26 C
Medan
Friday, December 26, 2025
Home Blog Page 15316

Bisa Menang

PSMS MEDAN vs PSAP SIGLI

MEDAN-PSMS diyakini bisa memenangi laga kontra PSAP Sigli di laga kandang terakhir musim ini, Minggu (17/4) pukul 19.00 WIB. Absennya striker andalan PSAP, Osas Saha lantaran akumulasi kartu kuning menjadi keyakinan utama tim tuan rumah.

Meski bakal lawan adalah tim terkuat di wilayah I, PSMS tak gentar karena akan didukung 20 ribu fans setianya.
Dengan selisih lima angka dari PSAP dan Persiraja yang menguntit di posisi kedua, laga ini merupakan kesempatan terbesar untuk memperkecil selisih angka. Jika mampu menang, selisih poin akan menciut menjadi dua angka. Artinya kesempatan menembus babak delapan besar semakin terbuka lebar.

Pelatih PSMS, Suharto menegaskan hal itu. Menurutnya pertarungan menghadapi PSAP Sigli wajib dimenangkan. Meskipun disadarinya menundukkan Moussa Troure dkk tak akan mudah. Hasil buruk PSAP saat menyerah dari Pro Titan tak bisa menjadi acuan PSMS bisa menang mulus. “Apapun ceritanya kita tentu ingin poin maksimal. Tidak akan mudah menunjukkan PSAP meskipun mereka kalah dari Pro Titan. Kita akan bermain maksimal,” ujarnya.
Skema 4-4-2 akan tetap digeber Suharto. Mahadi Rais atau Rinaldo akan mendampingi Gaston di depan. Dukungan dari lini kedua akan datang dari Donny, Affan, Faisal. Satu tempat lagi akan diperebutkan Alfian Habibi dan Almiro. Ade Chandra siap menjadi pelapis. Sedangkan kuartet Vagner, Novi dan duo wing Ari serta Rahmad tak tergantikan di lini belakang.

Sementara di kubu lawan, PSAP tak ingin kembali terpeleset. Kekalahan dari Pro Titan 1-2 sudah coba dilupakan dan fokus menatap duel dengan PSMS nanti.

“Inilah sepak bola. Setiap tim punya hari buruk dan baik. Kekalahan dari Pro Titan mungkin hari buruk kami. Untuk itu pada laga nanti kami akan berusaha mencuri poin. Meskipun PSMS kalah dua peringkat ini tidak akan mudah,” ujar Asisten manajer PSAP, M Yusuf sehari sebelum laga.

“Kami sadar kehilangan Saha akan berat. Selama ini dia menjadi pencetak gol tersubur kami. Tapi kami sudah siapkan pengganti,” pungkasnya. (ful)

Perempuan di Jendela

Cerpen : Jusuf AN

Kita pernah menyimpan mimpi, atau lebih tepatnya angan-angan kosong tentang rumah itu. Rumah yang sekarang kau huni itu. Dulu, ketika kau masih sering bertandang ke kamar kos yang terletak di lantai dua yang sampai sekarang masih aku tempati ini, kerap kau membuka jendela, lalu menatap rumah itu lama-lama. Kau mengetahui kalau rumah bergenting biru itu tak ada penghuninya, menunggu ada yang mau menyewa. Dan kau mengungkapkan keinginanmu: ingin menikah denganku lalu tinggal di rumah itu. Rumah mungil sederhana yang dikelilingi sawah, “Berdua tinggal di sana, pastilah nyaman dan indah,” katamu.

Sekarang, apakah kau benar merasa nyaman dan indah? Hanya sebatas itu aku berani bertanya, dan itu semua aku tanyakan lewat tatapan mata. Sudah seminggu ini, setiap pagi mata kita selalu berjumpa di udara. Kau dari jendela rumahmu, aku dari jendela kamarku. Apakah kau pandai menerjemahkan bahasa mataku, Hany?

Kita memang pernah melewati waktu bersama selama lebih dari dua tahun lamanya. Aku tahu banyak hal tentangmu; apa yang biasa kau lakukan sejak bangun tidur hingga tidur lagi semuanya sudah kau ceritakan. Aku tahu kau tidak suka belanja, alergi dengan mall dan supermarket, tidak senang menonton televisi, penggemar novel petualangan dan senang makan ikan segar. Seperti aku, kau juga senang bersepeda santai, dan seringkali mengutuki asap knalpot ketika sedang berjalan. Tapi tetap, akan sulit rasanya bagi kita untuk bercakap-cakap dengan bahasa mata dengan jarak kurang lebih dari tiga puluh meter. Tak ada gerak bibir, lambaian, senyuman, atau cibiran. Tak ada yang bisa aku tangkap dari matamu kecuali keasingan.

Dan kini, pada pagi yang mendung ini, aku kembali menemukanmu. Aku kembali menjumpai keasingan dalam tatapan matamu. Aku tidak membuka gorden dan hanya mengintipmu. Kulihat kau bersandar pada kayu jendela yang memiliki engsel di bagian samping. Kau telah buka lebar-lebar daun jendela itu hingga kesiur angin mengibarkan rambut pirangmu. Hei, setahuku kau tak pernah memakai anting, tapi benda apakah yang mengerlip di dua cuping kupingmu itu. Ah, mungkin kau tidak lagi seperti kau yang dulu. Mungkin kini kau telah senang berdandan dan memakai perhiasan. Ya, bukankah itu wajar bagi seorang perempuan? Bukankah kau telah menempuh hidup yang baru. Aduh, kenapa aku seperti tidak rela dengan takdir yang membelitku? Kenapa kau mendadak penting untuk aku pikirkan, penting untuk kukenangkan?

