25 C
Medan
Saturday, December 20, 2025
Home Blog Page 15592

Ratusan Unggas Mati Mendadak

LUBUK PAKAM- Belakangan ini tercatat ratusan ekor ayam milik warga di Kecamatan Lubuk Pakam dan Desa Lama Kecamatan Pancurbatu mati mendadak. Diduga, peristiwa itu ada kaitannya dengan serangan flu burung.
Kadis Kesehatan Deli Serdang, dr Masdulhaq Siregar SpOG MHA mengatakan, untuk mengatasi serangan virus yang mematikan itu, ada dua strategi penanganan yang dilakukan lintas instansi, pertama penanganan terhadap ternak ayam oleh Dinas Pertanian. Tujuannya untuk membatasi peredaran ayam yang diduga terjangkit virus H5N1. Tahapan kedua, Dinas Pertanian melakukan pemeriksaan terhadap ayam yang sudah terindikasi flu burung untuk dimusnahkan.

Lalu, Dinas Kesehatan mengemban tugas mengecek serta memperiksa kesehatan manusia yang pernah bersentuhan langsung kepada ayam yang mati secara mendadak itu. pemeriksaan kesehatan terhadap manusia mutlak dilakukan.”Hingga saat ini, belum ada tanda-tanda virus itu menyerang manusia,”bilangnya.

Untuk memantau perkembangan virus yang dapat menyerang manusia ini, Dinas Kesehatan Deli Serdang bersama Dinas Kesehatan Sumut membuka posko kesehatan selama dua pekan ke depan. Digelarnya posko kesehatan selama dua pekan kedepan untuk memantau perkembangan kesehatan warga di dua desa tersebut.

“Soalnya massa inkumasi virus ini selama dua pekan. Bila dua pekan tidak ditemukan gejalanya, posko ditutup,” bilang Dr Masdulhaq Siregar. Untuk mendukung posko itu, Dinas Kesehatan telah menyediakan stok obat-obatan serta kebutuhan yang akan digunakan dalam penanganan serangan virus flu burung. Selain menyediakan obat-obatan, posko tersebut akan menyediakan pegawai penyuluhan kepada warga sekitar ditemukanya ayam yang mati mendadak.

Di tempat terpisah, Kasi Trantib Kecamatan Pancur Batu Wakil Karo-karo mengatakan, sejauh ini ada 10 ekor ayam milik masyarakat, bukan dipeternakan ditemukan mati mendadak. Kemudian, petugas sudah mengambil sampel ternak tersebut, namun belum diketahui hasilnya,” ungkap Wakil Karo-karo.

“Ini merupakan hasil temuan kita di lapangan, Kepala Desa saja tidak tahu dengan temuan kita ini. Dan laporan warga yang hewan peliharaannya diduga terkena flu burung hingga mati belum ada kita terima,” ucap Wakil lagi.
Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Chandra Syafei mengatakan, timnya yang diterjunkan ke lapangan melakukan surveillance, pengamatan apakah ada menjangkiti manusia.

Tetapi sejauh ini belum ada ditemukan pada manusia. Tim kesehatan akan memeriksa warga yang memiliki tanda-tanda terkena flu burung, misalnya demam.

Kepala UPT Kesmavet Dinas Perternakan dan Kesehatan Hewan Sumut, Drh Nurdin  mengatakan, akibat unggas mati langsung menindak lanjuti seperti membakar bangkai ayam dan itik yang tewas. Kemudian, pihaknya juga melakukan setrillisasi dengan penyemprotan di sekitar lokasi atau kandang unggas yang mati untuk membasmi hama dan bakteri (desinfektan). Kemudian N1H1 sangat rentang saat perngantian cuaca terutama bagi daerah yang endimis yang padat unggas seperti Deli Serdang, Tebing, Tapsel dan Serdang Bedagai.(mag-1/btr/mag-7)

Tersangka Pencangkul Ibu dan Ayah Ditangkap

LUBUK PAKAM- Masih ingat peristiwa pencangkulan yang dilakukan Wulan, terhadap kedua orangtuanya di Desa Tumpatan Kecamatan Beringin? Selasa (22/2), Wulan yang sudah pisah dengan suaminya itu, ditemukan sedang jalan-jalan di Desa Aras Kabu, Kebun Kelapa, Kecamatan Beringin, tak jauh dari kediaman orangtuanya.

Warga yang melihat Wulan langsung menghubungi petugas Polsek Beringin, soalnya warga takut menyapa Wulan. Kemudian, aparat Polsek Beringin meluncur ke lokasi yang sebelumnya juga telah mendatangi kediaman orangtua Wulan untuk berkoordinasi.

