26 C
Medan
Thursday, December 25, 2025
Home Blog Page 15412

Perjuangan Jatah Saham Inalum

10 Kabupaten-Kota Temui DPD RI

JAKARTA-Upaya mendapatkan jatah saham di PT Inalum pasca 2013 terus dilakukan. Kemarin, (29/3), perwakilan dari Pansus PT Inalum yang dibentuk DPRD Sumut, 10 kabupaten/kota yang ada di sekitar Danau Toba, dan Pemprov Sumut, berbondong-bondong ke Dewan Perwakilan daerah (DPD).

Mereka diterima Wakil Ketua DPD Gusti Kanjeng Ratu Hemas dan empat anggota DPD asal Sumut, Rudolf M Pardede, Rahmat Shah, Parlindungan Purba, dan Darmayanti Lubis di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
Kompak, mereka mendesak kontrak Inalum tak diperpanjang lagi. Selanjutnya, dikelola sendiri dan mereka minta agar Pemprov Sumut dan 10 kabupaten/kota memperoleh golden share atau porsi saham PT Inalum pasca- take over.Pansus PT Inalum DPRD Sumut mendukung aspirasi masyarakat Sumut agar Pemerintah Indonesia menasionalisasi PT Inalum setelah masa perjanjian induk berakhir. “Kita harus take over tahun 2013,” ujar Ketua Pansus PT Inalum DPRD Sumut, Bustami HS, yang membaca rumusan Pansus PT Inalum DPRD Sumatera Utara.
Menasionalisasi PT Inalum dan pengelolaannya melibatkan daerah sebagai opsi terbaik, karena hasil evaluasi Pansus PT Inalum DPRD Sumut, membuktikan bahwa PT Inalum, yang beroperasi kurang lebih 28 tahun, kurang bermanfaat bagi Indonesia, terutama masyarakat dan daerah di Sumut.

Dijelaskan, pemerintah 10 kabupaten/kota dan pemerintah provinsi tidak menerima revenue, kecuali kabupaten tertentu menerima royalti (annual fee dan environmental fee) yang relatif tidak signifikan terhadap penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) masing-masing. “Ada manfaatnya, tapi sikit-sikit (sedikit),” ujar Wakil Walikota Tanjungbalai Rolel Harahap. Pernyataan Rolel dibenarkan Ketua DPRD Tanjungbalai Romay Noor dan Ketua DPRD Toba Samosir Sahat Panjaitan.

Malahan, Wakil Bupati Toba Samosir Liberty Pasaribu dan Ketua DPRD Toba Samosir Sahat Panjaitan menyatakan, selama beroperasi tersebut PT Inalum tidak mengalirkan listrik ke desa-desa di sekitar turbin pembangkit listriknya. “Di atas Danau Toba, ada turbin mereka. Bayangkan, 640 MW listrik mengalir hanya buat mereka, tidak dialirkan ke desa sekitarnya. Kalau PT Inalum untuk kita, tidak padam listrik di Sumatera Utara. Sebetulnya, pembangunan buat siapa?” cetus Sahat.

Karena lokasi PT Inalum di Kabupaten Batubara, Bupati Batubara OK Arya Zulkarnain dan Ketua DPRD Batubara Selamat Arifin menyatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Batubara mengantisipasi akhir masa perjanjian induk tersebut. “Kalau tidak diawasi, Jepang bisa masuk lagi, menguasasi saham dan manajemennya,” tukas Arya. (sam)

Sabu Rp2,1 Miliar Dalam Tas Jinjing

TANGERANG-Upaya penyelundupan narkoba kembali digagalkan petugas Pengawasan dan Pelayanan, Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta (Soetta). Kali ini, seorang perempuan Warga Negara (WN) Kenya, Pamila Nkirote (37) dibekuk lantaran membawa 100 butir kapsul berisi methamphetamine atau sabu-sabu seberat 1.460 kilogram. Narkoba itu dia sembunyikan di tas jinjing.

Selain membekuk Pamila plus sabu-sabu Rp2,1 miliar di Terminal 2 D kedatangan, petugas juga menangkap seorang wanita  WN Indonesia berinisial RT dan dan seorang pria WN Kenya berinisial DT. Keduanya dibekuk petugas lantaran menerima barang haram  tersebut di salah satu hotel di Jakarta.

Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandara Soetta,  Iyan Rubiyanto menyatakan penumpang pesawat Emirates nomor penerbangan EK 353, rute Dubai-Jakarta itu ditangkap, Jumat (25/3) pukul 23.00 WIB. Terungkap upaya penyelundupan itu, berawal kecurigaan tim customs tactical unit (CTU) terhadap gerak-gerik Pamila saat turun dari pesawat. Petugas yang curiga melakukan pemeriksaan terhadap tas jinjing warna hitam milik pelaku dengan X-ray. Hasilnya, di sela-sela lapisan luar dan dalam tas  terdapat butiran kapsul berisi kristal bening. (gin/jpnn)

Menjambret, Polisi Diamuk Massa

Banda Aceh – Apa jadinya kalau polisi yang harusnya jadi penegak hukum, malah menjadi penjambret. Di Banda Aceh, oknum polisi diamuk massa karena menjambret pemotor perempuan. Dia kini terancam dipecat. Oknum polisi ini adalah Briptu IR, seorang polantas. Aksi IR menjambret dilakukan Senin (28/3) malam pukul 21.30 WIB.

Menurut Kapolresta Banda Aceh Kombes Pol Armensyah Thay pada wartawan, Selasa (29/3/11), IR membuntuti perempuan bernama Rosidah (24). Lokasi kejadian saat itu di Desa Blang Oi, Meuraksa, Banda Aceh.
“Korban sedang pulang ke rumah,” kata Armensyah.

Di kawasan Desa Blang Oi itu, IR memepet Rosidah dan langsung merampas tas yang sedang disandangnya. Kemudian, IR langsung tancap gas meninggalkan Rosidah. Sial bagi IR, karena terlalu ngebut, dia malah tergelincir jatuh. Rosidah berteriak-teriak ada jambret. Warga langsung mengepung IR.

“Dia lalu diamuk massa,” cerita Armensyah.

Menurut Armensyah, karena perbuatannya itu, IR dipastikan bakal dipecat dengan tidak hormat dari kepolisian. “Di samping proses hukumnya tetap berjalan,” katanya.(net/jpnn)

Untung Ada Wartawan

KALAU tidak melayani wawancara wartawan, bisa jadi kemarin (29/3) Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro harus bolak-bolak ke Kantor Presiden dalam rentang waktu hanya setengah jam. Ceritanya, dia baru saja selesai mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang memberikan pernyataan resmi RI seputar krisis di Libya tepat pukul 10.00.

Nah, seusai pernyataan presiden, Purnomo bermaksud meninggalkan istana untuk melanjutkan aktivitas lain. Seperti biasa, wartawan memanfaatkan kesempatan itu untuk mewawancarai dia.  Saat itulah ajudannya menginformasikan adanya “panggilan” dari presiden untuk ikut menerima Menlu Australia Kevin Rudd. “Pak, diminta masuk lagi (ke Kantor Presiden), mendampingi presiden,” bisik si ajudan lantas menyampaikan pertemuan akan dimulai pukul 11.00.
Spontan Purnomo menarik lengan jasnya untuk melihat jam tangan. “Untung ada kalian (wartawan, Red),” celetuknya setelah mendapati jarum jamnya menunjuk pukul 10.30. “Kalau nggak, saya sudah kabur,” ujarnya. Akhirnya, Purnomo pun balik kanan kembali berjalan menuju Kantor Presiden. (fal/c5/nw/jpnn)

Selly Menipu Karena Dicerai Suami

JAKARTA-Parasnya lumayan cantik, tutur katanya pun begitu santun. Tetapi, dibalik sikap feminimnya itu  siapa sangka, Selly Yustiawati (27), warga asal Jakarta Selatan ini merupakan buronan tiga kepolisian daerah (Polda).
Perempuan satu orang anak ini masuk dalam Daftar Pencarain Orang (DPO) sejak tahun 2010 lalu. Ia dicokot pada Sabtu (26/3) lalu. Menariknya, saat digrebek anggota Reskrim Polsek Denpasar Selatan, Selly sementara berada bersama pacarnya, Bima yang disebut-sebut anak seorang perwira TNI. Hanya saja, pascapenangkapan itu, orangtua Bima langsung menjemputnya. Sementara, Selly dikerangkeng ke Mapolsek Densel.

Ditemui Senin (28/3) kemarin, Selly mengaku tiba di Bali sejak Kamis (24/3) lalu. Tujuannya yakni semata-mata untuk berlibur bersama sang arjuna, Bima. Hal itu ia lakukan, lantaran keluarga sang arjunannya tidak merestui jalinan cinta mereka.

Terkait kasus penipuan yang dilakoninya terkuak, kata Selly, ia acap bersembunyi di sejumlah daerah. Bahkan, ia sampai memilih kos, ketimbang pulang ke rumah orangtuannya. “Saya memilih kos, orangtua juga tidak tahu keberadaan saya pasca saya dilaporkan,” ungkapnya lantas mengusap air matanya.