“Aku tahu kau masih jauh untuk memikirkan pernikahan. Dan aku tak akan lagi mempermasalahkan itu,” katamu, ketika suatu hari kita tengah bersama menikmati udara senja di alun-alun kota.
“Aku rasa akan lebih menyenangkan jika kita tidak setiap hari berjumpa.”

Kenapa kini aku begitu menyesali kalimat itu? Kalimat yang entah kenapa membuatmu tak lagi berkunjung ke kamar kosku selama seminggu. Sungguh, Hany, aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu. Dugaanku kalau kau benar-benar siap menunda atau membuang pikiran untuk menikah sementara waktu, ternyata keliru. Segera setelah menyadari kesalahan kalimat itu aku berkunjung ke kamar kosmu, tapi kata kawan-kawanmu kau sedang pulang ke Magelang. Dan aku hanya meninggalkan pesan pada kawan-kawanmu, jika kau kembali ke Jogja suruhlah datang ke tempatku. Dan seminggu kemudian, pagi-pagi sekali kau mengetuk pintu kamarku, membawakanku sebungkus nasi gudeg yang masih panas.

“Orang tuaku menyuruhku pulang,” terangmu, setelah terlebih dulu menyuruhku sarapan. “Aku kira kau sedang sibuk garap proyek penghijauan, jadi aku tidak memberitahukanmu.”

Tidak biasanya, pikirku. Tidak biasanya kau merasa takut untuk menggangu kesibukanku. Tidak biasanya pula kau sanggup menahan diam selema lebih dari sepuluh menit. Biasanya kau akan bercerita banyak hal, tentang kawan-kawan satu kos denganmu yang senang menghambur-hamburkan listrik dan kosmetik, atau tentang pembimbing skripsimu yang selalu menyalahkan kerja-kerjamu, juga ayahmu yang tidak bisa berhenti merokok. Tapi waktu itu, kau terdiam lama, duduk selonjor dengan kepala menunduk. Ketika aku sebut namamu, kau geragapan, seakan pikiranmu baru saja terseret arus yang kencang.
“Kau kenapa, Hany?”

“Mhh, baru saja aku mau bertanya begitu, eh kau sudah tanya duluan. Kau yang kenapa? Kenapa kau tidak menanyakan tentang orangtuaku yang menyuruhku pulang?”
“Jadi, kenapa orang tuamu menyuruhmu pulang?”
“Sangat berat untuk menjawabnya.”
“Orang tuamu sehat-sehat saja, kan?”
Kau mengangguk.
“Apa mereka tidak berbicara tentangku?”
“Mhh…”

“Sebenarnya aku ingin main ke rumahmu lagi, tapi aku tidak enak dengan ayahmu. Kelihatannya ayahmu tidak senang denganku.”
“Itulah, kenapa aku berat menerangkan padamu tentang kenapa orang tuaku menyuruhku pulang.”
“Benar kan, ayahmu tidak suka denganku, dengan penampilanku, juga pekerjaku yang tidak jelas? Aktivis LSM. Ha..ha..ha.. Pasti orang tuamu menertawakan pekerjaan macam itu.”
“Bukan itu.”
“Lalu?”

Kau kembali menunduk. Di kepalamu aku menebak ada sesuatu yang berkecamuk.
“Oran gtua jaman dulu, tentu kau tahu seperti apa.”
Aku belum dapat menebak arah pembicaraanmu.
“Sejak dalam kandungan, mereka telah menentukan hidup takdirku.”

Suaramu terdengar sumbang. Dan ketika kulihat matamu berkaca-kaca, aku segera merangkulmu, menyandarkan kepalamu di dadaku. Saat itulah, dengan suara isak, kau mulai membuka semuanya.

Bahwa kau sudah dijodohkan sejak dalam kandungan dengan seorang putra dari kawan dekat ayahmu. Kau mengaku baru tahu akan hal itu. Kau yang sadar benar seberapa besar pengorbanan orangtua merasa tak sanggup untuk membantah mereka. Lalu kau meminta maaf padaku seperti merasa sangat berdosa.
“Akan lebih berdosa jika kau tidak menuruti orang tuamu,” kataku. “Sudahlah, hidup ini terlampau singkat untuk bersedih. Jalani dan nikmatilah.

”Meski aku bersikap setegar pohon beringin tertua di alun-alun kota, tetapi kau seakan dapat membaca air mukaku yang mungkin merah padam. Kau memelukku kian erat. Lama dan semakin erat. Dan aku tidak menyadari, bagaimana kemudian diriku menjelma menjadi seekor kumbang yang kehausan, sementara bunga-bunga penuh madu bermekaran di atas tubuhmu.Bau keringatmu masih tertinggal di kamarku, Hany. Baju yang kau tumpahi dengan air matamu juga belum aku cuci ketika aku dengar kabar dari kawanmu bahwa kau telah benar-benar melangsungkan pernikahan. Segera setelah mendengar itu, aku membersihkan kamarku, sesuatu yang jarang aku lakukan.Tembok yang dulunya aku cat dengan warna hijau kesukaanmu kini aku ganti warna hitam legam. Aku semprot parfum autotheraphy yang sebenarnya tidak aku sukai. Aku buang semua fotomu dari dompet dan di komputerku. Aku cuci karpet dan semua pakaianku dengan deterjen yang berlimpah-limpah. Beraharap aku dapat melupakanmu.
Aku juga banyak menghabiskan waktu bersama kawan-kawan di kedai kopi, naik gunung, dan mulai kembali konsentrasi dengan buku-buku dan kerja-kerjaku. Beberapa nomor telepon perempuan juga sudah aku dapat, dan aku mulai rajin menulis SMS. Hampir saja, ya hampir saja aku dapat melupakanmu jika aku tidak pernah membuka jendela kamarku kemudian melayangkan mata ke jendela yang lain.