Lalu Asdi Wirawan abang Wulan ikut ke lokasi. Di sana Wulan dibujuk untuk diboyong ke Mapolsek Beringin. Tetapi Wulan menolak. Kemudian dibujuk kembali dengan alasan hendak membesuk ibunya ke RSU. ”Dibujuk berulang-ulang akhirnya Wulan menurut,” kata Kapolsek Beringin, AKP Pantas Sinaga.
Nah, di Mapolsek Wulan sempat diperiksa petugas. Tetapi, karena tidak bisa ditanyai, akhirnya pemeriksaan dihentikan. Selama di Mapolsek Wulan didampinggi abangnya Asdi Wirawan.

AKP Pantas menuturkan sejauh ini mereka belum menemukan motif pencangkulan yang dilakukan Wulan kepada Sukarnen dan Nurhayati dan Wulan dikirim ke Rumah Sakit Jiwa. Wartawan koran ini berkesempatan bertanya kepada Wulan. Sejumlah pertanyaan yang dilontarkan dijawab, lalu wartawan koran ini memberikan uang Rp5.000. “Untuk apa uangnya. Kan tidak cukup uangnya ini,” katanya. Kemudian wartawan koran ini memberikan kembali uang Rp2.000. “Gak cukup, seratus ribulah,” katanya.(btr/mag-1)

2 Granat Tua Ditemukan

LUBUK PAKAM- Sebuah granat nanas tua ditemukan di Sungai Kualanamu, oleh Aswandi Damanik (42) alias BG saat menjala ikan bersama teman-temannya, Arif, Endut serta Eky, Selasa (22/2) sekira pukul 13.00 WIB.
Granat yang diduga masih aktif itu, ditemukan ketiganya tepat dibawa tanggul Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kelurahan Kampung Syahmad. Aswandi bersama ketiga warga kelurahan Kampung Syahmad, Kecamatan Lubuk Pakam.
Sebelum menemukan granat dengan berat sekira 7 ons serta ukuran segengam kepalan tanggan orang dewasa itu, Aswandi bersama tiga temannya masih sempat menjala ikan. Bahkan lokasi ditemukanya granat nanas itu, telah berulang-ulang dilewati.
Saat ditemukan Endut melemparkan jala. Jala tersangkut dan Endut turun ke dalam air. Ketika diperiksanya, tangganya menyentuh benda dari besi selanjutnya mengangkatnya. Ternyata yang ditemukanya granat, dan spontan ketiganya ketakutan serta naik ke atas tanggul. “Teman-teman saya teriak bilang ada granat, kemudian saya ambil tetapi mereka ketakutan,” bilang Aswandi yang keseharianya berprofesi sebagai tukang becak bermotor itu. Granat tua yang ditemukan itu, memiliki cap tanda bintang yang terletak pada bagian bawahnya. Meski telah ditutupi karat, alat pemicunya masih terkunci baik. Meski menemukan granat, Aswandi tidak langsung melaporkanya ke pihak kepolisian. Malah sempat di bawa ke warung di Jalan Kartini Kelurahan Lubuk Pakam III sebelum di diserahkan kepada Serma A Nurcholic anggota Koramil Lubuk Pakam.
Sementara itu, Sunarti (35) warga Desa Laubaleng, Kecamatan Laubaleng juga menemukan granat saat membersihkan rumahnya. (btr/wan)

Setiap Bulan, 5 Bocah di Langkat Dicabuli

Setengah Tahun Ditunjuk Menjadi Kabupaten Layak Anak

Tragis. Aksi pencabulan di Kabupaten Langkat sungguh mengkhawatirkan. Pasalnya, aksi pencabulan atas anak di bawah umur, menelan korban 5 bocah setiap bulannya.

Aksi pelecehan seksual terhadap anak ini, menempati urutan kedua dari sekian banyak kasus berkaitan tentang anak di Kabupaten Langkat.

Dari jumlah kasus pelecehan seksual terhadap anak diperoleh di Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Langkat saja, Selasa (22/2) menunjukan, angka pelecehan seksual terhadap anak sebanyak 60 kasus kurun waktu 2010 atau 5 kasus pencabulan setiap bulan. Peningkatan kasus ini, terjadi di daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonominya lebih tinggi ketimbang daerah lain seperti Tanjung Pura, Bahorok, Stabat, Selesai, Hinai, Babalan, dan Besitang (lihat grafis,red).

Dengan meningkatnya jumlah kasus, tentunya hal ini sangat meresahkan bagi Pemkab Langkat, sebagai salah satu daerah atau Kabupaten Layak Anak (KLA) di Sumut, ditunjuk sebagai KLA sejak Agustus 2010 lalu. Namun sejauh ini, kasus pencabulan, bukan semakin menurun, tapi malah sebaliknya.

