26 C
Medan
Tuesday, December 23, 2025
Home Blog Page 15385

Taufik tak Perlu Diseleksi

SEMARANG – Mantan pebulutangkis nasional, Heryanto Arbi, mengatakan PBSI tidak perlu menggelar seleksi untuk menentukan pemain yang masuk tim Indonesia yang diterjunkan pada Piala Sudirman di Qingdao, China, 22-29 Mei 2011.

“Tidak perlu ada seleksi lagi karena kekuatan bulu tangkis kita sudah terlihat dan hanya itu-itu saja. Kalau toh diseleksi, yang muncul sebagai pemenang juga mereka,” katanya.

Menurut Heryanto, yang dua kali membela Indonesia pada perebutan piala bulu tangkis dunia beregu campuran tersebut, yang masuk tim inti adalah pebulutangkis terbaik yang dimiliki Indonesia saat ini. Ia menyebutkan, untuk tunggal putra sudah pasti terdiri dari Taufik Hidayat, Simon Santoso, dan Dionysius Hayom Rumbaka, kemudian untuk ganda putra pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan.

Kalau untuk kelompok putri, kata juara All England dua kali (1993 dan 1994) tersebut, terus terang dirinya tidak terlalu mengikuti tetapi yang penting adalah yang terbaik yang masuk tim Piala Sudirman.
“Demikian juga dengan ganda campuran. Saya kira seluruh pemain yang masuk tim inti adalah yang terbaik di Tanah Air ,” kata juara dunia 1995 itu. (net/jpnn)

Simpan HP Curian di Celana Dalam

Beginilah kalau maling masih kelas teri. Melihat polisi langsung kabur. Padahal, polisi tersebut hendak menanyakan surat-surat kendaraan, tetapi dua pemuda yang baru saja mencuri HP, malah lari terbirit-birit.

Karena lari, Polisi Lalulintas (Polantas) itupun curiga dan mengejar kedua pemuda yang belakangan diketahui bernama Eko (29) Warga Jalan Marelan Kecamatan Medan Marelan dan Putera (29), warga Jalan Perwira Kecamatan Medan Deli. Akhirnya, upaya pelarian kedua pemuda itupun gagal, mereka berhasil ditangkap.

“Ya, keduanya mau lari saat akan saya tilang, sehingga saya harus kejar-kejaran dengan mereka. Ternyata setelah tertangkap, eh rupanya mereka pencuri,” ujar Briptu Hendra personel Satlantas Polresta Medan, Minggu (3/4).
Dijelaskannya, kecurigaannya timbul karena saat ditangkap, HP curian yang disimpan di celana kolornya keluar. Saat ditanya, keduanya gugup dan mengaku kalau HP itu baru mereka curi.

Sementara, Eko mengaku, HP curian tersebut rencananya akan dijualnya demi memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan istrinya. “Saya mencurinya demi istri. Hasil penjualan HP ini akan saya berikan kepadanya,” ujar Eko. (mag-8)

Penggali Pasir Peduli DAS

TEBING TINGGI- Dalam menjaga ekosistem Sungai Padang yang menjadi kebanggaan Kota Tebing Tinggi tampaknya bisa dilakukan siapa saja. Contohnya seorang penggali pasir, Jansen Lumbantobing (38).

Warga Jalan Ikhlas Kelurahan Tanjung Marulak Kota Tebing Tinggi ini ternyata peduli dengan pinggiran Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan menanami dan menjaga tanaman produktif. Pantauan Sumut Pos di lokasi, Minggu (3/4) sore, kondisi Sungai Padang memang menyedihkan. Sungai tersebut mengalami pelebaran (abrasi) karena terkikis oleh aliran air sungai di kala banjir datang. Menurut warga setempat, pendangkalan Sungai Padang pun terlihat di kala air surut. Dulu, saat surut kedalaman sungai mencapai satu meter, sekarang kedalaman 50 centimeter. “DAS harus dijaga dengan betul, kita berbuat dengan menanami pohon produktif seperti mangga, durian, pisang dan tanaman lainnya agar bisa dimanfaatkan dan bisa mendatangkan nilai rupiah,” terang Jansen dengan polosnya.