Kau masih di sana sekarang. Bersandar di jendela yang memiliki engsel di bagian samping dan telah kau buka lebar-lebar itu. Kau tetap tak berpaling dari menatap jendela kamarku. Sementara aku masih mengintipmu dari balik gorden dengan kepala yang berat, sesak oleh tanya.

Kenapa kau memilih tinggal di rumah itu bersama suamimu? Aku tahu, kau memang harus merampungkan skripsimu baru setelah itu pulang ke Magelang, tetapi bukankah kampusmu jauh di jalan Solo, dan banyak rumah kontrakan di sekitar sana? Mengapa kau memilih kontrakan di jalan daerah Kasongan?

Mungkin saat ini kau sedang berusaha keras untuk menerangkan pertanyaan-pertanyaanku itu lewat tatapan matamu. Tapi, bagaimana caraku menerjemahkan bahasa matamu, kecuali jika aku langsung berkunjung ke rumahmu dan menanyakan langsung.

Berkunjung? Bukan suamimu aku takuti, Hany. Aku hanya takut apabila setelah kunjunganku ke rumahmu, perahu keluargamu goyah, lalu pecah terbelah. Ah, apakah aku harus menyamar sebagai pencatat rekening listrik seperti di film-film komedi hanya untuk melihatmu dari dekat kemudian diam-diam menanyakan alasanmu tinggal di rumah itu? Konyol sekali!

Kau masih di sana sekarang. Tidak seperti biasanya, tak aku lihat suamimu merangkulmu dari belakang sebelum kemudian kau menutup jendela dan melangkah entah kemana.  Cukup lama kau berdiri di sana. Sampai kemudian, aku melihat punggungmu terguncang-guncang, mulutmu terbuka mengeluarkan cairan. Kau muntah?

Mendadak aku jadi teringat saat terakhir kali kau bertandang ke kamarku pagi-pagi sekali dengan membawa nasi gudeg kesukaanku. Aku seperti dihentakkan dari peristiwa yang tidak pernah sebelumnya aku sadari akan terjadi. Peristiwa di mana diriku menjelma kumbang yang kehausan sementara di tubuhmu bermekaran bunga-bunga penuh madu. Mendadak aku bertanya-tanya, apakah kau sedang masuk angin, sampai muntah-muntah begitu? Atau kau, hamil? Mendadak aku sangat mencemaskanmu, Hany. Apakah suamimu tahu bahwa kau tak suci lagi saat dinikahi lalu mencampakkanmu yang kini hamil? Ah, mudah-mudahan kau hanya masuk angin.***
Wonosobo, 2008

 

Yusril Berharap JAM Pidsus Anyar Lebih Obyektif

JAKARTA-  Pencopotan Jaksa Agung Muda Pidana Khusus (JAM Pidsus) M Amari dan Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara Kamal Sofyan disambut baik tersangka biaya akses Sistem Administrasi Badan Hukum (Sisminbakum) Yusril Ihza Mahendra. Mantan Menkeh dan HAM itu berharap pengganti Amari lebih obyektif dan fair terhadap kasus hukum yang dia hadapi. “Siapapun yang menggantikan Amari, asalkan adil dan obyektif. Kalaupun tetap Amari tapi dia mau bersikap adil saya dukung,” kata Yusril saat dihubungi dari Jakarta kemarin (16/4). Seperti diwartakan, posisi Amari kini digantikan oleh Andi Nirwanto yang sebelumnya menjabat sekretaris JAM Pidsus sedangkan JAM Datun dijabat S.T. Burhanuddin yang sebelumnya Kepala Kejati Sulawesi Selatan.

Yusril tidak mengetahui apakah kasus Sisminbakum menjadi alasan pencopotan Amari. Namun, selama menjalani proses penyidikan di Gedung Bundar, dia menilai ada ambisi pribadi Amari dalam kasus ini. “Amari itu ngotot terus melanjutkan kasus ini. Padahal, Anda baca putusan PK Romli Atmasasmita. Itu putusannya bebas. Terdakwa yang ikut bersama-sama dalam dakwaan bisa bebas juga,” katanya.

Romli sebelumnya adalah terpidana dalam kasus yang sama dengan Yusril. Dalam putusan Peninjauan Kembali (PK), dia dibebaskan (ontslaag rechts vervolging alias lepas dari segala tuntutan hukum) dengan berbagai pertimbangan. (aga/jpnn)

Melayani Jemaat Secara Menyeluruh

Jubileum 150 Tahun HKBP (1861-2011)

Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) saat ini tak hanya memberikan pencerahan rohani dan surgawi. Tapi juga berupaya menyejahterakan warganya dalam hal perekonomian. Karena dengan perekonomian warga yang meningkat, maka keaktifan beribadah ke gereja akan meningkat pula. Karena belakangan ini aktivitas warga gereja dinilai menurun.

