28 C
Medan
Monday, December 22, 2025
Home Blog Page 15711

Jadi Sahabat dan Motivator

Modernitas memang memaksa orang bergerak cepat, atau tertinggal. Rutinitas yang senantiasa bergerak cepat berpengaruh terhadap keluarga yang kemudian menjadikan komunikasi orangtua dan anak
semakin berjarak. Faktanya, hal ini sering dialami para ibu rumah tangga yang bekerja atau ibu rumah tangga sebagai wanita karir.

Tapi itu tak terjadi pada ibu rumah tangga sebagai wanita karir satu ini, Roslinda Marpaung, anggota DPRD Sumut dari Partai PPRN. Baginya, menjadi wanita karir bukan berarti penghalang menjadi ibu rumah tangga yang begitu perhatian dalam mendidik anak-anaknya.

“Sebenarnya, pertumbuhan dan perkembangan anak tidak tergantung atau tidak ada hubungannya antara menjadi ibu rumah tangga atau wanita karir, tetapi lebih kepada cara mendidiknya. Banyak ibu rumah tangga yang gagal mendidik anaknya, di lain pihak, banyak juga wanita karir yang sukses dalam mendidik anak-anaknya,” ujar anak dari Prof Dr Boloni yang mendirikan RS Boloni di Jalan Mongonsidi Medan ini.

Dikatakan wanita kelahiran 3 Agustus 1969 ini, pilihan menjadi wanita karir adalah sebuah pilihan untuk menjadi wanita super, sukses sebagai diri sendiri, istri, ibu, dan sukses juga sebagai ibu wanita karir.

“Nah, di sinilah letaknya peran si ibu karir dalam mendidik dan memperhatikan perkembangan anaknya. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk tetap memberikan perhatian kepada anak meski si ibu sesibuk apapun. Jangan malah lupa memberikan perhatian kepada anak karena kesibukan si ibu. Kasihan kan anak jadinya,” kata anak keempat dari lima bersaudara ini.

Wanita yang akrab disapa dengan nama Linda ini mengaku, ia tak hanya berperan sebagai ibu saja bagi anak-anaknya, tapi juga menjadi teman bagi anaknya. “Ini untuk menjalin hubungan saya bersama dengan anak-anak menjadi menyenangkan. Jadi, anak-anak selalu terbuka komunikasinya kepada saya tentang apapun. Tentang pacarnya atau sahabat-sahabatnya, tentang apapun,” aku ibu dari empat anaknya ini.

Kata wanita berkulit putih dan bertubuh langsing ini, kualitas hubungan dan komunikasi yang diberikan ibu pada anak akan menentukan kualitas kepribadian dan moral si anak. “Hubungan yang penuh akrab dan bentuk komunikasi dua arah antara anak dan orang tua merupakan kunci dalam pendidikan moral keluarga. Komunikasi yang saya lakukan adalah komunikasi yang bersifat integrative yang suka mendengarkan pembicaraan anak daripada menguasai pembicaraan saat ngobrol. Ini agar suasananya lebih mengalir,” kata dia.

Bahkan, untuk menjalin kualitas hubungan bersama anak atau keluarganya, Linda selalu memanfaatkan moment weekend bersama anak-anaknya. “Kadang kita kumpul di rumah, kadang pergi bersama. Pokoknya memanfaatkan moment weekend sebaik-baiknya bersama anak-anak saya,” tuturnya.

Lalu, sebagai ibu dari  empat anak, Linda berupaya memberikan motivator bersifat mendorong, penuh penghargaan dan perhatian kepada anak-anaknya. Sebab, ini demi meningkatkan kualitas karakter dan moral anak.

“Dalam membentuk moral anak melalui pendidikan keluarga, saya menjaga kualitas hubungan dan komunikasi, yaitu hubungan dan komunikasi yang ramah tamah dengan suasana demokrasi. Saya tidak pernah memaksakan kehendak kepada anak. Semuanya dibicarakan secara demokrasi bersama-sama,” kata istri dari Candra Panggabean ini.
Walau orang tua harus bersikap ramah dan menerapkan demokrasi pada keluarga, kata Linda, bukan berarti menunjukan karakter yang lemah dan suka mengalah. “Dalam membuat keputusan, orang tua tetap bersifat demokratis tetapi tegas dan jelas. Sebab orang tua yang tidak tegas dan mudah mengalah pada anak akan membuat anak bermental plin-plan,” bilangnya.