Ironisnya, pelaku pencabulan sendiri, berasal dari kalangan tenaga pendidik (guru). Seperti terjadi di salah satu SDN di Desa Bukit Mas, Pantai Buaya, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, yang dilakukan oknum guru dengan cara meremas dada dan mencongkel-congkel kemaluan muridnya sendiri. Padahal, peristiwa itu terjadi kala berlangsungnya proses belajar-mengajar. “Kita menyadari kalau persoalan ini memang berada di urutan teratas dalam perlindungan hak anak, tapi ini tidak bisa dibebankan kepada satu pihak saja, tapi lebih kepada kekompakan dan kebersamaan misi dari segenap elemen masyarakat,” ujar Ketua KPAID Langkat Ernis Safrin melalui Sekretrisnya Reza Fadli Lubis.

Rumitnya penanganan masalah hak anak ini, juga tidak terlepas dari lemahnya penanganan hukum dan pengawasan orangtua serta lingkungan sekitar. “Seolah sudah dianggap awam bagi sebagian masyarakat,” tuturnya.

Padahal, ungkap dia, pihaknya dengan kemampuan yang ada, baik moril maupun materil, sudah berupaya melakukan antisipasi dengan menggelar sejumlah sosialisasi seperti UU Perlindungan Anak, UU Pornografi, Trafiking dan tentang Pekerjaan Terburuk Bagi Anak, di mana kegiatan tersebut menumpang pada SKPD yang memiliki program dan anggaran.

Sementara itu, Koordinator Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Langkat, Togar Lubis, lebih menyoroti hal itu terjadi karena ada sesuatu yang tak pas.  “Tidak adanya komitmen bersama antarelemen yang ada, sehingga mudahnya perbuatan ini terjadi tanpa ada sanksi diberikan,” jelas dia.

Untuk mengatasinya, komitmen bersama wajib digalakkan dan dilakukan. “Tanpa adanya komitmen itu, saya sangat pesimis, Langkat bisa menjadi salah satu KLA di Sumut,” pungkasnya.(ndi)

Tabel : Jumlah Kasus ABH dan Pengabaian Hak Anak Berdasarkan Tempat Kejadian di Kecamatan-Kecamatan Kabupaten Langkat Tahun 2010

Jenis Permasalahan Yang Berkaitan Dengan Anak
Penganiayaan HakAsuh Anak Perkosaan Pencabulan Pencurian Penelantaran Perjudian Perkelahian Narkotika Pendidikan*) Kesehatan Pen culik an PTBA**)
Bahorok 3 7 3 2 1 180 1 197
Serapit 1 1
Salapian 2 2 4
Kutambaru
Sei Bingai 1 1
Kuala 1 1 2
Selesai 3 5 1 149 158
Binjai
Stabat 6 10 1 1 1 19
Wampu 1 3 2 6
B.Serangan 1 2 3 3 9
S.Seberang
Pd. Tualang 1 1
Hinai 1 1 2 1 1 6
Secanggang 4 4
Tg. Pura 4 3 2 1 10
Gebang 1 3 4
Babalan 1 5 6
Sei Lepan 1 6 7
Brandan Brt 3 3
Besitang 1 2 1 6 3 3 7 23
Pkl. Susu 6 6
Pmtng. Jaya
Jumlah 21 3 3 57 11 10 2 1 9 429 13 8 567

BNI Kucurkan KUR hingga Rp50 Miliar

MEDAN- Melihat pertumbuhan para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di berbagai daerah di Indonesia khususnya di Sumut, Bank BNI Pusat siap mengucurkan Kredit Usaha Rakyat(KUR) hingga Rp50 miliar selama 2011 bagi pelaku UMKM di Sumut.

Wakil Pemimpin Divisi Kredit USK BNI Pusat Ayu Sari Wulandari mengatakan, tingginya pertumbuhan pelaku UMKM saat ini, merupakan peluang bagi Perbankan untuk membantu UMKM yang membutuhkan dukungan modal “Saat ini Perbankan termasuk BNI telah berusaha terjun ke tengah-tengah masyarakat dan melihat potensi pertumbuhan masyarakat melalui usaha mikro yang dijalankan. Kita  mencoba menjadi mitra masyarakat dengan memberikan KUR,” ujarnya saat meninjau Koperasi Bantu Pengusaha Rakyat (BPR) di Jalan Binjai Kecamatan Medan Sunggal, Sabtu (19/2).