Ia pun mengaku menyesali perbuatannya. Perempuan yang mengaku janda beranak satu (memiliki anak perempuan berusia 4 tahun) ini menuturkan. Penyebab ia menjadi penipu lantaran ditinggal oleh sang suami.

“Pasca bercerai dengan suami, saya tidak memiliki pekerjaan tetap,” akunya. Untuk diketahui, perempuan yang mengaku pernah bekerja di Kompas ini menikah pada tahun 2004. Sayangnya, dalam membina rumah tangga, ia acap terlibat pertengkaran dengan sang suami. Klimaksnya, keduanya akhirnya memutuskan berpisah pada tahun 2007 silam.

Menurut dia, percerain itu ditempuh lantaran tidak kuat hidup dengan sang suami yang saat  itu masih kuliah. Selly sendiri merupakan lulusan sarjana komunikasi. Ia angkatan tahun 2000. Ia juga membantah jika setiap kali beraksi mengaku-ngaku sebagai wartawan Kompas.

“Tidak benar, saya tidak pernah ngaku-ngaku seperti itu,” bantahnya. Ia hanya mengakui bahwa sempat menjadi karyawan di Kompas pada tahun 2009. “Tapi di bagian penerimaan surat,” akunya dengan mimik sedih sembari mengakui bahwa ada rekan kerja di Kompas sebanyak enam orang yang menjadi korban, tetapi sudah diselesaikan perkarannya secara kekeluargaan.(dot/jpnn)

Kurang Bukti, Berkas Cirus Dikembalikan

JAKARTA – Upaya penyelesaian kasus mafia hukum dengan tersangka Cirus Sinaga dipastikan molor. Sebab, kemarin (29/3) Kejaksaan Agung mengembalikan berkas perkara Cirus ke penyidik Mabes Polri (P-18). Alasannya ada barang bukti yang harus dilengkapi.

“Prinsipnya ada persyaratan formal dan material yang belum dipenuhi oleh penyidik,” kata Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung, Noor Rachmad di kantornya, kemarin (29/3).

Dia lalu merinci persyaratan yang harus dipenuhi penyidik. Syarat formal yang dirasa kurang adalah ada ketentuan pasal yang disangkakan kepada Cirus belum ada KUHP. Selain itu, beberapa saksi tercantum dalam resume, namun ternyata tidak tercantum dalam berita acara pemeriksaan.

Selain itu yang tak kalah penting adalah sebagian pasal yang disangkakan belum didukung dengan fakta perbuatan dan barang bukti. “Nah, karena itu (berkasnya) kami kembalikan,” kata Noor Rachmad.
Seperti yang diketahui, Cirus yang merupakan jaksa senior itu diancam dengan pasal 5, pasal 12 UU No 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi dan pasal 3, pasal 6 UU No 15 Tahun 2002, tentang Tindak Pidana Pencucian uang.

Pengembalian berkas Cirus itu tercantum dalam surat bernomor B-734/F.3/Ft.1/03/2011 tanggal 28 Maret 2011 yang ditandatangani Dirtut Pidsus. “Pada prinsipnya kami sudah diambil sikap tapi suratnya memang belum diluncurkan sampai sekarang,” kata dia.

Noor Rachmad kembali menegaskan pengembalian berkas tersebut bukan upaya untuk mengulur-ulur waktu penyelesaian perkara Cirus. Dia menegaskan bahwa apa yang dilakuan pihaknya sudah sesuai dengan prosedur yang berlaku. Bahkan, seseuai rencana sebelumnya, jaksa yang menangani kasus Cirus dalam waktu dekat akan mengundang para penyidik mabes polri. Nah, dia pun menjelaskan bahwa pertemuan tersebut nantinya akan dilangsungkan di gedung Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) atau yang lebih dikenal dengan gedung bundar. (kuh)

KPK Siap Tuntaskan Kasus Bansos

JAKARTA-Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memuji Kepala Kejaksaan Tinggi Sumut (Kajatisu) Sution Usman Adji. Pujian disampaikan terkait dengan statemen Sution yang menyebut akan menyerahkan pengusutan kasus dugaan penyelewengan anggaran pos bantuan sosial di APBD Pemprov Sumut ke KPK.