Dalam menentukan pilihan pendidikan, Linda bersama suami juga tak mau memaksakan kehendak mereka kepada anak. Begitu juga saat anak pertamanya meminta menimba ilmu ke Inggris dan anak keduanya meminta menimba ilmu ke Malaysia, Linda dan suami tidak melarangnya, bahkan menjadi motivator dan mendukungnya. “Keempat anak saya semuanya laki-laki. Saat ini anak pertama saya menimba ilmu di Inggris, anak kedua saya juga menimba ilmu ke Malaysia. Walau berjauhan, saya rutin memantau perkembangan anak saya melalui komunikasi dan mengunjungi mereka ” bilangnya.

Tapi paling penting bagi Linda, mendidik anaknya dengan moral agama. Sebab, agama mampu membentengi anak dari pengaruh negatif di era moderen ini.  (laila azizah)

 

Pedagang Simpang Limun Nyaris Bentrok

MEDAN- Para pedagang Pasar Ikan Simpang Limun nyaris bentrok dengan petugas keamanan PT Inatex, Sabtu (26/2) siang pukul 14.00 WIB. Hal ini dipicu aksi petugas keamanan PT Inatex yang ingin membongkar katrol bongkar muat ikan.

Wartawan Posmetro Medan (grup Sumut Pos) yang mendapat informasi langsung turun ke lokasi. Namun, setibanya di lokasi, ternyata bentrokan yang diinformasikan tidak sempat terjadi.

“Bentrokan tidak sempat terjadi, tapi nyaris terjadi,” kata Ketua Persatuan Pedagang Pasar Tradisional (P3T) Rusli Tanjung. Disebutkannya, pihak kemananan PT Inatex yang menurut para pedagang diperbantukan dari TNI dan polisi hendak merobohkan katrol bongkar muat ikan. Namun, petugas keamanan perusahaan dihadang para pedagang dan SPSI. Untungnya, emosi para pedagang dan SPSI dapat dibendung ketuanya masing-masing. Kemudian dilakukan negosiaisi, sehingga bentrok dapat dihindari.(gus/smg)

Pelajaran dari Petani Jagung

James Bender, dalam bukunya How to Talk Well (New York; McGray-Hill Book Company, Inc., 1994) menghubungkan salah satu tulisannya dengan sebuah cerita tentang seorang petani yang menanam jagung unggulan dan selalu memenangkan penghargaan.

Suatu hari, seorang wartawan dari koran lokal mewawancarainya dan belajar sesuatu yang penting rahasia sukses petani tersebut. Wartawan itu menemukan bahwa sang petani membagikan benih jagungnya kepada tetangganya. “Bagaimana Anda bisa berbagi benih jagung dengan tetangga Anda lalu bersaing dengannya dalam kompetisi yang sama tiap tahunnya?” tanya wartawan itu.

“Kenapa?” ucap sang petani, “Apakah Anda tidak tahu? Angin menerbangkan serbuk sari dari jagung yang akan berbuah dan membawanya dari satu ladang ke ladang yang lain. Jika tetangga saya menanam jagung yang jelek, maka ketika terjadi serbuk silang akan menurunkan kualitas jagung saya. Jika saya ingin menghasilkan jagung kualitas unggul, saya harus membantu tetangga saya untuk menanam jagung yang bagus pula.”

Petani ini sangat menyadari hukum keterhubungan dalam kehidupan. Dia tidak dapat meningkatkan kualitas jagungnya jika dia tidak membantu tetangganya untuk melakukan hal yang sama.

Demikian juga dalam berbagai aspek kehidupan yang lain. Mereka yang ingin menikmati kebaikan, harus memulai dengan menabur kebaikan kepada orang-orang di sekitarnya. Jika Anda ingin hidup makmur, Anda harus memulai dengan menolong orang-orang di sekitar Anda untuk meningkatkan taraf hidupnya. Demikian juga jika Anda ingin bahagia, Anda harus menabur kebahagiaan dalam hidup orang lain. Jika Anda tidak mau menolong orang, Anda juga akan merasakan akibatnya.(hns/jc)

Korban Salah Tangkap Ngadu ke Kapolri

MEDAN- Tak puas dengan kinerja aparat Kepolisian Sumatera Utara (Poldasu), korban salah tangkap kepemilikan sabu-sabu, Yulinar Hadi Yanti alias Nindi (30), warga Jalan Starban Gang Garuda, Medan Polonia mengadu ke Kapolri.

