saya sumbangkan untuk pembangunan lapangan futsal di kampung saya di Balige,” kata Donny.
Meski belum diberi nama, lapangan futsal itu kabarnya segera dimulai pembangunannya bulan ini. “Kontraktornya saat ini masih memikirkan konsepnya, jadi belum sempat diberi nama. Dalam satu bulan ini udah masuk tahap pembangunan. Mudah-mudahan bermanfaat bagi warga sekitar,” harapnya.

Di samping itu, Donny juga tak lupa ucapkan terimakasih kepada awak media yang telah membantu pemain PSMS menuntut haknya. Selama ini pemberitaan media massa di Kota Medan diyakini telah membantu pencairan dana gaji PSMS. KONI Medan juga sangat berperan untuk melunasi gaji pemain.

“Terimakasih kepada kawan-kawan media yang telah membantu pencairan gaji kami. Saya janji akan traktir kawan-kawan wartawan makan malam sebagai tanda persahabatan,” pungkasnya. (ful)

Trotoar Dibanderol Rp300 Ribu

Oknum Lurah Diduga Pungli PKL Sukaramai

MEDAN- Penertiban pedagang kaki lima di kawasan Pasar Sukaramai Selasa (2/8) kemarin, berbuntut panjang. Pasalnya, para pedagang yang tidak senang lapaknya digusur, mengungkapkan kalau mereka telah menyewa lapak di atas trotoar tesebut kepada Lurah Tegal Sari I, Medan Area. Tak tanggung, satu lapak dibanderol Rp250 ribu hingga Rp300 ribu per bulan.

“Lurah Tegal Sari I dengan sengaja dan terang-terangan telah menyewakan trotoar di depan Pasar Sukaramai kepada para PKL. Harganya pun beragam, mulai Rp250 ribu hingga Rp300 ribu per bulan,” ujar seorang pedagang yang meminta namanya tidak disebutkan, Rabu (3/8) siang.

Dikatakannya, para PKL yang berjualan di atas trotoar Jalan AR Hakim itu sifatnya hanya sementara, sembari menunggu Pasar Sukaramai dibangun kembali.

“Setiap bulan para pedagang selalu mengutip uang sewa. Lurah itu langsung yang kutip, dan harganya sewa lapaknya Lurah itu juga yang mematokkannya,” ucap pedagang sayur tadi.

Lurah Tegal Sari I Batara Harahap saat dikonfirmasi Rabu (3/8) sore, ponselnya tidak aktif. Namun saat kembali dihubungi sekira pukul 19.00 WIB tadi malam, ponselnya telah aktif, namun tak bersedia mengangkat. Bahkan, saat dikirimkan pesan singkat (SMS), dia juga enggan menjawab.

Sementara, Sekretaris Kota Medan Syaiful Bahri saat dikonfirmasi mengatakan, kalau tindakan Lurah tersebut tak ada diatur dalam perda. Bahkan menurut Syaiful, Peraturan Wali Kota yang melarang PKL berjualan di atas trotoar sudah diubah. “Peraturan Wali Kota yang melarang orang berjualan di trotoar sudah diudah kemarin. Di mana, dalam peraturan tersebut dibenarkan berjualan di atas trotoar di daerah tertentu dan waktu tertentu saja,” kata Syaiful.

Syaiful juga mengungkapkan, dalam menyikapi laporan para PKL tersebut, Pemko Medan telah menurunkan tim untuk mengusut masalah itu. Namun tidak ditemukan indikasi adanya pungutan yang dilakukan oknum lurah tersebut. “Nggak ada itu. Sudah kita suruh cek Camat serta Kabag untuk ke lapangan,” katanya.

Camat Medan Area Aidal Fitra yang dikonfirmasi juga membantah adanya pungli yang dilakukan Lurah Tegal Sari I. Aidal meminta kepada para pedagang untuk membuktikan tudingan tersebut. “Nggak ada itu, kalau ada buktikan lah. Kalau ada, kita akan tindak. Itu kan pungli, laporkan ke polisi, biar tahu siapa yang mengutip,” tegasnya.(adl)

Puasa Harus Penuh

Raudhatul Akmal Zain

Gadis Melayu ini bertekad agar puasa tahun ini dapat dijalani dengan penuh, tanpa ada bolong-bolong lagi. Karena beberapa tahun belakangan ini, puasa yang dilaksanakan Raudhatul Akmal Zain tidak pernah penuh, termasuk tadarus
dan tarawih.