S ebagai upaya menyejahterakan warga HKBP tersebut, panitia Jubileum 150 Tahun HKBP untuk wilayah II menggelar seminar nasional dengan tema ‘Revitalisasi Peran Lembaga Agama terhadap Kesejahteraan Warga’ di Grand Ballroom Hotel Grand Angkasa pada Kamis, 7 April lalu.

Hadir pada seminar tersebut sebagai keynote speaker, Ephorus HKBP Pendeta Bonar Napitupulu, pembicara Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Ketua Puskopdit Sumut PM Sitanggang, Wakil Rektor Universitas HKBP Nommensen T Sihol Nababan, Timbul Raya Manurung dan Ketua Badan Usaha HKBP St Dumoli Siahaan.
Dalam makalahnya ‘Mengembalikan Jati Diri HKBP,’ Ephorus HKBP Pendeta Bonar Napitupulu mengurai peran HKBP sebagai lembaga agama untuk kesejahteraan warga. “Sejak awal bedirinya HKBP selalu melayani masyarakat secara holistic dan menyeluruh,” terangnya.

Ia juga menjelaskan, jika HKBP membangun gedung gereja selalu serentak dengan pembangunan sekolah, sentra pelayanan kesehatan (rumah sakit atau poliklinik) dan sentra peningkatan kehidupan ekonomi masyarakat. “Ciri pelayanan yang seperti itulah yang sempat mengalami degradasi atau pelunturan dalam diri HKBP. Oleh sebab itu, perlu gerakan atau usaha pengembalian jati diri HKBP khususnya di bidang pelayanan holistik,” tutur Bonar.
Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan, menyejahterakan warga diperlukan revitalisasi. “Organisasi keagamaan harus mampu memberikan kesejahteraan. Hal itu dapat dilakukan melalui etos kerja, semangat dan kemampuan untuk mengelola. Dan untuk itu dibutuhkan kepemimpinan yang dapat menggerakkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki,” ungkapnya.

Syamsuddin juga menjelaskan, Muhammadiyah yang banyak memiliki usaha atau aset di berbagai daerah semuanya adalah milik pusat. “Dengan konsep seperti itu, maka daerah tidak semena-mena menjual aset tersebut dan harus memperoleh persetujuan pusat,” katanya.

Di kesempatan sama, Ketua Puskopdit Sumut PM Sitanggang membagi informasi tentang mengelola Credit Union (CU) yang sudah berusia 40 tahun dan saat ini di Sumut memiliki anggota 250.000 orang dan beraset Rp1 triliun. “Mendirikan CU tak perlu diberikan modal awal dari relawan, tapi harus dari anggota untuk anggota,” jelasnya.
Kalau mendirikan CU dengan memberikan modal awal, sambungnya, maka hal tersebut tak akan berkembang. “Kalau ada bantuan lebih baik dikembangkan untuk sarana. Kalau modal usaha maka anggota akan bertingkah dengan tak mau mengembalikan pinjamannya. CU itu kumpulan orang bukan uang, jangan lecehkan orang miskin sebagai anggota, karena mereka punya sesuatu,” ujarnya.

Ketua Umum Panitia Jubileum 150 Tahun HKBP Wilayah II RE Nainggolan dalam sambutannya mengatakan, seminar itu digelar untuk mencari usaha apa yang akan dijalankan untuk menyejahterakan warga.
Berbagai usulan dan masukan dari seminar nasional tersebut akan direkomendasikan pada puncak pelaksanaan jubileum. “Gereja agar intens memberikan perhatian kepada warganya. Kita harapkan nantinya tak ada lagi jemaat air mata, tapi jemaat mata air,” harapnya.

Perayaan Jubileum 150 Tahun HKBP ini juga diisi berbagai kegiatan sosial, spiritual dan akademik. Di bidang spiritual, puncak perayaan berupa ibadah raya akan diselenggarakan pada pertengahan Oktober 2011 mendatang. Di bidang sosial, aksi sosial pelayanan kesehatan sudah digelar sejak akhir 2010 lalu dan masih terus berjalan hingga saat ini. Seperti telah diterangkan, kegiatan sosial ini disponsori Yayasan Surya Kebenaran Internasional.
Drg Anita selaku bagian langsung dari Yayasan Surya Kebenaran Internasional didampingi Ketua Bidang Kesehatan dalam kepanitiaan kegiatan Dr Betthin Marpaung, mengatakan, mungkin yang dilaksanakan ini sudah biasa dilakukan dimana-mana. “Namun, yang ingin disampaikan di sini adalah, dengan mendapatkan layanan ini, paling tidak mereka mendapat kenangan baik terhadap HKBP. Karena layanan ini sedikitpun tak memandang suku, ras dan agama. Semua dapat menikmati layanan ini,” kata Anita.

Adapun layanan tersebut, seperti pengobatan gratis oleh dokter umum dan spesialis, pemasangan kaki dan tangan palsu yang telah mencapai 900 pasang, pengoperasian 300 bibir sumbing dan katarak, pemeriksanaan pap smear, golongan darah, gula darah, KB hingga pemangkasan rambut.