Jansen tak lain adalh seseorang yang menggantungkan hidupnya pada Sungai Padang. Sehari-hari dirinya menggali pasir di sungai tersebut untuk dijual kepada pembeli. Nah, di sela waktu tersebutlah dirinya menyempatkan diri untuk menanami daerah pinggiran sungai dengan tanaman produktif. “Kalau tak ada kita siapa lagi yang mau menjaga kelangsungan ekosistem Sungai Padang ini. Kita rela berbuat tanpa pamrih, biarlah pahala saja yang kami terima. Kalau tak dikorek dan diambil pasirnya sungai tersebut pasti lama-lama akan menjadi daratan,” ucap Jansen.
Jansen yang didampingi teman-temannya Jali, Adi, Yetno, Niman, Mak Atan, dan Babe Manik juga menyayangkan tindakan pabrik-pabrik yang membuang limbah ke dalam aliran Sungai Padang. “Lihatlah ke sungai, lumpur mengendap dari buangan limbah industri. Mancing kita sehari pun tak ada dapat. Kalau pabrik buang limbah, kasihan kan ikan-ikan kecil pada mati,” jelasnya.

Lanjutnya, sementara air sungai tersebut masih digunakan warga pinggir sungai untuk kebutuhan seharihari seperti mandi dan mencuci. Kedepan, harap Jansen, mungkin Pemerintah Kota Tebing Tinggi harus lebih peduli dan menjaga nama kebesaran Kota Tebing Tinggi dengan Sungai Padang membela jantung kota yang bisa menjadi simbol kebesaran. (mag-3)

Sekuriti HDTI Baku Hantam

MEDAN- Petugas keamanan (sekuriti, Red) Hotel Danau Toba Internasional (HDTI) Jalan Imam Bonjol Medan baku hantam di dalam hotel, Sabtu (2/4) malam pukul 23.30 WIB. Satu petugas sekuriti terluka dan telah
membuat pengaduan ke Mapolsekta Medan Kota.

Menurut H Lubis (51) seorang petugas sekuriti HDTI mengatakan, perkelahian tersebut berawal ketika seorang Chief Security memarahi dan tak mengizinkan rekannya berada di hotel tersebut karena sudah dipecat. “Karena teman kami itu tidak merasa dipecat, kemudian dia melawan sehingga terjadi pertengkaran,” kata H Lubis.
Akhirnya, lanjut Lubis, pertengkaran itu berujung pada perkelahian. “Chief Security itu memukul teman kami. Melihat itu, beberapa sekuriti mencoba menolong, tapi Chief Security itu melawan sehingga terjadi perkelahian. Dia (Chief Security, Red) yang pertama memukul dan kami tidak terima,” tambahnya.

Sementara itu, pengacara Hotel Danau Toba International Ojak Nainggolan SH MH kepada wartawan mengatakan, yang dilakukan Chief Security sudah sesuai, karena pegawai sekuriti tersebut sudah dipecat dan ditegur, namun tidak terima dan mereka langsung mengeroyok. “Tidak dibenarkan pegawai yang sudah dipecat berada di dalam HDTI. Dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham), sudah jelas siapa pemegang saham. Namun ada 3 pihak lain yang tidak terima atas pemecetan ini,” tegasnya kepada wartawan.

Indri, GM Hotel Danau Toba International kepada wartawan di lobi hotel mengatakan, seorang pegawainya mengalami luka serius akibat dikeroyok. “Yang luka itu pegawai kita bernama Pak Rahmad. Kita sudah laporkan ini ke Polsekta Medan Kota,” tegasnya.