“Puasa  tahun ini dijalani lebih semangat, karena sudah semakin gede, sudah tamat SMA,” ujar cewek kelahiran Medan, 30 Desember 1993 ini. Raudah yang akan memasuki gerbang
kuliah ini merasa semakin memahami makna Bulan Ramadan, bukan hanya puasa, tapi juga berbagai kegiatan yang dapat menebus dosa.

“Dosa paling banyak dihapuskan pada bulan ini, karena itu saya bertekad puasa tahun ini harus full,” ujarnya lagi.
Model yang masuk dalam Manajemen Kensington Creative ini merasa tambah usia, harus dapat menambah amal ibadahnya. Karenanya, setiap Ramadan tiba, gadis ini selalu memanjatkan doa agar tetap diberikan kesehatan. Karena dengan kegiatannya sebagai model yang menuntut agar dapat tampil prima dalam setiap kesempatan, “Aku selalu meminta kesehatan, karena ini hal yang paling penting, selain itu aku juga meminta agar dapat diberikan kemudahan rezeki dan gampang jodoh,” ujar cewek yang lagi dekat dengan salah satu teman SMA ini.

Karena mengharapkan kesehatan, setiap berbuka, gadis yang akan kuliah di jurusan Perbankan Syariah ini selalu mengkonsumsi buah-buahan segar, selain itu raudah juga mengkonsumsi air putih agar dapat segar. “Dengan buah-buahan dan air putih dapat menjaga kesegaran kulit,” tutupnya. (mag-9)

Nasi Ayam Terasi Digemari

Ramadhan Fair

MEDAN- Ramadhan fair sebagai lokasi wisata kuliner yang diselenggarakan Pemko Medan selalu menyediakan makanan yang unik dan menarik. Bukan hanya enak di lidah, tapi dapat juga membuat ketagihan sehingga selalu ingin kembali untuk menikmatinya.

Salah satu kuliner yang menarik yang dapat dinikmati di Ramadhan Fair yaitu Pisang Cokelat (Piscok) dan Nasi Ayam Terasi yang dijual di outlet nomor 09. Di outlet yang dikelola beberapa anak muda ini sangat mudah dijumpai, karena terletak dibagian depan Ramadhan Fair. Selain itu, pilihan makanan yang disajikan juga sesuai dengan lidah masyarakat Kota Medan.

“Kita memilih makanan nasi ayam terasi sebagai makanan khas masyarakat Mandailing. Terasi yang disajikan pada makanan ini sangat khas kampung, dan makanan ini dipadu padankan dengan sayur rebusan atau urap, jadi penambah semina dan selera,” ujar pengelola oulet 09, Suardi Harahap.

Pada nasi ayam terasi juga diberikan lauk ayam goreng dan sambal ikan teri kacang, yang membuat makanan ini semakin meriah. “Banyak variant yang kita berikan pada makanan ini, dan semuanya seperti masakan rumah,” ujar Suardi. Selain nasi ayam terasi, di outlet 09 ini juga disediakan Piscok alias pisang cokelat dengan berbagai rasa, mulai dari keju, srikaya, cokelat dan lainnya. Selain itu, ada sebagian pisang yang isinya ayam, abon dan lainnya.

Outlet ini juga menjual berbagai minuman, baik panas dan hangat seperti jus buah dan susu. “Gulanya asli, bukan manisan dan lainnya,” ujar Suardi. Untuk harga yang ditawarkan pada outlet ini juga standar dari harga yang diberikan oleh panitia penyelanggara Ramadhan Fair. “Kita tidak buat mahal, karena harga sudah ditentukan panitia, jadi harga kita standart saja,” tutupnya.(mag-9)

Perluasan Kota Medan Bukan karena Gengsi

Upaya Pemerintah Kota (Pemko) Medan untuk melakukan perluasan wilayah, menurut berbagai pihak cukup relevan dan harus didukung. Adanya rencana itu, juga bukan hanya gengsi untuk memperlebar daerah kekuasaan, tapi murnin
karena tuntutan masyarakat dan tuntutan kebutuhan Kota Medan.