Tak hanya itu, sambung Betthin, bidang pelayanan kesehatan di HKBP juga telah membuat program bank donor darah yang akan dibentuk di setiap gereja. “Dan fungsi bank donor darah ini juga tak hanya harus bisa dinikmati orang-orang yang berada di dalam gereja. Tapi seluruh masyarakat yang membutuhkannya tanpa membedakan suku, ras dan agama,” ujarnya. (m sazali)

Roma Janji Datangkan Ancelotti

ROMA- Berakhir sudah kiprah keluarga Sensi di AS Roma. Setelah 18 tahun bercokol sebagai owner, kepemilikan klub berlambang Serigala itu secara resmi berganti ke tangan konglomerat Amerika Serikat (AS) Thomas Di Benedetto.
Sejatinya, kesepakatan telah terjadi sejak bulan lalu.  Tapi proses akuisisi secara resmi baru berlangsung kemarin (16/4). “Kesepakatannya telah beres,” kata Di Benedetto pada konferensi pers usai menyelesaikan detail kontrak dengan wakil presiden Unicredit Paolo Fiorentino, seperti dikutip AFP.

“Banyak poin kesepakatan yang menyulitkan, tapi saya enggan menyerah. Saya berusaha sebaik mungkin. Saya bangga sebagai keturunan Italia dan atas alasan itu saya merasa telah melakukan hal besar,” ungkap Di Benedetto.
Sejak tahun lalu, Unicredit memang menjadi pemilik bersama dengan keluarga Sensi. Itu terjadi karena belitan utang keluarga Sensi. Tugas dari Unicredit adalah mencarikan pembeli potensial. Nah, sekarang saham mayoritas telah dimiliki Di Benedetto. Roma pun tercatat sebagai klub Italia pertama yang dimiliki investor asing.

Di sisi lain, masuknya Di Benedetto membuat optimisme pendukung klub berjuluk Giallorossi itu membuncah. Sebab, Di Benedetto telah berjanji akan melakukan perbaikan dan membawa Roma menjadi klub hebat.

Beberapa rencana yang sudah dibeberkan Di Benedetto antara lain, membangun stadion baru. Selain itu, dia ingin merekrut pelatih hebat seperti Carlo Ancelotti atau Jose Mourinho yang didukung pemain bintang kelas satu. “Saya siap mendatangkan Ancelotti,” kata Di Benedetto kepada Gazzetta dello Sport.

Roma saat ini masih bertengger di posisi keenam klasemen sementara. Namun, Di Benedetto berharap mereka mampu finis di empat besar pada musim ini. Dengan begitu, Roma bisa bertarung di Liga Champions musim depan.
“Roma adalah salah satu klub hebat di dunia. Mereka juga setiap tahun selalu bersaing dalam perebutan gelar. Saya harap musim depan kami bisa bermain di Liga Champions,” timpalnya.
Nah, untuk pemain incaran, Roma sudah mulai melakukan pendekatan kepada Javier Mascherano dan Javier Pastore. (ham/bas/jpnn)

Panitia Mohon Doa Anak Yatim Piatu

Jelang Perayaan Paskah Umat Kristiani se-Sumut 2011, 29 April 2011

Paskah Umat Kristiani se-Sumut 2011 sudah diambang pintu. Kunjungan tersebut bertujuan untuk mempererat hubungan kasih dan iman antara panitia dengan umat Kristen, rombongan besar panitia mengadakan kunjungan ke panti sosial binaan seluruh agama di Medan, Selasa, (12/4).

Kunjungan sosial ini untuk memberi bantuan dari panitia agar didoakan kiranya perayaan Paskah Umat Kristiani se-Sumut 2011 yang direncanakan diadakan di Pardede Hall pada hari Jumat, 29 April 2011 berjalan sesuai dengan rencana dengan pengkotbah Pdt Gilbert Lumoindong.

Panti asuhan yang dikunjungi adalah panti Jompo Karya Kasih di Mongonsidi, panti asuhan Hindu yang diserahkan melalui PHDI di Sri Maryaman Kuil di Tengku Umar, Panti Asuhan Zending Islam Jalan Sisingamaraja, Panti Asuhan Claresta Jalan Darma Gaperta Ujung, Panti Asuhan Yayasan Pelita Kasih Jalan Sempurna Ujung, PA Kong Hu Chu Jalan Pabrik Udang Rengas Pulo Marelan, Panti Asuhan Yayasan Sai Prema dalam asuhan Walubi di Tapian Nauli, Sunggal.
Ketua Umum Panitia Paskah Umat Kristiani se-Sumut 2011,  Pdt Paul F Wakkary mengatakan, sebelum kegiataan puncak, pihaknya menggelar ragam kegiataan. Mulai dari pengobatan massal gratis, kunjungan ke lembaga permasyarakatan dan kunjungan kasih. “Selain itu bersama Tim Sumatera Berdoa, menggelar doa rutin bersama secara berpindah dengan tuan rumah gereja-gereja yang dikunjungi,” urai Gembala GPdI Filadelphia Polonia Medan ini.

Dalam rombongan tersebut ikut Ketua Umum Sumatera Berdoa JA Ferdinandus, sekretaris Umum Sumatera Berdoa Wati Simamora SSos, bendahara Lukas Timoteus, MA, Kol Purn Bachtiar Sonar Siregar, Pascaldy, Binsar Nainggolan, Drs Penyabar Nakhe, Pdt Samuel Ghozaly, Pdt NP Sitorus, Pdt Alex dan lain-lain. (rahel sukatendel)

Bangun Tobasa, Alasan Bupati Gabung ke Demokrat

Kasmin Simanjuntak Serahkan Amplop Besar ke Anas Urbaningrum

Partai Demokrat sepertinya masih menjadi tempat ‘favorit’ politisi untuk bergabung. Tak terkecuali kepala daerah. Yang terakhir, kepala daerah yang didapuk memimpin partai berkuasa itu di daerahnya adalah Bupati Toba Samosir (Tobasa), Kasmin Pandapotan Simanjuntak.