Kanit Reskrim Polsekta Medan Kota AKP Sangkot Simare-mare SH membenarkan kejadian tersebut. “Memang benar dan korbannya sudah buat laporan. Kasus ini sedang kita lidik dan kita sedang memintai keterangan dari saksi-saksi. Anggota sudah kita turunkan untuk melakukan pengamanan supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” ujar Sangkot Simare-mare.

Tidak berapa lama, Kapolresta Medan Kombes Pol Tagam Sinaga SH yang didampingi Kasat Intelkam Polresta Medan Kompol Ahyan tiba di HDTI. Setelah selesai bertemu dengan kedua belah pihak, Kapolresta Medan pun meninggal hotel.(jon)

Penyaluran BOS Harus Dimonitoring

Penyaluran dana Bantuan Operasional Siswa (BOS) di Medan, tidak dipungkiri masih bermasalah. Sejauh ini, secara keseluruhan sekolah swasta belum menerima alokasin dana tersebut. Seperti apa tanggapan anggota dewan terkait hal ini? Berikut petikan wawancara wartawan Sumut Pos Ari Sisworo dengan anggota Komisi B DPRD Medan Salman Al Farisi, Minggu (3/4).

Menurut Anda, apakah dana BOS tahun ini sudah tersalur secara baik ke sekolah-sekolah yang berhak menerimanya?
Dari informasi yang saya peroleh, untuk sekolah-sekolah negeri telah tersalurkan. Namun, sangat disesalkan, ada aduan dari sekolah-sekolah swasta, mereka belum menerima dana BOS tersebut. Bukan hanya satu, tapi informasi yang berkembang semua sekolah swasta belum menerima dana BOS itu.

Apakah ini menunjukkan kinerja Dinas Pendidikan tidak maksimal?
Arahnya memang ke sana. Karena, sangat disayangkan jika hal ini terjadi. Karena dari semua sisi, urgensi sekolah swasta dengan negeri tidak ada bedanya, hanya status swasta dan negerinya saja. Artinya, persoalan ini memang pada prinsipnya tidak perlu terjadi. Meskipun memang, dalam penyaluran dana BOS ke sekolah swasta mesti ada Memorandum Of Undrestanding (MoU) antara pihak sekolah dengan Pemko Medan, dalam hal ini Pemko Medan langsung melalui Wali Kota Medan Rahudman Harahap.

Dari kejadian ini, poin penting apa yang bisa diambil?
Harusnya ada kejelasan dari Dinas Pendidikan Kota Medan untuk mengkomunikasikan dengan pihak sekolah swasta. Apalagi yang menjadi pertanyaan, Medan menjadi kota pertama yang mendapat penyaluran dana BOS. Seharusnya, yang pertama bisa lebih dahulu selesai. Dan lagi, Medan juga harus jadi percontohan bagi daerah lainnya. Dengan kondisi ini, itu sama artinya Medan tidak menunjukkan kinerja yang baik.

Apa yang perlu dilakukan?
Dalam posisi ini guna mendorong percepatan penyaluran atau pendistribusian dana BOS, sebaiknya Wali Kota Medan Rahudman Harahap turun tangan langsung, guna melakukan monitoring ke sekolah-sekolah. Dengan monitoring itu, Wali Kota bisa mengambil kesimpulan, dimana yang perlu dibenahi. Dari hasil itu juga, mungkin akan memberi jawaban apakah keterlambatan penyaluran dana BOS tersebut karena perbuatan oknum atau bagaimana. Dan perlu digarisbawahi adalah persoalan dana BOS ini sangat sensitif. Karena perlu sebuah pengawasan ekstra.(*)

Rahudman: Percayakan pada Wali Kota

20 Ribu Warga Sari Rejo Siap Turun ke Jalan

MEDAN- Masyarakat Sari Rejo tidak main-main dengan rencana aksi besar-besaran, dalam rangka menuntut hak mereka, yakni sertifikat tanah. Munculnya rencana itu, karena hingga saat ini tidak ada penyelesaian yang signifikan dari Pemerintah Kota (Pemko) Medan.