“Kami telah melayangkan surat ke Kapolri di Jakarta, dan sangat berharap kepada Kapolri untuk dapat menindak secara tegas terhadap oknum kepolisian yang terlibat dalam masalah klien kami tanpa terkecuali siapapun juga,” ucap Penasehat Hukum Nindi, Hasbi Sitorus kepada Sumut Pos di Pengadilan Negeri Medan, Sabtu (26/2).

Menurutnya, langkah tersebut diambil setelah Poldasu terkesan lamban dan membela jajarannya. “Terkesan kasus ini tidak dihargai. Apabila Kapoldasu dan Kapolri tidak konsen dalam permasalahan ini, akan menambah daftar panjang kebobrokan aparat kepolisian,” ujarnya lagi. Sebagai bukti keseriusannya sebagai kuasa hukum Nindi, korban salah tangkap, Hasbi tak akan pernah berhenti untuk memperjuangkan hak-hak kliennya sampai ada titik temu dari permasalahan tersebut.(rud)

 

Nanya Botol Minuman, Penjaga Warnet Dipukuli

MEDAN- Seorang penjaga warnet Raymond Aditama Turnip (21), babak belur dipukuli Monang (33), pelanggannya sendiri. Masalahnya sepele. Raymond hanya menanyakan tentang botol minuman ringan yang dipesan Monang.
Saat itu, Raymond penjaga Warnet X-Sun di Jalan Matahari Raya, Perumnas Helvetia, bekerja seperti biasanya. Tak lama, Monang keluar dari bilik tempatnya bermain internet menuju meja opeator. Monang menanyakan biayanya bermain internet. Raymond lalu mengingatkan botol minuman ringan yang sebelumnya dipesan Monang. Tapi entah mengapa, Monang langsung emosi. Ia lalu memaki Raymond.

Tak cuma itu, Monang melemparkan kemasan air mineral ke arah Raymond. Tak puas, Monang pun memukuli pria berambut keriting tersebut. Akibatnya, mata kanan Raymond bengkak dan membiru. Bibir bawahnya juga pecah. “Entah kenapa dia ngamuk. Padahal, aku cuma nanya botol minuman yang dipesannya,” kata Raymond. (mag-8)

Purnama Ketujuh

Cerpen :  Afriyanti

Kubiarkan malam yang pucat gelisah. Lolongan anjing menambah semarak misteriusnya kelam. Kepada malam buta yang menciptakan gerimis. Kepada tangis yang tidak akan merubah keadaan. Di tempat ini, tak ada yang dapat dilakukan selain menunggu kedalaman waktu yang beku. Angin laut menemani gadis itu. Dingin. Wajah yang ditunggu gadis itu, belum juga naik kepermukaan. Bibirnya masih bergetar sambil meniup kedua telapak tangan.

 

Matahari mulai menyembul malu-malu. “Abah pasti kembali,” bisik gadis itu. Ia  masih berjalan mondar-mandir dan sesekali menjengah kepalanya ke arah lautan lepas itu.

Kota yang terkenal dengan kota ikan terubuk itu, tak lagi dapat merasakan nikmatnya daging terubuk yang enak. Dulu sewaktu Datok Laksamana Raja Dilaut masih hidup, daging ikan terubuk berjejer di pasaran. Sekarang, untuk melihat rupa ikan terubuk itu saja sudah susah, apalagi untuk membelinya.   Datok cukup memasukan kakinya ke dalam air, dan ikan-ikan terubuk akan menyerbu kakinya.

Waktu berganti. Hari demi hari bergulir. Sudah tiga kelam, gadis itu menunggu Abahnya. Ia selalu menunggu sampai saat itu tiba. Saat di mana abahnya pulang dengan genggaman ikan terubuk di tangannya. Bukankah cinta perempuan itu cinta yang menunggu?

Desir ombak pantai memukul, tapi hati gadis itu tak pernah terpukul. Ia akan selalu menunggu hingga purnama kembali membawa abahnya.