“Ya bagus kalau diserahkan. Tapi sebenarnya konteksnya koordinasi ya. Dan selama ini koordinasi dengan Kejati Sumut sudah bagus,” ujar Wakil Ketua KPK Haryono Umar kepada Sumut Pos di Jakarta, kemarin (29/3).
Haryono mengatakan, koordinasi KPK dengan kejatisu sudah dilakukan jauh hari, ketika mulai pengusutan perkara dugaan korupsi APBD Langkat yang menjerat Syamsul Arifin. Jika kasus yang baru ini memang ada indikasi kuat terkait lagi dengan Syamsul, menurut Haryono, memang lebih baik ditangani saja oleh KPK. “Ya biar kita yang tangani sekalian. Karena toh koordinasi antara penyidik kita dengan penyidik Kejati Sumut, sudah bagus. Tinggal melanjutkan saja,” terang Haryono.

Dikatakan Haryono, jika selama ini kasus dugaan penyelewengan dana bansos di Pemprov Sumut itu sudah pernah ditangani Kejati Sumut, maka itu akan memudahkan proses pengusutan oleh KPK. “Karena datanya sudah sedikit matang. Kita tinggal meneruskan saja,” kata Haryono. Bisa saja, kata Haryono, nanti pola koordinasinya sama dengan penanganan kasus Langkat. Pentolannya ditangani KPK, yang level anak buah ditangani Kejati. Sebagaimana diketahui, KPK juga sedang melakukan penyelidikan kasus ini. Selain pernah mengobok-obok Kantor Gubernur, bulan lalu KPK juga meminjam ruangan di BPK Sumut untuk melakukan pemeriksaan pejabat Pemprovsu.

Sution Usman menyebutkan, dugaan korupsi dana bansos Pemprov Sumut itu ditengarai melibatkan, Syamsul Arifin, Gubsu nonaktif yang tersangkut dugaankorupsi APBD Langkat dan sedang ditangani KPK. “KPK akan mengambil alih penyidikan  karena banyak bantuan Bansos Pempropsu yang diduga melibatkan Syamsul Arifin, untuk memulangkan dana kas Pemkab Langkat,” tegasnya.(sam)

14 ABK Pingsan Usai Makan Ikan

MEDAN-Awak kapal MV Nhuttao, Senin (28/3) sekitar pukul 20.30 WIB mendadak heboh. Pasalnya, 14 orang anak buah kapal (ABK) kapal muatan besi asal Singapura yang bersandar di dermaga 201 Pelabuhan Belawan tiba-tiba pingsan.

Mereka terpaksa dilarikan ke kantor kesehatan kelas I Medan di Jalan Veteran, Belawan. Dari dugaan sementara sebanyak 14 ABK asal Vietnam itu keracunan akibat mengkonsumsi ikan kakap yang mereka beli di tengah laut pada saat mau menyandar ke Pelabuhan Belawan. Dari 14 ABK yang pingsan 2 orang masih kritris dan terpaksa menjalani perawatan medis.

ABK asal Vietnam yang keracunan adalah, Dang (29), Tran (26), Nguyen (37), Tran Duc (40), Ngo (38), Nguyen Van (39), Trann Duc Phi (25), Bui (27), Tran Dinh (38), Huynh (38) dan Ngo Thanh (23) dan yang kritis masih menjalani rawat inap adalah Nguyen Phu Cuong (38) dan Tran Van Khoa (24).

Ketarangan yang berhasil dihimpun POSMETRO MEDAN (grup Sumut Pos) di klinik kantor kesehatan kelas I Medan menyebutkan, sebelum kapal muatan besi itu bersandar di Pelabuhan Belawan, para awak kapal sempat membeli ikan di tengah laut dari salah satu nelayan.

Setibanya di Pelabuhan Belawan, ikan yang mereka beli itu meraka masak untuk makan malam.
Pada saat makan malam tiba, para ABK makan dengan sajian ikan kakap yang mereka beli. Setelah usai santap malam, para ABK mengalami mual-mual dan muntah hingga jatuh pingsan. (ril/smg)

Kerugian Diduga Tembus Rp100 Miliar

Penggelapan Dana Nasabah Citibank Oleh Malinda

JAKARTA-Penyidi k Direktorat II Ekonomi Khusus bareskrim Polri terus mengembangkan kasus penggelapan dana nasabah Citibank yang dilakukan oleh Malinda Dee (MD). Mantan senior manager itu diduga menilap lebih dari Rp17 miliar dan bisa mencapai Rp100 miliar. Pasalnya, polisi juga meyakini banyak nasabah korban Malinda yang belum melapor.