Apalagi, masyarakat Sari Rejo sudah merasa jenuh dengan perjuangan mereka sejak tahun 2000 lalu, yang tak kunjung membuahkan hasil.

Sementara, Pemko Medan juga terkesan tidak pernah serius menyelesaikan masalah ini. Buktinya, dalam upaya dialog yang dilakukan selama ini, mereka merasa tidak pernah dilibatkan. Apa yang dilakukan masyarakat adalah upaya dari mereka sendiri.

Penegasan ini dikemukakan perwakilan masyarakat Sari Rejo yang tergabung dalam Forum Masyarakat Sari Rejo (Formas) kepada Sumut Pos di kediaman Ketua Formas Riwayat Pakpahan Jalan Teratai No 45, Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia, Minggu (3/4).

Riwayat yang didampingi seluruh pengurus Formas antara lain, Os Sumantri, Usman Jauhari, Piter Naiborhu, Mahyudin, Ustad Sobirin, Abyadi Siregar, O Sinaga, Sami, Saga, Wijianto, Kemto, Asep S dan Misroy menyatakan, satu-satunya yang masih dinanti oleh masyarakat adalah pertemuan antara Komisi A DPRD Sumut dengan pihak Tim Asset TNI AU, Wali Kota Medan Rahudman Harahap, Badan Pertanahan Nasional (BPN) Sumut dan Medan pada 13 April 2011 mendatang. Jika dalam pertemuan itu nantinya tidak ada kepastian penyelesaian sengketa tersebut, maka sudah bisa dipastikan rencana aksi besar-besaran akan digelar awal Mei mendatang.

“Kita masih menunggu hingga akhir April ini, dan juga masih menunggu hasil rapat Komisi A DPRD Sumut dengan semua pihak terkait. Ketika arah penyelesaian tidak ada, maka alternatif lain dan terakhir yang akan kami lakukan adalah demo besar-besaran sesuai tuntutan masyarakat Sari Rejo. Karena kami telah letih mengupayakan penyelesaian ini, kami hanya orang kecil yang seolah tidak pernah dianggap pemerintah. Untuk demo kali ini, massa yang akan turun kemungkinan akan semakin besar dari demo-demo sebelumnya. Kalau demo sebelum-sebelumnya berjumlah 10 ribu orang, mungkin ini akan mencapai 15 sampai 20 ribu orang, sejalan dengan bertambahnya penduduk Sari Rejo,” tegas Riwayat dan pengurus lainnya.

Dikatakannya, satu hal yang dituntut masyarakat tidak lain dan tidak bukan adalah hanya sertifikat tanah. “Kami tidak menuntut banyak. Kami hanya membutuhkan sertifikat. Untuk masalah ini, Wali Kota Medan Rahudman Harahap pernah berjanji saat Pilkada lalu akan segera menyelesaikan persoalan ini. Tapi nyatanya, sampai saat ini tidak ada bukti yang diberikan,” tandas Riwayat dan pengurus lainnya.

Menanggapi hal itu, Wali Kota Medan Rahudman Harahap yang ditemui Sumut Pos di rumah dinasnya di Jalan Sudirman Medan menyayangkan rencana masyarakat Sari Rejo tersebut. Karena menurutnya, dengan dilakukannya demo, secara otomatis akan semakin memperlambat proses penyelesaian masalah tersebut. “Kalau mau aksi, nanti penyelesaian ini makin lama. Serahkan semuanya sama wali kota, nanti bakal selesai itu,” tegas Rahudman. (ari)

Dishub Abaikan Zebra Cross

MEDAN- Keberadaan marka jalan, khususnya zebra cross saat ini seolah diabaikan oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Medan.