Hari itu, wajah gadis berparas molek itu lesu. Termenung karena baru saja dapat kabar dari teman abahnya. Tetapi, gadis itu tak pernah mengalah dengan sang waktu. “Abahmu ditelan ombak yang ganas.” Dengus kalimat yang keluar dari mulut teman Abahnya.

“Aku akan tetap menunggumu, Abah!” ia membibirkan kata hatinya. Disertai kicauan burung camar yang menikmati senja. Ia menunggu Abahnya pada sebilah petang. Pagi harinya ia bekerja demi seorang keriput tua yang terbaring lesu di kasur.

Petang hingga rembulan datang, ia menunggu abahnya. Di tangan kanannya ia membawa jahitan baju untuk abahnya. Ia ingin menunjukkan betapa rapinya jahitan baju yang ia rangkai dengan hati dan air matanya.

“Abaaah! Pulanglah!” Dengan air mata ia menatap rembulan di atas lautan itu. Saat renyai hujan mulai turun, ia mendengar bisikan dari arah laut.

Aku heran. Begitu cintanya gadis itu kepada abahnya. Padahal abahnya bukan seorang yang baik. Ia selalu disiksa, terkadang ia ditendang hingga babak-belur. Ia tak pernah memberontak apalagi meneteskan air matanya. Yang ia tahu, abah sangat sayang kepadanya. Ia dipukul bahkan dicaci-maki, mungkin karena ia membuat abah kesal dan kecewa.

Malam kian meninggi dan sunyi. Renyai hujan masih saja membasahi wajah molek gadis itu. Aku mengepakkan sayap hitam meninggalkan gadis itu. Ia pun meninggalkan purnama dan kembali ke gubuk reot milik ia dan abah.
Purnama kelima, ia kembali lagi. Kini ia datang dengan membawa payung biru. Malam ini hujan begitu deras hingga merenggut purnama untuk keluar menemaninya. Di atas pelabuhan kayu, ia tegak menengok lautan lepas. “Begitu bahagiakah di negeri terubuk itu, Abah? Sehingga tidak ingat untuk balik?”

Abahnya seorang nelayan. Sebelum ia pergi, ia bercerita tentang mimpinya melihat negeri ikan terubuk di lautan seberang. Ia nekat untuk pergi walupun angin laut tidak bersahabat malam itu. Ikan terubuk paling mahal saat ini. Ia ingin menangkapnya supaya dapat membelikan bunga untuk isteri tercintanya. Ia ingin menjenguk isterinya sambil membawa bunga lili kuning. Walaupun ia sudah berbeda dunia dengan kekasih hatinya itu.

Ketukan hujan begitu menyayat relung. Kayu-kayu bakau juga merintih melihatnya. Gadis itu mendendangkan lagu sumbang tarian ta bale-bale. Sambil menarikan gerakan-gerakan pemanggil ikan terubuk itu. Berharap ikan terubuk akan datang menemuinya pada purnama ini. Dan membawa Abahnya kembali. Mungkin, ia belum mendengar lagu-lagu sumbang gadis itu. Ia pun pulang dalam bisu.

“Kemarilah,” ungkap seorang perempuan tua yang sudah uzur ditelan waktu.
Gadis itu mendekatinya.

“Ambillah ajimat ini. Jika sudah tujuh purnama engkau menunggu abah, dayunglah sampan hingga ke tengah lautan. Dendangkanlah lagu-lagu ini. Iringi dengan biola tua milik kakekmu itu.” Sambil menunjuk ke arah biola tua yang tersangkut di dinding rapuh rumahnya itu.

Gadis itu menuruti tanpa ada kalimatpun keluar dari bibir tipisnya.

Hari ini, purnama ketujuh. Seperti biasa ia ke pelabuhan kayu tempat berlabuhnya sampan-sampan nelayan usai menjaring ikan. Ia turun ke sampan dan perlahan-lahan mendayung hingga ke tengah lautan. Ia mendengar bisik laut dan angin yang bercerita tentang cinta dan sayangnya terhadap abah.