Dijelaskannya, upaya yang sedang dilakukan Koperasi BPR dalam memperhatikan para pelaku UMKM jelas membuka pintu bagi pihak BNI untuk masuk dalam menjangkau masyarakat kecil pelaku usaha.

Sebab, selama ini masyarakat pelaku usaha kecil selalu kurang percaya diri saat diperhadapkan dengan Perbankan. Oleh sebab itu, dengan visi yang sama bersama koperasi BPR, BNI akan menetapkan kerjasama dan komitmen dalam penyaluran KUR tersebut.

“Kita sangat bangga dengan kinerja koperasi BPR. Saat pemerintah sedang gencar-gencarnya menginstruksikan kepada pihak Perbankan untuk mencari para pelaku UMKM untuk penyaluran KUR, koperasi BPR telah memulainya di Sumut dengan jumlah anggota UMKM mencapai 5000 orang. Sehingga, dari pada kita kewalahan mencari para pelaku UMKM di Sumut, lebih baik kita menggandeng koperasi BPR,” ungkapnya didampingi pengelola Kredit BNI Pusat Sunarna Eka Nugraha.

Selain itu, Ayu Sari menyampaikan dari 52 juta pelaku mikro yang tercatat di Departemen Koperasi dan UKM, hingga kini hanya tiga persen yang tersentuh Perbankan. Karenanya, bagi masyarakat yang sudah memiliki usaha dan berharap untuk mengembangkan usahanya, BNI melalui Koperasi BPR akan memfasilitasi modal usaha Rp20 juta per pelaku UMKM dengan bunga 22 persen.

“Intinya, kita akan terus membantu para pelaku UMKM di Sumut. Namun, dengan catatan harus punya usaha dan punya izin resmi dari pemerintah setempat tentang usahanya tersebut,” ungkapnya. Sementara, Ketua Koperasi BPR Hasan Basri menyampaikan dukungan dari BNI Pusat terhadap koperasi yang dirintisnya merupakan sebuah kehormatan.(*/ mag-8)

BPOM dan Lintas Instansi Periksa Jajanan Anak SD

Tidak Semua Pedagang Jajanan Diperiksa

Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Kota Medan memeriksa jajanan anak sekolah (JAS) yang dijual di sekitar SD Pertiwi Jalan Bilal Ujung, Medan, Senin (21/2). Pemeriksaan ini berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan Kota Medan dan Anggota DPD RI asal Sumut Parlindungan Purba SH.
Seperti apa?