Buktinya, dari pantauan Sumut Pos di lapangan, Minggu (3/4), banyak ruas jalan yang zebra cross nya terhapus hingga tak terlihat lagi. Seperti di Simpang Mariendal, Simpang Brigjen Katamso-Deli Tua-AH Nasution, Simpang Jalan Aksara-Wahidin, dan beberapa ruas jalan lainnya.
Terkait hal itu, sejumlah warga Medan yang juga pengguna jalan mengaku cemas dengan kondisi itu. Karena, meskipun terkesan sepele tapi tetap saja bisa memberikan dampak yang tidak mengenakkan bagi pengguna jalan.
Misalnya, ketika lampu merah, dan ternyata zebra cross nya tidak ada, akhirnya menyebabkan pengguna jalan dituding melewati lampu merah tersebut saat berhenti. Dengan posisi seperti ini, membuat pengguna jalan menjadi “mangsa” petugas lalu lintas yang tengah berjaga-jaga.

“Ini seharusnya menjadi perhatian pemerintah setempat. Kalau tidak salah, ini yang membuat marka jalan dan sebagainya ini adalah Dinas Perhubungan Kota Medan. Berarti Dinas Perhubungan Kota Medan ini tidak punya perhatian terhadap ini,” ujar Sulaiman yang mengendarai Mobil Toyota Avanza BK 1158 KJ ini kepada Sumut Pos, Minggu (3/4).

Sedangkan, Alian warga Sukaramai juga menyatakan, memang masalah itu terlihat sepele karena zebra cross itu biasanya berada di depan traffic light, sehingga tidak begitu terperhatikan oleh pengendara. “Kayaknya sepele memang. Tapi meskipun seperti itu, tetap harus diperhatikanlah,” ungkap pemilik sepeda motor Supra Fit BK 6317 CC ini. (ari)

Napoli Geser Inter Milan

NAPLES-Musim ini Napoli yang diasuh Walter Mazzari benar-benar tampil mengesankan. Bahkan hingga kemarin mereka sukses menempati peringkat kedua di bawah pemuncak klasemen AC Milan.
Napoli menggeser Inter Milan usai menang 4-3 atas Lazio. Edinson Cavani jadi bintang Napoli dengan tiga golnya ke gawang Lazio.

Pertarungan sengit hadir di Stadio San Paolo, Minggu (3/4) malam WIB. Tuan rumah bahkan harus ketinggalan dua gol lebih dulu. Lazio berbalik memimpin lewat Stefano Mauri saat laga memasuki menit 29. Umpan Mauro Zarate berhasil dimanfaatkan Mauri untuk mengubah kedudukan.

Sepuluh menit memasuki babak kedua, Lazio menggandakan keunggulan. Dari bola mati, Javier Garrido mengirim bola untuk diteruskan Andre Dias. Lazio unggul 2-0.

Pada menit 60, Napoli memperkecil ketinggalan. Andrea Dossena menanduk bola ke dalam gawang Lazio saat meneruskan sebuah situasi set piece. Edinson Cavani kemudian beraksi dua menit berselang untuk bikin skor imbang 2-2. Dari jarak dekat, ia menceploskan bola dengan kepalanya.

Lazio kembali unggul pada menit 67 setelah Salvatore Aronica membuat gol bunuh diri. Namun, gol Cavani dari titik putih pada menit 82 membuat skor imbang lagi. Cavani kemudian jadi penentu kemenangan Napoli lewat golnya pada menit 88.

Hasil itu membuat Napoli menempati peringkat kedua dengan  poin 62,  hasil dari 31pertandingan. (net/jpnn)

Beda Tujuan

ALMERIA vs BILBAO

ALMERIA-Ada dua kepentingan berbeda saat Almeria menjamu Athletic Bilbao pada lenjutan La Liga  jornada ke-31 yang berlangsung di Stadion Mediterania, dini hari nanti.

Tuan rumah Almeria yang satu tingkat dari dasar klasemen berharap meraih kemenangan agar terhindar dari zona degradasi. Sementara sang tamu justru sedang merajut mimpi untuk berlada di ajang Liga Champions musim depan. Karenanya, bagi kedua tim, kemenangan merupakan harga mati yang harus diraih.

