28 C
Medan
Saturday, December 20, 2025
Home Blog Page 14790

Sekdaprov Tunggu Sidang TPA Sekali Lagi

JAKARTA-Nama Sekretaris Daerah Provinsi Sumut (Sekdaprovsu) akan ditetapkan tidak lama lagi. Mendagri Gamawan Fauzi mengatakan, calon nama sekdaprov sudah pernah dibahas di Tim Penilai Akhir (TPA).  Tim yang diketuai Wapres Boediono ini masih memerlukan sidang sekali lagi untuk menetapkan nama sekdaprovsu definitif.
“Sebentar lagi keluar. Tinggal sekali lagi sidang TPA,” ujar Gamawan Fauzi menjawab pertanyaan koran ini di kantornya, Selasa (2/8).

Apa benar calon Sekdaprov yang dibahas merupakan calon usulan Plt Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho? Gamawan tidak mau menjawab. “Ya, lihatlah nanti, tergantung TPA,” ujarnya.
Seperti diberitakan, Direktur Jenderal (Dirjen Otda) Kemendagri Djohermansyah Djohan kepada Sumut Pos di gedung Kemendagri, Senin (25/7), mengatakan, Tim Penilai Akhir (TPA) akhirnya memilih memproses tiga nama yang diusulkan Gatot Diantara tiga nama yang diusulkan, dikabarkan posisi Sekda mengarah kepada Kepala Inspektorat Pemprov Sumut Nurdin Lubis. Sementara, tiga nama yang lebih dulu diajukan Syamsul Arifin saat masih aktif sebagai gubernur meski sudah berada di tahanan rutan Salemba, dianggap sudah gugur. Ketiga nama yang diusulkan Syamsul yakni Kadis Pendapatan Daerah Pemprovsu Syafaruddin, Kadis Pendidikan Pemprovsu Saeful Safri, dan Penjabat Bupati Madina, Aspan Sofyan Batubara.

“Ya (yang diproses, Red) yang pengajuan terakhir lah. Yang oleh Penjabat gubernur, oleh Pak Gatot,” ujar Djohermansyah Djohan saat itu. Djohermansyah mengatakan, saat ini proses administrasi masih berada di Kantor Sekretariat Negara (Setneg). “Sekda Sumut masih di setneg,” ujar Guru Besar Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) itu.

Ditanya bagaimana nasib tiga calon yang diusulkan Syamsul, mantan staf khusus Bidang Politik Kantor Wapres itu mengatakan, jika yang diproses pengajuan terakhir, otomatis yang usulan pertama, yakni yang diusulkan Syamsul, dianggap batal. “Yang pertama ya sudah gugur. Yang diproses pengajuan terakhir itu,” tegasnya. (sam)

Jadi Saksi, Ali Umri Dijemput Paksa Polisi

MEDAN-Mantan Wali Kota Binjai, Ali Umri dijemput paksa petugas Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Sumut, Selasa (2/8) sore sekira pukul 17.30 WIB.
Penjemputan paksa terhadap mantan calon Gubernur Sumatera (Gubsu) tersebut, dilakukan di kediaman pribadi Ali Umri di Jalan Karya 2 Medan. Dalam penjemputan paksa tersebut yang bersangkutan tidak melakukan perlawanan.

”Benar, adanya penjemputan berdasarkan surat perintah membawa ke kantor sini (Ditreskrmsus Polda Sumut, Red), untuk selanjutnya diadakan pemeriksaan,” ungkap Dir Reskrimsus Polda Sumut Kombes Pol Sadono Budi Nugroho di Mapoldasu, tadi malam.

Dijelaskannya, penjemputan dilakukan setelah pria yang juga tercatat sebagai Ketua Umum (Ketum) Nasional Demokrat (Nasdem) Sumut itu dua kali tidak memenuhi panggilan terkait kasus dugaan korupsi KONI Binjai. “Yang bersangkutan masih sebagai saksi,” ungkap Kombes Pol Sadono Budi Nugroho.

Kasubbid Tipikor Polda Sumut, AKBP Verdy Kalele yang ditemui Sumut Pos di halaman Dit Reskrimsus Polda Sumut enggan menjawabn
kemungkinan status Ali Umri meningkat menjadi tersangka. “Untuk itu Tanya ke Pak Dir saja, karena masih dalam pemeriksaan,” jawabnya singkat.