Pagi itu, Petugas BPOM menurunkan langsung laboratorium keliling. Mereka mengambil 10 sampel jajanan anak sekolah yang dijual para pedagang di lingkungan SD Pertiwi Jalan Bilal Ujung diperiksa BBPOM Kota Medan, seperti es krim, mi kuning, sate kerang, bakso, martabak, saos dan lainnya. Hasilnya, tidak ditemukan jajanan di sekolah itu yang mengandung bahan kimia berbahaya bagi kesehatan, khususnya anak-anak.
“Hari ini kita memeriksa jajanan anak di sekolah ini. Hasilnya jajanan tersebutn
memenuhi syarat,” kata Kepala BPOM Kota Medan Agus Prabowo Apt MS didampingi Kabid P2 Drs Djamidin Manurung Apt.
Menurut Agus, sejak 2010 hingga saat ini BBPOM belum ada menemukan jajanan anak sekolah yang mengandung bahan berbahaya. “Kalaupun ada kasus baru-baru ini, ternyata setelah diperiksa sampelnya tidak mengandung bahan berbahaya. Lagi pula, itukan produk besar.
Artinya tiap hari ada banyak orang yang mengonsumsinya, tapi yang keracunan hanya itu. Makanya, kasus anak yang meninggal tersebut ada kemungkinan bukan karena itu,” sebut Agus lagi.
Sebenarnya, lanjut Agus, yang paling berbahaya bagi anak adalah makanan dan minuman yang mengandung arsen, nitrit dan sianida. Bahan kimia itu biasanya terkandung dalam bahan pangan yang diolah. “Sianida biasa terkandung dalam ubi racun,” sebutnya.
BPOM sendiri, tegas Agus, memeriksa produksi pangan skala besar. Sedangkan, untuk pengawasan produksi industri rumah tangga (PIRT) merupakan tanggungjawab pemkab atau pemko masing-masing. Begitupun, BPOM juga turun tangan untuk memeriksa jajanan anak sekolah. Harapannya, agar siswa tidak terkontaminsasi dengan produk pangan berbahan kimia. “Memang yang paling bagus, anak sekolah membawa makanan dari rumah,” ungkapnya.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan Hasan Basri menambahkan, sejauh ini jajanan sekolah yang ada di Medan tidak bermasalah. Bahkan, selama ini belum ada ditemukan ada jajanan di kantin sekolah yang bermasalah.
“Kita sudah tekankan di sekolah, kalau ada yang bermasalah kantinnya ditutup. Terbukti, selama ini tidak ada jajanan bermasalah di kantin sekolah. Makanya, pemeriksaan BPOM ini kita sikapi dengan terbuka,” tegas Hasan Basri.
Anggota DPD Parlindungan Purba berharap, tanggung jawab jajanan anak sekolah tidak saja di sekolah, tapi harus dimulai dari orangtua masing-masing. Begitupun dia meminta seluruh sekolah se Sumut tetap melakukan pengawasan jajanan di sekolah masing-masing. Bila diperlukan bisa berkoordinasi dengan BPOM Medan.
Kadis Kesesehatan Medan dr Edwin Effendi menambahkan, masalah pembinaan dan pengawasan jajanan atau produk pangan memang harus dilakukan terpadu.
Masalah pembinaan dan pengawasan jajanan anak sekolah ini, lanjut Edwin, memang harus ada kerjasama antara pihak sekolah dengan Dinas Kesehatan Medan. Namun yang paling penting, pihak sekolah harus mengetahui siapa yang berjualan di sekolah, mengetahui produk makanan yang dijual.
Dari  Pantauan Sumut Pos, pemeriksaan jajanan yang dilakukan tidak semua pedagang yang menjual jajanan anak sekolah dilakukan pengambilan sempling. Dari puluhan pedagang yang berjualan di sekitar SD Peritiwi, cuma 5 pedagang saja yang diambil sempling dagangannya, selebihnya tidak.
Dengan diada pengawasan jajan yang dilakukan BBPOM, hal ini mendapat perhatian dari siswa SD Pertiwi. Sejumlah siswa mengaku, mereka memang diberi jajan dari orangtua. “Saya bawa makanan dari rumah. Saya juga diberi uang Rp2000 untuk jajan,” kata Nova, siswi SD kelas III. Sedangkan Adelia, siswi kelas IV di sekolah itu mengaku tidak membawa makanan dari rumah. “Saya hanya diberi Rp3000 untuk jajan. Tidak bawa makanan dari rumah,” kata Adelia. (mag-7)

Harga Obat Naik 10%

Kadinkes: Belum Ada Surat Edaran

MEDAN- Sejak Januari 2011 lalu, sejumlah jenis obat mengalami kenaikan harga sebesar 5 hingga 10 persen. Jenis obat yang mengalami kenaikan diantaranya obat anti biotik, obat jantung, hipertensi, obat sakit perut, obat batuk, analgetik (obat sakit kepala).
Menurut Staf PT Kimia Farma di RSUD dr Pirngadi Hariono mengatakan, setiap tahun harga obat memang mengalami kenaikan, karena bahan baku dan bahan pengemas juga naik.
“Biasanya, transportasi naik bisa juga menjadi penyebab kenaikan harga obat,” katanya kepada wartawan koran ini di RSUD dr Pirngadi Medan, Senin (21/2)Menurut Hariono, kenaikan harga obat tersebut relatif tidak terlalu berpengaruh terhadap penjualan obat, karena kalau pasien kesulitan dengan harga, kita akan tawarkan generik, karena lebih murah dan terjangkau.
“Apalagi kenaikannya tidak begitu besar, hanya 5-10 persen saja, masih signifikan. Saya kira kenaikannya juga masih stabil,” ucapnya.
Menurutnya, sejauh ini obat yang paling banyak diminta oleh konsumen adalah antibiotik, karena antibiotik dipakai semua jenis penyakit. Namun yang pasti, kenaikan harga masih berpatok pada HET (harga eceran tertinggi). “Selain itu juga kita mengutamakan original obat,” sebutnya.
Pernyataan Haryono ini dibantah Kepala Instalasi Farmasi RSUD dr Pirngadi Medan, Juangga Tobing Apt. Dia mengatakan, hingga kini belum ada surat edaran resmi dari pemerintah pusat soal kenaikan harga obat tersebut.
“Belum ada kenaikan harga obat, inikan rumah sakit pemerintah, harus ada surat edaran resmi dari pemerintah juga yang menyatakan harga obat naik. Sejauh ini belum ada surat edaran itu, jadi masih harga biasa,” ungkapnya, Senin (20/2). Menurutnya, kenaikan harga obat pernah terjadi pada 2010 lalu. “Pernah dan tidak setiap tahun naiknya, sesekali saja kalau bahan bakunya naik,” ujarnya.
Hal senada dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan Edwin Effendi. Dia menyebutkan, pihaknya akan menerima laporan resmi bila ada kenaikan harga obat, namun sejauh ini pihaknya belum menerima laporan.
“Tapi, kita melihat dari penggunanya, kalau itu pilihan terapi, kita harus menyesuaikan dari bahan baku. Karena sebagian bahan baku diperlukan sebagai bahan tambahan,” ujarnya kepada Wartawan koran Ini,
Untuk pasien Jamkesmas atau JPKMS kata Edwin, tidak ada masalah, sebab klaim yang diajukan dari Rumah Sakit, Dinas Kesehatan yang menanggungnya.
“Kalau diluar Jamkesmas dan JPKMS, itu tergantung pada pilihan Rumah Sakitnya, kan obat yang sesuai Kenaikan itu saya pikir juga dipertimbangkan masih batas toleransi kalau itu naik,”pungkasnya. (mag-7)