Bila mampu meraih poin maksimal atas Bilbao, maka besar kemungkinan tim yang dibesut Jose Luis Oltra merangkak  setingkat, karena sehari sebelumnya Malaga yang satu tingkat di atas mereka harus bertandang ke markas Deportivo La Coruna yang terkenal angker bagi semua tim tamu.

Menyadari peluang untuk menghindar dari zona degradasi  masih terbuka, Oltra berulang kali mengingatkan anak buahnya untuk tidak terfokus kepada Llorente seorang.

“Benar jika Llorente adalah pemain paling subur di sana (Athletic Bilbao, Red), namun perlu diingat bahwa disana masih ada sejumlah pemain hebat lainnya seperti Muniain, Gabilondo, David Lopez, Susaeta dan Toquero,” kata Oltra.

Memang, jika dilihat dari head to head secara keseluruhan, sang tamu terlihat lebih digdaya dari pada tuan rumah. Buktinya, dari sebelas pertemuan yang telah terjadi, Almeria hanya menang 3 kali, sedangkan Bilbao menang 5 kali, dengan 3 pertandingan lainnya berakhir imbang.

Mungkin apiknya rekor kandang Almeria saat menjamu Los Leones (julukan Athletic Bilbao) yang menggugah optimisme Oltra. “Dari lima pertemuan yang terjadi di sini, kami memenangkan dua pertandingan, sementara mereka hanya sekali. Semoga catatan ini membuat para pemain semakin termotivasi untuk meraih hasil maksimal,” bilang Oltra.

Di tempat terpisah Joaquin Caparros, entrenador Athletic Bilbao mengatakan bahwa, bagi timnya seluruh pertandingan tersisa merupakan laga final. “Tim ini tidak pernah terdegradasi, namun juga tidak pernah memenangi gelar tertinggi sepak bola Eropa. Fans ingin kami mengakhiri catatan itu. Mereka ingin kami tampil di ajag Liga Champions dan memenanginya,” bilang Caparros.

Sesungguhnya modal Caparros untuk mengalahkan Almeria sangat besar. Selain memiliki materi pemain yang lebih baik, pada tiga pertemuan terakhir di antara kedua tim, Bilbao pun selalu tampil sebagai pemenang. Bahkan pada lawatan ke Meditterania musim lalu, Llorente dkk  jugua menang  4-1.

“Musim lalu kami bermain sabar. Kami tidak goyah meski mereka terus menekan. Ketika mereka mulai terfokus, di saat itu kami melakukan counter attack untuk membobol gawang mereka sebanyak empat kali. Artinya, kami masih ingat bagaimana cara mengalahkan mereka,” bilang Javi Martinez, playmaker Athletic Bilbao.
Terkait pemain paling berbahaya di kubu tuan rumah, Martinez menyebut nama Crusat, Piatti dan Jose Ulloa. Menurutnya, ketiga pemain ini mampu mengatur ritme permainan.
“Kami akan mengunci pergerakan ketiganya. Strategi ini berhasil kami jalankan saat kami mengalahkan mereka dengan skor 1-0 pada pertemuan pertama di San Memes, November  lalu,” pungkas Marti-nez. (jun)

Antara Hobi dan Keprihatinan

Mengabadikan Momen di Tengah Eksotisme Bangunan Tua

Sebagai ibu kota provinsi, Kota Medan memiliki perjalanan sejarah yang sangat menarik. Begitu juga beberapa bangunan tua yang terdapat di pusat kota kerap menjadi objek di bidang fotografi.

Indra Juli, Medan

Seperti yang terlihat di Jalan Hindu Medan, Minggu (3/4). Tampak beberapa kelompok remaja begitu serius dengan peralatan fotonya. Membidik seorang wanita yang berperan sebagai model di masing-masing kelompok. Mencoba mengabadikan momen-momen terbaik di tengah eksotisme dari keberadaan bangunan-bangunan tua tadi.