Diketahui, hal ini berkaitan dengan dugaan korupsi Koni Binjai terjadi tahun 2007 terkait pengadaan alat-alat olah raga dan operasional Koni Binjai. Modusnya, dalam pengadaan alat-alat kantor dan olah raga yang bersumber dari APBD Pemko Binjai TA 2007 sebesar Rp1.775.000.000, terjadi penggelembungan harga.(ari)

Nyaman Dengan Jilbab

Astrid Sartiawati

Ada yang berbeda dari penampilan penyanyi Astrid. Kemarin (2/8) perempuan 29 tahun tersebut mengenakan busana muslim lengkap dengan jilbab.

Itu dilakukan sebagai bagian dari usaha mempromosikan single religinya yang berjudul Semua karena Allah. “Iya, ini lagi promo album kompilasi religi sama band Hijau Daun. Jadi, pakai jilbab dan memang nggak boleh terbuka,” urai Astrid Ketika ditanya apakah Astrid terpikir untuk tetap berjilbab setelah promo single, dara kelahiran 27 Januari itu menyatakan belum siap. Dia menuturkan, masih banyak hal dalam dirinya yang harus diperbaiki sebelum memutuskan berjilbab.

“Dalemnya saya belum seadem yang di luar. Saya pengin hatinya dulu baru rambutnya ditutup. Karena itu komitmen sama Tuhan, jadi nggak hanya penampilan. Hatinya juga,” jelasnya.
Meski begitu, pemilik nama lengkap Astrid Sartiasari itu merasa nyaman mengenakan jilbab. Keluarganya mendukung jika akhirnya dia memutuskan menutup rambutnya. “Keluarga pasti senang dan support,” tambahnya.

Komentar kekasih? Astrid menuturkan, Arlan Djoewarsa membebaskan dirinya dalam hal berpakaian. Selama dia merasa nyaman, sang kekasih tidak keberatan.
“Pacar selalu support dan senang saya pakai baju muslim. Tapi, soal berjilbab, itu mah terserah saya. Biasanya, saya juga nggak kebuka banget. Dan, lagi kalau kebuka, bukan berarti dalamnya nggak beragama,” kata dia. (ken/c6/ayi/jpnn)

Tak Diberi Uang, Anak Bunuh Ibu

MEDAN-Hanya gara-gara tidak diberi uang, seorang anak membunuh ibu kandung dengan menggunakan alu (alat tumbukan daun ubi) di dapur rumahnya, di Jalan Pasar IX Gang Buntu Desa Bandar Khalipah, Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli Serdang. Peristiwa memilukan ini terjadi Selasa (2/8) pagi, sekitar pukul 09.00 WIB.

Berdasarkan keterangan Rosmiana (60), korban pada saat itu sedang memasak di dapur. Tidak lama kemudian, pelaku Hotdin Sipayung (28) menghampirinya dengan meminta sejumlah uang kepada korban.

Entah alasan apa, korban tidak mau memenuhi permintaan anak keempat dari enam bersaudara untuk meminta sejumlah uang. Mendengar hal itu, pelaku naik pitam, emosi dan memaki ibunya. Pertengkaran pun tak terhindarkan. Karena sudah gelap mata, pelaku mengayunkan alu ke kepala korban.

Akibat pukulan itu, korban jatuh tak berdaya di lantai dapur dengan kepala mengeluarkan darah. Selanjutnya pelaku yang melihat ibu kandungnya tak berdaya bersimbah darah, langsung melarikan diri. Tak lama berselang, Risma (18) anak bungsu korban, berteriak histeris dan meminta tolong kepada warga sekitar.

Warga sekitar yang mendengar teriakan itu langsung mengerumuni rumah korban dan melaporkan kejadian ini ke Polsek Percut Sei Tuan. Suci (34) tetangga korban menceritakan peristiwa itu terjadi, ia pertama kali mengetahui kejadian ini pada saat mendengar teriakan anak bungsu korban, Risma “Saat itu saya lagi mencuci, tiba-tiba mendengar suara anaknya yang perempuan berteriak meminta tolong” ujarnya.

Dijelaskan, saat ditanyai penyebab tewasnya ibunya, kepada Suci, anak korban menjelaskan kejadian memilukan ini ditengarai oleh ulah Hotdin, yang yang tak lain adalah anak kandungnya. “Udah ada stresnya pelaku itu, kesehariannya pengangguran, maka tak heran kalau ia berbuat seperti itu” ujarnya.

Hal ini membuat perhatian ratusan warga sekitar. Terlihat keluarga korban dan putrinya menangis histeris akibat kejadian ini. Untuk kepentingan visum, jasad korban dibawa ke Rumah Sakit dr. Pirngadi Medan sekitar pukul 11.30 WIB.