Percakapan akan kegilaannya mendayung sampan seorang diri ke tengah lautan. Semua tidak dihiraukan. Ia tahu abah sangat sayang padanya. Abah sering menyiksanya ia mafhum karena ia adalah pembunuh kekasih abah yaitu emaknya. Emaknya meninggal semenit setelah mencium kening gadis itu setelah ia dilahirkan.
Di tengah laut, pembatas lautan lepas ia berhenti mendayung. Ia menggesekkan biola pemberian neneknya. Lamat-lamat tersayat memilukan alunan sendu yang keluar dari dawai biola itu.
Dalam pekik hati ia bibirkan. “Sudah purnama ketujuh, pulanglah Abah! Tidakkah kau mendengar rerindu dari laguku?”

***

SGS Juara Superliga Bulu Tangkis

SUARABAYA-Tim putra SGS PLN Bandung tidak terbendung untuk merebut gelar juara Superliga Badminton Indonesia 2011, setelah mengalahkan juara bertahan Jaya Raya Suryanaga 3-2 pada laga final di DBL Arena Surabaya, Sabtu (26/2).

Mantan pemain pelatnas Tommy Sugiarto yang turun sebagai tunggal ketiga, menjadi pahlawan SGS melalui kemenangan telak 21-3, 21-12 atas Alrie Guna Dharma pada pertandingan di partai penentuan.
Dua angka lainnya dibukukan pebulu tangkis nomor satu dunia asal Malaysia, Lee Chong Wei, dan juara Olimpiade Taufik Hidayat.

Chong Wei menundukkan pemain asal Hong Kong, Chan Yan Kit, dengan dua gim langsung 22-20, 21-16, sementara Taufik Hidayat membekuk Fauzi Adnan 21-16, 23-21.

Sementara itu, Suryanaga seperti target semula mampu mengamankan angka dari dua nomor ganda yakni melalui pasangan Alvent Yulianto/Tri Kusharyanto dan Rian Agung/Tri Kusuma Wardhana.
Sebagai juara, SGS PLN Bandung berhak menerima piala dan hadiah uang sebesar Rp350 juta, sedangkan Suryanaga harus puas mengantongi Rp200 juta.

Sebelumnya, pada perebutan posisi ketiga, Djarum Kudus sukses mengatasi Tangkas Alfamart Jakarta dengan skor 3-2. (net/jpnn)

Jadi Jurtul Kim, Pengangguran Ditangkap

TEBING TINGGI- Dua juru tulis judi Kim berhasil ditangkap di tempat terpisah. Nurmansyah Daud Sinaga alias Kinoi (38), warga Desa Binjai, Kecamtan Tebing Syahbandar, Sergai ditangkap personel Polsek Tebing Tinggi. Sementara Adi Wijayo alias Jaya (56), warga Jalan Sei Suka, Kelurahan Durian, Kecamatan Bajenis, Kota Tebing Tinggi ditangkap personel Polsek Padang Hulu Tebing Tinggi.

Dari tangan tersangka, polisi berhasil mengamankan sejumlah barang bukti di antaranya, satu buah buku tafsir mimpi, satu buku tulis, kertas tebakan angka yang bertuliskan nomor-nomor Kim, satu kalkulator dan uang tunai senilai Rp45.000.

Tertangkapnya tersangka Kinoi saat sedang menulis Kim dirumahnya, Jumat (25/2) pukul 21.30 WIB.(mag-3)
Tersangka Kinoi mengaku menjadi jurtul Kim karena menganggur. Pekerjaan ini dilakoninya selama 3 bulan. “Bagaimana lah Bang, cari duit sekarang susah, anak dan istri mau makan. Tak mungkin aku mencuri dan merampok, yah terpaksalah nulis kim, lumayan dapat Rp35.000 per malam dari omset penjualan,” kata Kinoi kepada wartawan koran ini, Sabtu (26/2) pagi.

Sementara itu Kapolsek Tebing Tinggi, AKP HE Harahap mengatakan, pelaku ditangkap berkat informasi warga bahwa tersangka menjadi jurtul Kim.(mag-3)

Pinkan Mambo Keranjingan Fesyen dan Bola

JAKARTA-Hubungan asmara Pinkan Mambo dengan pesepakbola Febrianto tampak semakin mesra.
Setelah pacaran dengan Febrianto, pesepakbola asal klub Medan Chiefs, Pinkan jadi mengganduri soal fesyen dan bola. Selain jago bola, sang pacar rupanya ahli urusan fesyen.