Berikut petikan wawancara wartawan Harian Sumut Pos Ari Sisworo dengan Anggota DPRD Sumut dari Daerah Pemilihan (Dapil) Medan Muhammad Nasir.

Menurut Anda, apa sebenarnya faktor utama perluasan wilayah Kota Medan?
Persoalan ini bisa dilihat dari berbagai faktor. Diantaranya adalah menyangkut mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang mulai menyempit. Artinya, dengan adanya perluasan ini, akan semakin membuat wilayah Kota Medan menjadi lebih nyaman. Dan harus digarisbawahi ini bukan karena gengsi semata.

Selain itu, faktor apa lagi?
Faktor lainnya tentu tidak terlepas dari tuntutan masyarakat dan tuntutan kebutuhan masyarakat tersirat dari kenyataan yang ada, yakni banyaknya warga Deli Serdang yang secara lugas menunjukkan keinginan untuk menjadi warga Medan serta banyaknya warga Deli Serdang yang bermatapencaharian di Medan. Kondisi ini membuat Medan semakin sumpek.

Apa sikap yang harus diambil kepala daerah, khususnya Bupati Deli Serdang Amri Tambunan dalam hal ini?
Kondisi ini harusnya menjadi perhatian serius bagi kepala daerah Deli Serdang, Amri Tambunan untuk tidak egois dengan tidak bersedia menyetujui rencana itu. Dalam hal ini, sudah selayaknya Bupati Deli Serdang tidak arogan untuk tidak menyetujui hal itu, karena ini bukan karena gengsi luasnya wilayah tapi terutama karena kebutuhan yang memang sangat dibutuhkan.

Wilayah Deli Serdang yang mana, menurut Anda memiliki keinginan kuat untuk bergabung dengan Medan?
Dalam upaya perluasan Kota Medan tersebut, daerah yang paling berpotensi masuk menjadi kawasan Medan adalah Hamparan Perak dan kawasan Percut Sei Tuan terutama Medan Tembung dan Medan Denai. Maka dari itu, kembali ditegaskan kepala daerah Deli Serdang untuk bisa mengapresiasi itu dan membuang egositik untuk tidak menyetujui rencana itu.(ari)

Minta Damai di Depan Hakim

Karena sudah terpojok dan tak bisa berkilah lagi, terdakwa kasus pemukulan Bambang Manurung dan Bob Albert Manurung meminta berdamai dengan korbannya di depan majelis hakim. Namun sayang permintaan damai itu, ditanggapi dingin oleh kedua korban yakni Ganda Manurung dan adiknya Gandi Manurung.

“Kami ini sudah menjadi korban media, untuk itu saya mengusulkan untuk berdamai dengan korban,” ujar Bob Albert Manurung dalam sidang lanjutan kasus pemukulan Ganda Manurung dan Gandi Manurung, yang dipimpinan Majelis Hakim Sherly SH dan Jaksa Penuntut Umum Anthonius dan Teddy SH di Pengadilan Negeri Medan, Rabu (4/8).
Padahal sebelumnya, saat kasus pemukulan di Hotel Menara Lexus tersebut terjadi, dengan lantang terdakwa Bob Manurung mengku tidak takut dengan polisi. “Kalian panggil polisi, nggak takut aku. Kau panggil Bapak mu, kau main dengan ku,” ucap Ganda Manurung menirukan ucapan Bob Manurung kala itu di depan majelis hakim.

Namun, setelah menjalani proses hukum, nyali Bob pun kendur dan memohon agar bisa berdamai dengan kedua korbannya.

Menurut Ganda Manurung, peristiwa ini terjadi pada 12 Januari 2011 lalu. “Saya ketika itu tidur di kamar hotel (Menara Lexus). Tiba-tiba ada yang mendobrak pintu kamar. Saat saya buka, ternyata terdakwa Bambang Manurung,” jelas Ganda Manurung.