Enam Rumah di Belawan Ludes

Uang Rp15 Juta Jadi Abu
BELAWAN- Kebakaran besar terjadi di Belawan, tepatnya di Jalan Raya Pelabuhan Lingkungan 44, Kelurahan Belawan IIm Kecamatan Medan Belawan, Senin (21/2) pagi pukul 09.00 WIB.
Sedikitnya, enam unit rumah semipermanen hangus terbakar. Bahkan, korban kebakaran tidak sempat menyelamatkan barang-barang mereka karena api cepat membesar membakar rumah-rumah mereka.
Sahjen Tanjung (37), hanya mampu termenung memandangi puing-puing rumahnya yang sekaligus tempat usaha tempel ban miliknya yang terbakar. Tak satupun harta benda miliknya yang dapat diselamatkan dari kobaran api. Bahkan, uang Rp15 juta yang disimpannya di dalam lemari pun musnah terbakar.
“Uang saya yang disimpan lemari sebanyak Rp15 juta tidak bisa diselamatkan, ditambah lagi barang-barang yang ada di rumah semua habis terbakar,” katanya kepada wartawan koran ini. Tanjung mengaku, akibat kebakaran yang menghanguskan enam unit rumah semipermanen itu, dia mengalami kerugian ratusan juta rupiah.
Menurut pantauan wartawan koran ini, warga sekitar sangat panik dan berhamburan ke luar rumah sembari menyelamatkan barang-barang mereka. Suasana semakin panik, ketika terdengar beberapa kali suara ledakan dari rumah yang terbakar.
Warga sekitar menduga, suara ledakan tersebut berasal dari tumpukan drum solar yang ada di bengkel milik Tanjung. Bahkan, api menjadi sulit dipadamkan karena adanya tumpukan drum solar tersebut. Padahal, Dinas Pemadam Kebakaran telah mengerahkan delapan unit mobil pemadam ke lokasi.
Buyung (60), warga sekitar mengatakan, kebakaran tersebut diduga berasal dari obat nyamuk yang dipasang Sri Dewi (Tante Del) pada malam harinya. Rumah Sri Dewi ini tepat di sebelah rumah Tanjung. Api langsung membesar dan merembet ke rumah Tanjung yang di dalamnya terdapat tumpukan drum minyak dan ban-ban bekas yang mudah terbakar.
“Kejadian tersebut begitu cepat, tiba-tiba api langsung membesar dan membakar keenam rumah yang berdempetan tersebut bahkan ada sebayak 3 kali suara ledakan,” ujarnya.
Sebelumnya, lanjut Buyung, warga sekitar sangat kecewa dengan kinerja petugas pedam kebakaran yang terlambat datang ke lokasi. Bahkan, petugas pemadam kebakaran datang setelah keenam rumah tersebut habis terbakar. “Kami kecewa dengan petugas pemadam kebakaran yang dating terlambat, hampir satu jam setelah kejadian baru pemadam tiba di tempat, rumah-rumah sudah habis terbakar baru datang petugas pemadam kebakaran,” tambahnya.
Saat ditanyai wartawan koran ini mengenai keberadaan drum minyak tersebut, Buyung tidak mengetahui kalau bengkel milik, Tanjung menyimpan tumupukan drum solar. “Kami tidak tahu kalo selama ini ada tumpukan drum minyak di situ, setelah terbakar ini baru kami tahu,” paparnya.
Namun saat dikonfirmasi, Tanjung (37) membantah bahwa di antara tong yang ada di rumahnya berisi minyak solar. “Hanya tong kosong saja itu dan ini bukan tempat penimbunan solar,” jelasnya.
Menurut informasi di lapangan, keenam rumah yang terbakar tersebut milik Sahjen Tanjung (bengkel Tempel Ban), Sri Dewi, Ican, Lili Tarigan, Ucok Kenang dan Dike. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian yang menghanguskan 6 rumah tersebut namun kerugian diperkirakan ratusan juta rupiah.
Sedangkan, Kepala Lingkungan 44 Kelurahan Belawan II Udin mengatakan, tidak tahu pasti penyebab kebakaran tersebut. “Kami tidak tahu penyebab kebakaran tersebut, kita serahkan saja kepada kepolisian untuk menyelidikinya,” ujarnya.
Sementara, Kanit Reskrim Polsek Belawan, AKP Jono Sirait mengatakan, pihaknya masih melakukan penyelidikan atas kejadian kebakaran tersebut. “Kita belum bisa pastikan asal api darimana, kami masih melakukan penyelidikan,” ujarnya. (mag-11)