Sementara, jajaran Polsek Percut Sei Tuan sudah mengamankan pelaku Hotdin Sipayung dari tempat persembunyiannya di Jalan Pasar VII Bandar Kalipah, Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang, Selasa (2/8) Petang sekitar Pukul 19.00 WIB.  “Iya, pelaku sudah kita amankan, lagi dalam penyelidikan. Saksi-saki masih dimintai keterangan sampai tetangga korban akan kita mintai keterangannya.” Ujar Kapolsek Percut Sei Tuan, Kompol Maringan Simanjuntak.

Rinda, tetangga korban yang pertama kali mengetahui peristiwa itu setelah mendengar terlebih dahulu adanya keributan dari dalam kediaman rumah keluarga Sipayung. “Awalnya kami takutlah soal Hoddin masih memengan kayu. Kemudian kabur dari pintu belakang rumah,” kata Rinda.

Setelah Hoddin yang merupakan anak keempat dari lima bersudara melarikan diri, baru warga berani masuk ke dalam rumah untuk menyelamatkan Rosmiana Br Sidahuruk yang terkapar di dapur (depan pintu kamar mandi) dengan kondisi berlumur darah.

Warga lainnya Erni, yang juga tetangga korban, mengkisahkan bahwa Hoddin kerap membuat kegaduhan di rumahnya. Terutama bila orang tuanya tidak memberikan uang untuk membeli rokok.
“Pelaku sering seperti itu, ibunya jualan di depan rumah. Sedangkan bapaknya supir, jadi ibunya ajalah yang dijadikannya sasaran kalau gilanya kambuh (ngamuk). Tetapi bila ditanyakan ada apa, nangboru itu cuma bilang biasalah. Nggak ada apa-apa,” bilang Erni dengan dialek bataknya yang khas.(mag-7/jon/btr)

Perampok Bank CIMB Divonis 44 Tahun Penjara

MEDAN-PN Medan memvonis 44 tahun penjara terdakwa pelaku perampokan Bank CIMB dan penyerangan Mapolsek Hamparan Perak, Selasa (2/8). Mereka disidang terpisah dan divonis lebih ringan dari tuntutan jaksa penuntut umum (JPU).

Terdakwa Marwan alias Wak Genk divonis 12 tahun (sebelum tuntutan 15 tahun). Kemudian M Khoir alias Butong divonis 9 tahun (tuntutan 9 tahun).
Sedangkan Jumirin yang dituduh menyembunyikan teroris divonis 7 tahun penjara (sebelumnya dituntut 10 tahun). Mereka tidak mengajukan banding.

Di ruangan terpisah keempat terdakwa yakni Nibras, Khairul Ghazali, Pamriyanto dan Pautan membacakan pledoi. Dalam pembacaan vonisnya, Ketua Majelis Hakim M Noor SH menyatakan terdakwa Jumirin terbukti membantu menyembunyikan pelaku perampokan bank Cimb Niaga Medan. Atas dasar tersebut majelis hakim memvonis Jumiran 7 tahun.

Lalu Muhammad Choir alias Butong, terdakwa penyerangan Mapolsek Hamparan Perak, divonis 9 tahun penjara karena terbukti melakukan penyerangan dan terbukti melakukan perbuatan tindak pidana terorisme.

Sidang yang dipimpin Ketua Majelis Hakim Lebanus Sinurat SH dalam pembacaan vonisnya menerangkan, perbuatan yang dilakukan terdakwa bersama teman-temannya.(rud)

Rumah Nazaruddin Digeledah KPK

Komputer dan Satpam Dibawa

JAKARTA- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tampaknya mulai kesal dengan “nyanyian” M Nazaruddin yang tidak disertai bukti. Apalagi, ocehan tersangka kasus wisma atlet sea games 2011 itu juga menyinggung internal KPK. Tidak mau polemik terus berlanjut, kemarin (2/8) KPK menggeledah rumah mantan bendahara umum Partai Demokrat itu.

Rumah yang dituju oleh empat mobil KPK itu adalah rumah mewah di Jalan Pejaten Barat nomor 7 Jakarta Selatan. Penyidik KPK yang terdiri sekitar 12 orang itu sampai di rumah Nazaruddin pukul 11.00. Mereka ditemani Brimob dari Datasemen Gegana Mabes Polri Bripka Ifoel dan seorang anggota pertahanan sipil (hansip) setempat M Ali.