Satu kelompok yang lebih rame memilih lokasi di bawah bangunan tua yang bersebelahan dengan warung kopi Jalan Hindu yang juga pelatihan senam yoga. Di bawah bimbingan Firman (35), Yogi, Doni, Erfan, dan Dicky membidikkan kameranya kepada sang model.

Setelah itu mereka memperhatikan hasil bidikannya. Untuk hasil yang kurang baik segera dibuang dan dilanjutkan dengan hasil yang lebih baik lagi.

“Penyesuaian pencahayaan akan sangat menentukan hasil jepretan,” pesan Firman yang disambut Yogi dkk.
Sedikit masukan dari sang mentor pun membuat mereka kembali sibuk dengan kameranya. Sedikit mengutak-atik untuk mendapatkan settingan yang pas sebelum membidik kembali sang model yang sudah siap dengan fosenya. “Akhirnya bisa juga,” ucap Doni atas karyanya.

Doni yang juga pelajar di satu SMA swasta di Medan mengaku menyukai fotografi. Dengan kamera Canon 550 D, Doni bersama ketiga temannya kerap menggelar foto sesion di berbagai belahan Kota Medan. Sebagai objek mereka pun mengajak Nia (16) untuk menjadi modelnya. Namun sebagai seorang pemula mereka pun meminta Firman untuk menjadi mentor pada sesi foto sore itu.

Ya, kelompok ini merupakan pelatihan sebagai fotografer. Meskipun tidak berdiri secara formal mereka memiliki jadwal yang tetap. Begitu pun untuk objek foto yang disesuaikan dengan jadwal. “Hitung-hitung refreshing sambil belajar, Bang,” ucap Nia yang mengaku bercita-cita menjadi model ini.

Sementara tidak jauh dari Firman dkk, kelompok lain terlihat lebih rileks. Hanya dua fotografer; Roni (20) dan Erwin (19). Sebagai model ada Rini (17). Kepada Sumut Pos ketiganya mengaku hanya ingin menambah dokumentasi mereka mengenai bangunan tua di Kota Medan. Begitu juga dengan kelompok di persimpangan Jalan Hindu yang tidak jauh berbeda dari Roni dan Erwin.

“Tidak lah, kita tidak serius seperti fotografer. Sekedar foto-foto saja untuk dokumentasi. Kalau ada yang bagus di upload di facebook,” tutur Erwin.

Pemandangan tadi pun menjadi perhatian masyarakat yang lewat. Bahkan beberapa terlihat sengaja memarkirkan kendaraannya untuk melihat kegiatan para remaja tadi. Meskipun setelah mengetahui warga tadi hanya tersenyum dan berlalu. “Oh saya pikir tadi entah apa. Tapi memang sering sih pemandangan seperti ini. Apalagi ada gedung-gedung tua kan. Sayang saja pemerintah kurang memperhatikan,” ketus seorang warga, Siregar (43).

Ya tak diragukan lagi bagaimana keberadaan bangunan tua di Jalan Hindu Medan sangat memprihatinkan. Sekalipun beberapa masih dipakai sebagai kantor tapi lihatlah kondisinya, hancur, kumuh dan berkesan kumal tak terurus. Sebagian lagi sudah berpindah ke tangan penduduk umum dan bangunan aslinya sudah dirombak total.

Dan sekali, lagi lihatlah dengan baik! Jadi bingung juga, apakah ini bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pendahulunya? Entahlah. Yang jelas saat ini kota Medanku sedang berbenah menjadi kota yang metropolis, namun sayangnya mengorbankan asset bersejarah terutama bangunan tuanya, seolah semua memang harus tergilas oleh modernisasi. Uang sudah banyak merubah sifat dan hati manusia, barangkali rasanya. (*)