Astra Buka 20.000 Lowongan Kerja

Jakarta- Grup Astra siap buka lowongan 20.000 orang sebagai karyawan di tahun 2011 ini. Calon karyawan diambil dari lulusan terbaik dari Universitas untuk menambah inovasi produk dan menekan biaya perseroan.
Demikian disampaikan Divison Head Human Capital Management Corp Organization ASII, David Budiono, dalam press confrence usai perayaan ulang tahun Astra, di kantornya, Sunter, Jakarta, Senin (21/2). Saat ini grup Astra menjadi salah satu kelompok bisnis terbesar di Indonesia. Terdiri 145 perusahaan, dengan jumlah karyawan 145.154 orang. Sepanjang Januari 2011, telah terjadi penambahan 500 orang hingga total sampai saat ini jumlah pegawai grup Astra mencapai 145.700 orang.
“Jumlah karyawan 145.154. Ada penambahan 500. Juga ada penambahan 20.000 lagi,” ungkap David. Sebanyak 20.000 calon pegawai Astra siap direkrut manajemen sepanjang tahun ini. Dimana 3.000-3.500 orang disyaratkan berpendidikan sarjana. Kemudian 12.000 orang dipersiapkan untuk memenuhi sektor manufacturing.(net/jpnn)

Astra Buka 20.000 Lowongan KerjaJakarta- Grup Astra siap buka lowongan 20.000 orang sebagai karyawan di tahun 2011 ini. Calon karyawan diambil dari lulusan terbaik dari Universitas untuk menambah inovasi produk dan menekan biaya perseroan.Demikian disampaikan Divison Head Human Capital Management Corp Organization ASII, David Budiono, dalam press confrence usai perayaan ulang tahun Astra, di kantornya, Sunter, Jakarta, Senin (21/2).

Saat ini grup Astra menjadi salah satu kelompok bisnis terbesar di Indonesia. Terdiri 145 perusahaan, dengan jumlah karyawan 145.154 orang. Sepanjang Januari 2011, telah terjadi penambahan 500 orang hingga total sampai saat ini jumlah pegawai grup Astra mencapai 145.700 orang.“Jumlah karyawan 145.154. Ada penambahan 500.

Juga ada penambahan 20.000 lagi,” ungkap David. Sebanyak 20.000 calon pegawai Astra siap direkrut manajemen sepanjang tahun ini. Dimana 3.000-3.500 orang disyaratkan berpendidikan sarjana. Kemudian 12.000 orang dipersiapkan untuk memenuhi sektor manufacturing.(net/jpnn)

Kanit Narkoba Polresta Medan Peras Tersangka Rp300 Juta

Dilapor ke Kapolri, Disidang Kapolda

MEDAN-Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Kapoldasu) Irjen Pol Oegroseno membuktikan janjinya memberi sanksi tegas kepada anggotanya yang main-main dengan kasus narkoba. Kemarin (21/2) pukul 13.30 di Aula Bina Mitra mapolresta Medan, Kapolda memimpin gelar perkara pemerasan Rp300 juta yang dilakukan Kanit Idik I Sat Narkoba AKP Dedi H, terhadap tersangka kasus narkoba, Said Ikhsan.

Gelar perkara yang diikuti sejumlah penyidik Propam tersebut berlangsung selama 5 jam dan tertutup untuk wartawan. Sejumlah orangtua terdakwa sempat dikonfrontir dengan AKP Dedi selaku Kanit Narkoba tersebut.
Usai gelar perkara, Kapoldasu Irjend Pol Oegroseno menegaskan, dalam pemeriksaan, AKP Dedi H tidak mengaku melakukan pemerasan. ”Indikasinya mungkin ada unsur pemerasan. Tetapi dari hasil gelar perkara tadi saya tanyakan kepada Pak Dedi selaku Kanit Idik I, pengakuannya tidak ada,” ujar Oegroseno

Untuk mengetahui apakah AKP Dedi H jujur atau pembohong, kasus tersebut segera ditangani Propam Polda Sumut. ”Kasus ini akan segera ditangani Propam Polda Sumut, biar jelas ya. Jadi tidak ada yang ditutup-tutupi, semuanya harus diketahui masyarakat,” lanjut Oegroseno.