“Itu (Rp 17 miliar, Red) memang sementara. Ini kan masih dikembangkan, bisa saja lebih,” ujar Direktur II Ekonomi Khusus Bareskrim  Brigjen Pol Arief Sulistyanto pada Jawa Pos (grup Sumut Pos) kemarin. Selain mencari aset yang diduga hasil penggelapan, penyidik juga memburu komplotan Malinda.

Arief yakin para nasabah yang jadi korban Malinda akan melapor. “Itu akan memudahkan penyidikan dan mempercepat pengungkapan,” katanya.

Dengan alasan rahasia penyidikan, Arief menolak membeber  apa saja aset-aset Malinda. “Kalau  berkas sudah lengkap, nanti kita gelar. Sabar saja,” kata mantan koordinator staf pribadi Kapolri ini.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Anton Bachrul Alam menjelaskan, mobil Hummer H-3 yang disita penyidik bukan milik Malinda. “Itu milik suaminya AG,” kata Anton. AG adalah artis Andhika Gumilang yang pernah bermain di beberapa sinetron dan film horor.

Polisi sudah memeriksa Andhika sebagai saksi. “Dia punya apartemen dan mobil dari MD, penyidik sedang mengembangkan peranannya,” kata mantan Kapolda Jatim ini.

Sumber Jawa Pos menyebut, Malinda diduga meraup dana nasabah hingga puluhan miliar. “Bahkan bisa ratusan,” katanya kemarin. Hal itu belum terungkap karena memang belum ada laporan dari nasabah lain yang jadi korban.
“Aset Malinda banyak sekali. Ada apartemen di Capital Residence, apartemen untuk anak pertamanya di Australia, mobil Range Rover Sport, Ferrari,” kata perwira muda ini.

Mobil Range Rover Sport dipakai anak bungsunya yang usianya baru 16 tahun. “Untuk mobil Ferrari masih dicari,” tambahnya.

Sebagai seorang mantan petinggi Citibank, duit Rp17 M bagi Malinda bisa dibilang kecil. “Sementara ini, modusnya adalah dengan blanko-blanko investasi kosong. Nasabah percaya tanda tangan untuk mencairkan dana , tapi uangnya tidak diinvestasikan,” katanya. Malinda di Citibank menangani klien kakap dengan aset minimal Rp500 juta. (rdl/nw/jpnn)

Gosong Disengat Listrik

SIANTAR- Dua tukang cat yang sudah 10 hari mengecat Apotik Bersama, Jalan Sutomo simpang Jalan Vihara, Kelurahan Dwikora, Siantar Barat tersengat listrik saat mengangkat tangga dari lantai 3 menuju lantai 4 Selasa (29/3) sekira pukul 10.30 WIB.

Akibatnya, Jhonny (50) warga Jalan Serdang, Kelurahan Banjar, Siantar Barat itu mengalami luka gosong pada sebagian tubuhnya.  Sedangkan Sri Wagianto alias Anto (40) yang menetap di kawasan Jalan Dr Wahidin, Gang Karya Islam, Kelurahan Melayu, Siantar Utara terlihat lebih ringan kondisinya.

Peristiwa berawal saat kedua pekerja borongan ini baru saja mengecat bagian luar dinding lantai 3 bangunan ruko tersebut.

Maksudnya mereka hendak pindah kerja ke lantai empat dan akan menaikkan anak tangga yang terbuat dari besi menggunakan tali. Namun saat sedang memegang tangga yang panjangnya diperkirakan panjangnya 4 meter tersebut, diduga salah satu sisi tangga mengenai kabel induk bertegangan tinggi tak berapa jauh dari dinding ruko. Akibatnya, keduanya kontak dan tubuhnya dialiri listrik .

Beruntung kejadian ini hanya berlangsung dalam kisaran 3-5 menit saja, dan kedua korban tidak trerpental jatuh ke bawah.

“Tadi kami ngecat dan mau pindah ke lantai empat. Jadi tangga kami naikkan. Belum lagi tangga naik dan masih gantung, tiba-tiba kami kesetrum. Yang pertama memang Jony yang kesetrum, terus mau kutolong, ternyata aku jadi kena juga,” kata Anto di UGD RSUD Dr Djasamen Saragih.

Ditambahkannya, ia dan Jhonny memang sudah bekerja sejak 10 hari lalu di ruko tersebut. “Memang aku yang borong kemarin dan perjanjiannya kami akan di bayar 4,7 juta jika sudah selesai mengecat sekeliling ruko. Udah mau selesainya itu, tinggal dinding lantai 1 aja nanti terakhir, tiba-tiba ada kejadian ini pula,” tambahnya. (hez/jpnn)