Kasmi dipercaya mengendalikan partai yang didirikan Susilo Bambang Yudhoyono itu di Tobasa untuk periode 2011-2016. Pelantikan berlangsung di  Lapangan Merdeka, Balige, Kabupaten Tobasa, Jumat (16/4).
Apa yang membut Kasmin menjadi kader Demokrat? Dalam sambutannya, ia beralasan, posisi Ketua DPC PD Tobasa diyakini akan memudahkannya meminta dukungan pusat dan bantuan PD dan provinsi dalam mensukseskan pembangunan di Tobasa.

“Bersama Pak HT Milwan (Ketua DPD PD Sumut, Red) saya sudah menemui Pak Anas Urbaningrum. Saya meminta agar setelah (menjadi) Ketua Demokrat Tobasa, Pak Anas bisa mendukung saya dalam program pembangunan di Kabupaten Tobasa dan permintaan itu diterima,” kata Kasmin, kemarin. Saat itu, Kasmin langsung menyerahkan sebuah amplop besar kepada Ketua Umum DPP PD dan Ketua  DPD PD Sumut. Menurut informasi dari para kader Demokrat Tobasa, amplop itu kemungkinan besar proposal permohonan bantuan pembangunan untuk Kabupaten Tobasa.

Anas membenarkan ucapan Bupati Tobasa tersebut. Diakuinya, kehadiran Kasmin di PD dan menjadi Ketua DPC PD Tobasa berhubungan dengan permintaan bantuan dan dukungan untuk membangun Kabupaten Tobasa. “Pak Kasmin mau jadi Ketua  Demokrat Tobasa minta dibantu untuk mensukseskan program-programnya sebagai bupati, maka Demokrat komit membantunya karena tujuannya untuk kemajuan dan kesejahteraan rakyat,” kata Anas disambut tepuk tangan dari seribuan kader dan undangan yang hadir dalam  pelantikan itu. Dalam arahannya, Anas meminta kader melajutkan tugas menselaraskan pembangunan partai dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Politik Demokrat bukan hanya perolehan suara Pemilu,”katanya.

Pilkada maupun Pilpres, tetapi melanjutkannya dengan kerja keras bagi kemajuan dan kesejahteraan rakyat. Maka kepada pengurus dan kader Demokrat, (cari cara) bagaimana menjalankan tugas politik yang seiring dengan tugas-tugas yang mendatangkan makna kemajuan dan kesejahteraan rakyat di daerah masing-masing,” katanya.
Ketua DPD PD Sumut, HT Milwan meminta seluruh kader PD di Sumut bertekad dan niat yang sama dengan Kasmin Simanjuntak, menjadi pengurus PD untuk kepentingan masyarakat.

“Kader Demokrat di Sumut harus menyadari, setelah sudah mau jadi pengurus, sudah berjanji melaksanakan amanah partai, maka pesan saya harus meningkatkan “rasa” pada diri sendiri, yakni merasakan apa yang ada pada masyarakat, menampung, menanggapi aspirasi hingga mencari solusi,” kata Milwan.

Dalam pelantikan itu, 16 kelompok tani mendapatkan bantuan benih bibit jagung dan padi dari pemerintah atas jasa dan peran anggota DPR RI dari Fraksi Demokrat Drh Jhony Alen Marbun MM. Penyerahan secara simbolis Anas Urbaningrum, Wakil Ketua Umum Drh Jhony Alen Marbun, Anggota Fraksi DPR-RI Ruhut Sitompul dan Soetan Bathoegana, Ketua DPD PD Sumut, HT Milwan, sekretaris Drs Tahan M Panggabean dan pengurus PD Lainnya.(smg)

Selalu Mengucap Syukur

Samuel Simorangkir

Setelah lama bergulat dengan masa hukuman penjara juga rehabilitasi narkoba yang mendera, kini Sammy Simorangkir, mantan punggawa band Kerispatih menatap positif kehidupannya dengan terus mengucap syukur. Hadir dalam konferensi pers konser “The Creator” Sammy mengungkapkan bahwa dirinya termotivasi untuk membuat karya didunia musik yang lebih baik lagi.

“Puji Tuhan saya mulai banyak belajar dari kehidupan masa lalu.Saya sempat putus asa dan ngga mau nyanyi lagi. Tapi berkat Tuhan saya bangkit kembali. Kini dengan penuh syukur, aku ingin berkarya lebih banyak lagi,” papar Sammy kepada para wartawan yang mengerumuninya usai konferensi pers itu.

Menyinggung konser “The Creator”  kakak kandungnya, Sari Simorangkir, dirinya ditanya apakah punya keinginan untuk membuat konser ataupun album rohani, Sammy pun menjawab bahwa belum saatnya, namun keinginan itu sudah ada. “Iya sih pingin bikin juga, tapi aku masih belum berani bikin. Lagian bikin album rohani kan itu sebuah tugas besar yang ngga main-main,” ujar penyanyi yang mempunyai nama lengkap Hendra Samuel Simorangkir itu.