Kasus ini juga menyeret nama Kasat Narkoba Polresta Medan Kompol Amry Siahaan selaku pimpinan AKP Dedi. ”Untuk Kasat Narkobanya, Kompol Amri Siahaan, nanti ada fasenya. Kita periksa dulu dari bawah, baru ke atasnya. Dia pimpinannya, siapa tahu juga dia itu terlibat kan,” tambah Oegroseno.

Dipaparkannya, dugaan pelanggaran tersebut merupakan pelanggaran kode etik profesi oleh anggota polisi. ”Ya, sementara ini kasusnya itu kan pelanggaran kode etik profesi, belum mengarah ke pelanggaran lain. Namun jika terbukti ada pelanggaran lain ya… kita tunggu hasil pemeriksaan ajalah baru kita simpulkan nanti,” papar jenderal bintang dua ini.

Sementara itu, ayah Ikhsan, Sayed Azmir (53), menyambut baik gelar perkaran tersebut. Pihaknya juga sudah melayangkan surat permohonan kepada Kapolri yang menjelaskan secara rinci kronologi kejadian sejak dilakukan penangkapan terhadap terdakwa (lihat grafis). Hingga sekarang Said masih dalam proses persidangan di Pengadilan Negeri Medan.

”Saya cukup menyayangkan kejadian ini. Anggota polisi yang seharusnya melindungi, melayani dan mengayomi itu sungguh tidak profesional dan tidak sesuai mottonya. Saya cuma mau menuntut keadilan dan semoga pimpinan tertingginya bisa bijaksana menyimak kasus ini,” ucap Sayed Azmir dengan kesal.

Ibu Said Ihksan, Syarifah Hasanah, yang ditemui saat keluar dari ruang Rupatama Polresta Medan mengatakan, tidak terima dengan perlakuan pihak kepolisian yang tidak profesional dan tidak terpuji.

Dia mengatakan, petugas memeriksa mobil anaknya dan memeriksa rumah tanpa surat perintah. ”Setelah itu, setiap kami ketemu petugas itu (AKP Dedi Z Harahap) saat menjenguk anak kami di tahanan Sat Narkoba Polresta Medan, selalu meminta supaya kami damai dengan menyerahkan uang sebesar tiga ratus juta. Kalau tidak anak kami akan ditempel,” tukas Syarifah Hasanah.

Karena keluarga tidak menuruti permintaan petugas dimaksud, nilai uang damai diturunkan. ”Terakhir mereka memintai berdamai dengan tebusan Rp20 juta. Anak kami juga dipaksa mengakui perbuatannya padahal anak kami itu orangnya baik dan rajin salat. Kalau udah begini, kuliah anak kami pun jadi terganggu dan nama baiknya menjadi jelek,” tambahnya sambil berlalu meninggalkan wartawan.

Sementara itu, terkait pelaporan Nindi, ibu dua anak yang menjadi tersangka kepemilikan sabu tanpa barang bukti dan ditangani Polsekta Medan Baru, Kasi Propam Polresta Medan AKP D Sidabutar menyatakan masih menunggu kehadiran oknum polisi yang dilaporkan.

”Saat ini kita masih menunggu oknum nakal itu untuk diperiksa. Surat panggilan kedua telah kita layangkan Jumat lalu,” ujar Sidabutar. Jika surat panggilan kedua tidak ditanggapi, petugas Propam akan melakukan jemput paksa. ”Oknum polisi itu kan digaji oleh negara. Jika dia tidak datang dalam tiga hari setelah panggilan kedua, kita akan jemput paksa,” tegasnya.

”Hanya tiga hari jangka waktunya, tetapi hari Sabtu dan Minggu kan hari libur jadi tidak dihitung. Ya kita lihat saja jika hari Selasa (22/2) juga tidak hadir maka Rabu (23/2) mendatang kita sudah bisa menjemputnya,” lanjutnya.
Sementara itu, Kapolsekta Medan Baru Kompol Saptono tidak bersedia dikonfirmasi seputar laporan Nindi yang melibatkan anggotanya ke Kapolda Sumut Irjend Pol Oegroseno.
”Bapak memang di dalam Bang, tetapi katanya sangat sibuk, tidak bisa diganggu,” ujar ajudan Saptono.(mag-8/son)