Begitu sampai, Bripka Ifoel meminta satpam rumah membuka pagar hunian yang dominan berwarna putih itu. Setelah semua masuk, dia langsung menutup pintu dan memasang gembok kembali. Tidak satupun awak media yang diizinkan masuk. “Ini tertutup,” ujar Ifoel singkat.

Setelah itu, keempat mobil tersebut diparkir di halaman rumah. Tiga mobil kelas multi purpose vehicle (MPV) tersebut diletakkan tepat di depan pintu masuk. Sementara satu mobil dengan plat nomor B 1901 UFR diletakkan di samping halaman yang juga jadi lapangan basket mini.

Kurang lebih sekitar 3 jam 30 menit penyidik melakukan penggeledahan. Pantauan Jawa Pos (grup Sumut Pos), penyidik membopong sebuah kardus berwarna cokelat. Kardus tersebut lantas dimasukkan ke dalam mobil bernopol B 1145 SKA. Sekitar pukul 14.40 seluruh rombongan mulai meninggalkan rumah tersebut.

Kali pertama yang keluar adalah M Ali. Dia mengaku dilibatkan dalam penggeledahan itu sebagai saksi. Selama pemeriksaan, dia menjelaskan jika instansi pimpinan Busyro Muqaddas itu menyisir semua isi ruangan rumah yang memiliki luas sekitar 35 x 50 meter itu. “Semuanya mereka periksa,” ujarnya.  Sekitar lima menit kemudian, seluruh rombongan KPK baru meninggalkan rumah.

Juru Bicara KPK Johan Budi mengatakan penggeledahan tersebut untuk melengkapi keperluan penyidikan. Tetapi, Johan enggan menerangkan lebih rinci apakah penggeledahan tersebut untuk keperluan kasus wisma atlet yang sudah menyeret Nazaruddin sebagai tersangka atau untuk keperluan mencari rekaman pertemuan antara Wakil Ketua KPK Chandra M Hamzah dan Nazaruddin. Dia juga menambahkan oknum satpam rumah juga dibawa untuk diperiksa di gedung KPK Jakarta.(dim/kuh/jpnn)

Penyelundupan Gula Asal India

Dua Pegawai Bea Cukai Belum Ditahan

MEDAN- Dua pegawai Bea Cukai Belawan, yang telah ditetapkan sebagai tersangka penyelundupan gula dari India, hingga saat ini belum juga ditahan Poldasu.
Dua pegawai Bea Cukai Belawan yang telah ditetapkan sebagai tersangka oleh penyidik Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Dit Reskrimsus) Poldasu yakni, Ospaldo dan Syahrial, bertugas bagian penindakan dan penyidikan (P2) Bea Cukai Belawan.

“Untuk sementara, dua oknum petugas Bea Cukai Belawan yang telah kita tetapkan tersangka, terkait penyelundupan gula asal India sebanyak 1.625 ton memang belum kita tahan. Ini hanya sebagai pintu masuk untuk mengungkap tersangka lainnya yang bertanggungjawab,” ujar Dir Reskrimsus Poldasu Kombes Pol Sadono Budi Nugroho kepada wartawan, Selasa (2/8).

Dijelaskannya, keterlibatan kedua tersangka adalah untuk memalsukan surat berupa berita acara penyegelan dan pembukaan segel, sehingga 250 ton gula sudah sempat dijual oleh perusahaan importir, PPI. Lanjutnya, tindakan mereka diketahui setelah dilakukan verifikasi dan keterangan Sucopindo Cabang Medan. Kedua oknum petugas Bea Cukai Belawan itu belum dilakukan penahanan karena masih perlu pendalaman.(ari)

Tak Pas di Politik, Pilih Jadi Guru Ngaji

Marzuki Alie

Ketua DPR Marzuki Alie lebih memilih menyalahkan bakatnya yang buruk daripada lidahnya yang tidak bertulang. Banyak melontarkan pernyataan kontroversial ternyata mendorong Marzuki untuk berkaca, introspeksi diri.

Setelah muncul banyak kecaman kepadanya karena melontarkan gagasan pembubaran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Marzuki mengakui ia tidak berbakat terjun ke dunia politik.Itulah mengapa, kiprahnya di dunia politik akan ia akhiri di 2014. Setelah tugasnya sebaga ketua DPR rampung, Marzuki berencana pulang ke kampungnya di Palembang, Sumatera Selatan.