Selanjutnya, kata Ganda Manurung, terdakwa langsung membawanya ke depan dan dengan suara keras menanyakan keberadaan orangtua Ganda. “Mereka memaksa menanyakan orangtua saya. Mendengar ribut-ribut, adik saya (Gandi Manurung, Red) keluar dari kamar hotel, lantas kedua terdakwa dengan tergesa-gesa mendatangi adik saya dan langsung memukulnya,” terang Ganda.

Bahkan kata Ganda, terdakwa juga mengancam akan membunuh abang beradik itu. “Peristiwa ini bermula dari bahasa mereka, yang terlihat tidak senang dan keberatan kalau kami menjenguk opung kami,” mengakhiri kesaksiannya.(rud)

Kecamatan Kejar Target

Realisasikan Program e-KTP di Kota Medan

MEDAN- Agar program KTP elektronik (e-KTP) dapat terealisasi pada 18 Agustus mendatang, aparatur pemerintahan di 21 kecamatan di Kota Medan harus bekerja ekstra keras. Pasalnya, cukup banyak yang harus mereka kerjakan, seperti menyebar surat undangan kepada warga sesuai Kartu Keluarga.

“Pelaksanaan launching e-KTP bakal membutuhkan kerja keras, khususnya dalam membagikan undangan kepada warga di setiap kelurahan. Dengan begitu, kami akan mmelakukan pengaturan jam kerja yang akan dibagi menjadi empat shif atau lima shif,” ujar Parlaungan kepada wartawan Sumut Pos, Rabu (3/8).

Dikatakanya, bila salah dalam pengaturan jadwal, maka pelaksanaan e-KTP akan kacau balau, karena pelaksanaanya sudah tidak sesuai dengan prosedur. Dimana, dalam program e-KTP harus selesai dalam 100 hari. “Memang jaringan sudah dipasang dan akan mengikuti pelatihan untuk persiapan yang matang. Jadi, bila dari awal pelaksanaan sudah tidak beres, kedepannya pelaksanaan bisa hancur kalau tidak hati-hati,” ucapnya.

Sesuai dengan aturan, lanjut Pulungan, untuk pemohon e-KTP yang terlambat datang, pembuatan KTP eletroniknya harus menyusul di belakang mencari waktu senggang. “Sedangkan untuk pemohon yang dalam keadaan cacat, sampai saat ini belum ada arahan. Karena alat-alatnya belum tentu bisa dibawa,” katanya.

Hal senada dikatakan Camat Medan Amplas, Edliati yang menuturkan kalau kecamatannya sudah melakukan persiapan dengan pemasangan perangkat ringan untuk menunjang jaringan di kecamatan. “Untuk kendala tidak ada, kita sedang melakukan persiapan dengan pemasangan perangkat ringannya untuk jaringan KTP Eletronik. Persiapan kita sudah matang dan rencananya besok, Kamis (4/8) akan mengirim enam orang pegawai kecamatan untuk mengikuti pelatihan,” cetusnya.

Kadisdukcapil Medan, Darusalam Pohan menambahkan, persiapan yang dilakukan sudah begitu matang di 21 Kecamatan Kota Medan dengan memasang jaringan. “Untuk persiapan sudah matang dengan memasang perangkat jaringan di 21 kecamatan, karena sesuai dengan surat keputusan dari pusat pelaksanaan e-KTP harus selesai dalam 100 hari,” ungkapnya.

Dimana, lanjut Darusalam, dipertengahan Desember pelaksanaan wajib e-KTP harus selesai di Kota Medan. “Pertengahan Desember wajib e-KTP selesai untuk 2.100.000 penduduk Kota Medan dengan rincian dari KK sebanyak 650 ribu. Dengan begitu, setiap harinya, satu perangkat bisa mencetak 120 orang sesuai dengan kemampuan kita,” katanya lagi.