Ucapan syukur itu pula yang membuat Sammy tampil menjadi penyanyi pendukung pada konser pujian Kamis 14 April 2011 di Tenis Indoor Senayan Jakarta. Kehadirannya mendapat sambutan yang hangat dan meriah dari setiap penonton yang datang. Membuktikan kecintaan publik terhadap dirinya masih deras mengalir. (jc)

Andalkan Tuhan di Panti Asuhan

Kehadiran Panti Asuhan Yayasan Pelita Kasih ikut mewarnai  pelayanan anak-anak terlantar di Kota Medan. Pelayanan tersebut dipimpin oleh Pdt Ruben Esron Purba MTh didampingi Pdt Lastiur boru Pasaribu.

Pelayanan yang dirintis sejak 2000 ini bersamaan dengan perjuangan dalam mendirikan Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Jemaat Rekhab yang kini berada di Jalan Sempurna Ujung No 50 Cinta Damai, Kampung Lalang, Medan.
Pdt Ruben Esron Purba MTh yang merupakan Dosen Sekolah Tinggi Teologia di sejumlah kampus di Kota Medan ini membeberkan seorang anak binaan dari Panti Asuhan Yayasan Pelita Kasih Medan telah berhasil menyelesaikan pendidikan dari STT Sentosa Asih Jakarta tahun 2004 dan telah melayani di Balikpapan, Kalimantan Timur. Anak itu bernama Sariaman Silitonga, STh yang semasa masih dipanti asuhan rajin bekerja dan rela mengayuh beca untuk menambah biaya sekolah, ujar Pdt Ruben didampingi Pdt Lastiur boru Pasaribu dan anak-anak panti asuhan, Selasa (12/4).

“Selain itu anak-anak juga memiliki talenta dalam melayani. Mereka menyumbangkan talenta yang dimiliki dalam pelayanan di gereja. Pia boru Purba (10) memiliki talenta bernyanyi, Franky Hutagalung (15) punya talenta melukis dan anak-anak lainnya memiliki keinginan untuk mempelajari sejumlah keterampilan. Dalam hal ini anak-anak membutuhkan relawan guru privat bahasa inggris dan sejumlah keterampilan seperti menjahit dan menyulam, tambah Pdt Ruben optimis.

Panti Asuhan Yayasan Pelita Kasih telah memiliki sekitar 20 anak-anak yang mengikuti pendidikan setiap hari. Dalam hal ini sembilan orang  mengikuti pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU), enam orang mengikuti pendidikan SMP,  2 orang SD, 2 TK dan seorang anak berumur 2, 5 tahun.

Dalam kesempatan ini Pdt Ruben Esron Purba MTh dan Pdt Lastiur boru Pasaribu juga menjelaskan kegiataan anak-anak panti asuhan setiap hari. “Pendidikan rohani lebih diutamakan untuk dipelajari secara mendalam. Disamping itu anak-anak dididik untuk menjadi sosok yang mandiri dan mengandalkan Tuhan dalam segala perkara. Kami percaya Tuhan selalu menyatakan kuasanya menolong dan mencukupkan segala keperluan kami. Itu sebabnya segala sesuatunya kami serahkan pada Tuhan saja, ujar Pdt Ruben Purba, Pdt Lastiur boru Pasaribu dan anak-anak serempak. (rahel sukatendel)

Membungkam Aksara dengan Angka

Ramadhan Batubara

Beberapa lantun yang lalu, saya sering berbicara soal angka, tepatnya pada dunia matematika. Ya, saya sering menuliskan soal 2 tambah 2 sama dengan empat; saya tuliskan ini untuk menggambarkan sesuatu sesuatu yang pasti. Nah, kini saya terpikir lagi soal itu.

Sejatinya ini tentang sebuah suara yang angin bawa, dia masuk ke dalam kuping saya, hingga membuat pusing. Suara angin itu berbunyi, “Membungkam aksara dengan angka.” Karena pusing, saya pun coba menerjemahkan itu. Lalu, muncullah pemikiran, kenapa harus dipermasalahkan, bukankah aksara dan angka itu saling berkaitan. Misalnya, pada kuitansi. Ya, di kertas kecil yang sangat itu, tertulis angka dan aksara untuk maksud yang sama bukan? Dengan kata lain, angka untuk menerangkan maksud dari aksara begitu juga sebaliknya. Poinnya, kedua hal itu saling membantu untuk menjadikan sesuatu menjadi nyata.

Tapi, saya malah terpikir pikiran lain. Begini, jika bukan di kuitansi atau kertas transaksi lainnya, bisakah angka mewakili aksara? Kasarnya, bisakah angka mewakili kata ‘malam’? Sementara, angka 99, pun bisa diwakili aksara dengan ‘sembilan puluh sembilan’. Bah! Repot juga begini, berarti posisi aksara ternyata jauh lebih hebat. Lihat saja di uang, meskipun sudah ada angka ‘5000’, tetap saja di kertas itu juga tertulis ‘Lima Ribu Rupiah’.

Jika memang seperti itu, tampaknya lucu juga. Pasalnya, angka memiliki kekuatan yang maha dahsyat di dunia ini. Ya, gara-gara terciptanya angka, maka orang berebut untuk menguasainya. Singkatnya, ketika seseorang memiliki angka yang banyak, maka dia akan lebih berkuasa; jangan salah tangkap, ini tentunya soal kekayaan yang tentunya berhubungan dengan angka.