“Keliatannya karakter saya tidak cocok jadi politisi. Kayanya 2014 saya mau istirahat, pulang kampung, mau ngajar jadi guru ngaji saja,” ujar Marzuki kepada wartawan, di Gedung DPR, Senayan, Senin (1/8).(net/jpnn)

Pembunuhan Briptu Eriek, Polda Jatim Turunkan Tim

Pelaku dan Motif Masih Gelap

BANGKALAN- Kasus pembunuhan terhadap Briptu Eriek Setyo Widodo (26), anggota Polsek Sukolilo, Bangkalan, Senin lalu (1/8) mendapat perhatian serius Polda Jatim. Kemarin polda menurunkan tim dari laboratorium forensik (labfor) ke tempat kejadian perkara (TKP).
Kapolda Jatim Irjen Pol Hadiatmoko juga datang langsung ke Bangkalan untuk memantau penyelidikan. Hanya, hingga kemarin (2/7), polisi belum mengungkap pelaku yang berjumlah tiga orang dan motif di balik pembunuhan sadis tersebut.

Sekitar pukul 08.00 tim Labfor Polda Jatim melakukan identifikasi di TKP, tepatnya di Jalan Raya Petapan, Kecamatan Labang, sekitar 6 km dari Bangkalan arah Jembatan Suramadu. Tim menemukan bercak darah korban di sekitar lokasi dan serpihan kaca lampu sepeda motor.
Satu jam lebih tim labfor menyisir lokasi. Kemudian, mereka melanjutkan indentifikasi di Gunung Gigir, Desa Gigir, Kecamatan Blega, tempat ditemukan mayat korban. TKP itu berjarak sekitar 30 kilometer arah timur Kota Bangkalan.

Sekitar pukul 10.30 Kapolda tiba di pos Petapan. Dia tak lama berada di sana, lalu meluncur ke Mapolres Bangkalan. Di mapolres Hadiatmoko berkoordinasi dengan Kapolres Bangkalan AKBP Kasero Manggolo terkait penyelidikan kasus tewasnya Briptu Eriek itu.

Saat dikonfirmasi, Kapolda tidak banyak memberikan penjelasan. Dia hanya mengatakan, jajarannya akan terus melakukan penyelidikan seoptimal mungkin untuk mengungkap motif dan pelaku pembunuhan tersebut. “Mudah-mudahan kasus ini cepat terungkap, siapa pelakunya dan kira-kira motifnya apa,” ujarnya.

Sementara berdasar hasil otopsi awal RS Syamrabu, Bangkalan, kematian Eriek disebabkan luka tembak. “Luka tembak di punggung, proyektilnya bersarang di dada. Tidak sampai tembus,” kata Sugianto, petugas kamar mayat.

Heru, staf di kamar mayat, menambahkan bahwa luka di kepala korban disebabkan pukulan benda tumpul. “Bukan luka tembak. Hanya luka. Diperkirakan luka pukulan benda tumpul. Proyektilnya tidak diambil di sini (RS Syamrabu, Red), tapi dibawa ke polda (RS Bhayangkara Surabaya, Red) untuk otopsinya,” jelasnya. “Saat (mayat) sampai di sini sekitar pukul 18.30, cuma ada seragam dinasnya. Setahu saya, pistolnya tidak ada ,” imbuh Heru.(c6/c2/jpnn)

Dirampok Kawanan Bersenpi

BELAWAN- A Kang (41) warga Simpang Kantor Kecamatan Medan Labuhan, dirawmpok kawanan bersenpi saat pulang kerja di Jalan Raya Pelabuhan, tepatnya didepan Sawita Kecamatan Medan Belawan, Selasa (2/8).  Akibatnya, pria keturunan Tionghoa ini kehilangan dua unit handphone dan uang Rp3 juta.

Menurut informasi yang diterima waratwan Sumut Pos menyebutkan, kejadian tersebut bermula saat A Kang pulang kerja dari Gabion Belawan mengendarai sepeda motor. Saat melintasi kawasan Jalan Raya Pelabuhan Belawan, dua oran perampok mengendarai sepeda motor Yamaha Mio langsung menghadangnya dan menodongkan pistol ke arahnya.

Dalam kondisi ketakutan, A Kang langsung menghentikan laju sepeda motornya dan memberikan dua unit handphone dan uang Rp3 juta kepada pelaku. Selanjutnya, kedua pelaku langsung kabur ke arah Medan. Atas kejadian yang dialaminya, A Kang membuat laporan ke Polsek Belawan. (mag-11)