Tidak lupa Darusalam mengingatkan, kalau pada 5 September alat akan di drop lagi dari pusat untuk melancarkan pelaksanaan e-KTP. “Tanggal 5 Sepetember alat akan didrop lagi dari pusat. Sementara pada 15 Agustus nantinya alat yang didrop dari pusat hanya 2 set di setiap kecamatan,” katanya.(adl)

Tujuh Juta Batang Petasan Disita

MEDAN- Unit Judisila Polresta Medan menyita tujuh juta batang petasan jenis korek api dengan merk Cap Ayam Jago dan Cap Singa, serta mengamankan dua tersangka yang diduga sebagai pemilik dan kurir petasan. Adapun tersangka yang ditangkap yakni Oktavianus Kanu (30), warga Jalan Sederhana, Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal dan kurir Apoi (40), warga Jalan Balai Desa Gang Pertama No 17 Medan Polonia. Keduanya ditangkap petugas kepolisian di pinggir Jalan Zainal Arifin Medan saat akan melakukan transaksi petasan, Selasa (2/8) pukul 17.00 WIB.

Kanit Judisila Polresta Medan AKP Hartono mengatakan, penangkapan penjual petasan ini berdasarkan informasi masyarakat yang resah dengan suara petasan. “Ini merupakan operasi cipta kondisi yang dilakukan kepolisian hingga menjelang lebaran, dan informasi penangkapan petasan ini berdasarkan informasi masyarakat yang sudah resah dengan suara petasan di bulan puasa” jelas Hartono, Rabu (3/8).

Bermodal informasi masyarakat, petugas bergerak melakukan penyelidikan dan melihat tersangka Oktavianus sedang menjual petasan di pinggir Jalan Zainal Arifin, Medan. Tanpa ragu, polisi langsung mengamankan tersangka dan menyita sedikitnya tujuh kotak petasan.

Setelah dilakukan pengembangan, tak lama berselangan polisi kembali menangkap tersangka kurir petasan bernama Apoi. “Kedua tersangka akan dijerat dengan undang-undang mengenai ketertiban dan kenyaman,” ujar Hartono.
Sementara itu, tersangka Apoi kepada wartawan mengatakan dirinya hanya seorang kurir dan mendapatkan petasan dari seseorang berinisial S warga Pasar Merah.

Sedangkan Kanu, mengaku terpaksa menjual petasan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. “Untuk mencukupi kebutuhan makan anak istri, kalau bisa jangan penjualnya saja ditangkap, pabriknya jugalah,” kata Kanu.(mag-7)

Pengusaha Panglong Diperlakukan Seperti Teroris

Diduga Terkait Utang Piutang

MEDAN- Tindakan tidak terpuji kembali dilakukan oknum aparat polisi. Korbannya Halib (50), pengusaha material Panglong Sinar Harapan di Jalan Binjai Km 15,5 No 2 B Desa Sei Semayang, Diski, Deli Serdang. Sedangkan tiga personel polisi yang melakukan tindakan tak terpuji itu dari Polsek Sunggal, masing-masing Aiptu GM, Brigadir PP dan Brigadir MS.

Berdasarkan penuturan Rosi (40), istri Halib yang ditemui Sumut Pos di Ruang ICU RS Brimob Jalan Wahid Hasyim Medan, Rabu (3/8), tiga orang personel polisi Polsek Sunggal tersebut melakukan penjemputan paksa terhadap suaminya yang memiliki utang kepada beberapa pihak. Namun, tindakan penjemputan paksa tersebut sangat tidak manusiawi dan Halib diperlakukan seperti teroris atau penjahat besar.

“Ini kan masalah perdata, tapi kok jadinya pidana. Lagian, suami saya telah mencicil utangnya. Kenapa suami saya diperlakukan seperti itu? Kenapa seperti teroris atau maling saja? Tangan suami saya ditarik-tarik sampai ada bekas memar. Padahal, suami saya sudah minta tolong untuk menjelaskan masalah itu, tapi polisi-polisi itu terus memperlakukan seperti itu. Tidak mungkin suami saya sampai di rawat di ICU. Polisi kan tidak boleh seperti itu. Memang tidak ada dipukul, tapi suami saya ditarik-tarik kayak teroris,” beber Rosi yang didampingi putra-putrinya, Lia dan Leo.

Terkait kasus ini, Rosi juga telah melaporkan tindakan tak terpuji tiga personel Polsek Sunggal itu ke Propam Poldasu. Namun, laporan itu belum juga ditanggapi Propam Poldasu.(ari)