Kenyataan ini memunculkan sebuah pertanyaan, seperti apa sejarah angka itu sebenarnya? Nah, merunut ke sejarah, dalam berbagai literatur yang ada, tak disebutkan siapa orang yang pertama kali menemukan angka-angka atau bilangan tersebut. Yang pasti, menurut Abah Salma Alif Sampayya, dalam bukunya ‘Keseimbangan Matematika dalam Alquran’ catatan angka pertama kali ditemukan pada selembar tanah liat yang dibuat Suku Sumeria yang tinggal di daerah Mesopotamia sekitar tahun 3.000 SM. Bangsa Mesir kuno menulis angka pada daun lontar dengan tulisan hieroglif, yang kemudian dikembangkan menjadi sistem hieratik. Sedangkan Bangsa Roma menggunakan tujuh tanda untuk mewakili angka, yaitu I, V, X, L, C, D, dan M, yang dikenal dengan angka Romawi. Angka ini digunakan di seluruh Eropa hingga abad pertengahan. Nah, angka modern saat ini, berasal dari simbol yang digunakan oleh para ahli matematika Hindu India sekitar tahun 200 SM, yang kemudian dikembangkan oleh orang Arab.

Begitulah sedikit sejarahnya. Secara pribadi, sebagai anak ketujuh, saya sangat menyukai angka tujuh. Bagi Anda, angka berapa yang paling disukai? Saya jamin, tidak banyak yang akan menjawab 0. Baiklah, bagi yang tidak suka 0 akan saya ceritakan sedikit soal angka ini. Ceritanya begini, dibandingkan seluruh angka yang ada (1-9), angka 0 merupakan angka yang paling terakhir kemunculannya. Bahkan, angka nol pernah ditolak keberadaannya oleh kalangan gereja. Orang yang paling berjasa memperkenalkan angka nol di dunia ini adalah al-Khawarizmi, seorang ilmuwan Muslim terkenal. Dia memperkenalkan angka nol melalui karyanya yang monumental Al-Jabr wa al-Muqbala atau yang lebih dikenal dengan nama Aljabar. Angka nol ini kemudian dibawa ke Eropa oleh Leonardo Fibonacci dalam karyanya Liber Abaci, dan semakin dikenal luas pada zaman Renaissance dengan tokoh-tokohnya, antara lain, Leonardo da Vinci (1452-1519) dan Rene Descartes (1596-1650).

Pada mulanya, angka nol digambarkan sebagai ruang kosong tanpa bentuk yang di India disebut dengan sunya (kosong, hampa). Hingga kini, angka nol memiliki makna yang sangat khas dan memudahkan seseorang dalam berhitung; puluh, ratus, juta, miliar, triliun, dll.  Sudahlah, bicara soal 0, tak akan habis-habisnya. Saat ini kita sedang berbicara soal angka secara keseluruhan. Pasalnya, ada suara angin yang mengatakan ‘Membungkam aksara dengan angka’. Ya, setahu saya, aksara lebih lengkap dibanding angka. Seperti di atas tadi, angka tak bisa mewakili aksara, namun aksara mampu mewakili angka hingga ke bilangan terkecil pun.

Sejatinya, Di masa lampau aksara diwujudkan atau digambarkan dengan cara digores atau dipahat pada berbagai bahan (media) keras seperti batu, logam (emas, perunggu, tembaga), kayu, juga bahan-bahan lunak seperti daun tal (ron-tal), atau nipah. Bahan-bahan keras seperti batu atau jenis logam tertentu (emas, tembaga, perunggu) dipakai semata karena bahan tersebut dianggap lebih tahan lama.

Segala hal itu tak lain untuk menunjukkan kalau aksara merupakan salah satu sarana yang mengantar cakrawala pengetahuan sejarah suatu bangsa. Pasalnya, ada anggapan ketika suatu bangsa mengenal aksara maka itu menandakan bangsa itu memasuki masa sejarah atau yang lebih populer disebut masa klasik. Aksara adalah istilah bahasa Sansekerta, akshara, untuk menyebut imperishable letter, words syllable, document, dan sebagainya. Istilah lain untuk menyebut aksara adalah huruf atau abjad (bahasa Arab) yang dimengerti sebagai lambang bunyi (fonem).
Dengan sejarah semacam itu, mungkinkah angka bisa membungkam aksara? Ini dia sulitnya, bukan untuk membandingkan siapa lebih hebat, aksara atau angka (bukankah di atas tadi sudah saya tuliskan kalau keduanya saling berkaitan?), tapi pada kenyataannya suara angin itu bisa saja benar; tentunya ini berbanding terbalik dengan angka yang sejatinya tak bisa mewakili aksara secara keseluruhan. Dalam kenyataan, bukan rahasia jika ada yang bagus beraksara ternyata takluk dengan orang yang berangka. Ya, ketika aksara sedemikian kuat, tapi ketika berhubungan dengan angka dia harus kalah.

Seperti ‘sekadar kata’ yang harus melawan ‘rupiah’ yang tentunya penuh dengan angka. Fiuh. Belum lagi kalau kita bicara soal dominasi angka dalam dunia peruntungan semacam togel dan sejenisnya. Aksara seakan benar-benar kehilangan makna bukan? Tapi begitulah, seperti kata Iwan Fals, “ketika kata tak lagi bermakna, lebih baik diam saja.” Angka itu sulit dilawan kawan! (*)

15 april 2011