Karenanya tidak hanya urusan asmara, Pinkan curhat dengan Febrianto. Soal fesyen, Pinkan juga selalu meminta pendapat kepada sang pacar. “Dia menjadi salah satu konsultan juga untuk style aku. Karena selera fesyen dia itu bagus. Itu jadi memotivasi aku untuk aku memilih warna apa,” ungkap Pinkan saat dijumpai di Senayan City, Jakarta, Kamis (24/2), malam.

Meski pemain sepakbola, Pinkan menilai kekasihnya cukup mengerti perkembangan dan tren fesyen. Masukan sang pacar, katanya, selalu menjadi pertimbangan. “Pacarku itu lebih fesyen daripada aku. Jadi ketika aku ganti warna dia salah satu pengamat di dalam hidupku juga,” bebernya.

Namun begitu, sebagai seorang entertainer Pinkan tetap mengutamakan penampilan untuk pekerjaan bukan menyenangkan kekasihnya semata.”Bagian pertama tetap kerja. Karena kerja yang memberikan aku hidup bisa ada di sini. Kerja kan menjaga kepercayaan orang. Kepercayaan itu yang memotivasi aku untuk menampilkan yang terbaik,” paparnya.

Berharap Febri juga sukses di lapangan hijau, Pinkan juga selalu mendoakan kekasihnya. Ia berdoa agar Febri yang merumput di klub Medan Chiefs selalu mencetak gol saat berlaga di lapangan. “Aku selalu dukung dengan doa, karena aku mau setiap dia main selalu cetak gol,” ujarnya.

Selain berdoa, pelantun tembang Kekasih Tak Dianggap ini, juga tak lupa selalu mengingatkan Febri untuk berdoa.
“Sebelum tanding aku juga selalu ingetin dia, bahwa Tuhan itu nomor satu nomor dua itu baru pekerjaan,” terangnya. Pinkan menambahkan, kini ia jadi tahu dan suka dengan sepakbola sejak berpacaran dengan Febri.
Bahkan ia sering main bola bareng saat libur bersama. “Sekarang aku jadi tahu seninya bola, kadang aku juga datang pas pertandingan dia. Kadang kita main bola di halaman kalau lagi libur,” tutupnya. (net/jpnn)

Polisi Tangkap Satu Tersangka Lagi Terkait Kerusuhan Ahmadiyah

SERANG- Polda Banten terus memburu tersangka kasus penyerangan terhadap Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) di Cikeusik, Pandeglang. Aparat kembali menangkap seorang tersangka berinisial Y alias O yang eksodus ke rumah kerabatnya di Kecamatan Cibaliung, Pandeglang. Dengan tertangkapnya Y alias O, jumlah tersangka dari kasus penyerangan terhadap JAI menjadi sepuluh orang. Sebelumnya, Polda Banten menetapkan dan menahan sembilan orang tersangka dalam bentrokan berdarah warga dengan JAI. Sembilan orang tersangka itu adalah KHM, Y, Uj, M, dan E yang berkasnya sudah diserahkan ke Kejati Banten, serta S, U, D, dan A.  Hingga kini, tim penyidik sudah memeriksa 103 saksi terkait kasus penyerangan JAI. Sepuluh orang di antara mereka adalah anggota dan perwira polisi. Di bagian lain, berdasar pengakuan warga Cikeusik, sejak terjadinya kasus berdarah di Desa Umbulan, Kecamatan Cikeusik, Pandeglang, tidak sedikit kepala keluarga (KK) di wilayah Cikeusik, Cibaliung, dan sekitarnya eksodus ke sejumlah daerah lantaran takut diciduk aparat polisi.

Bahkan, tidak sedikit warga yang takut berbicara dengan orang asing. Terlebih perihal bentrok di Kampung Babakan Pendeuy, Umbulan, Cikeusik, Pandeglang. “Dua tiga hari setelah kejadian bentrok itu banyak keluarga yang ditinggalkan suami. Mereka  takut jadi orang yang salah tangkap,” ujar Wijaya, warga Kadutanggay, Desa Purwaraja, Kecamatan Menes, Pandeglang. Apa lagi setelah Uj “mengenakan jaket hitam dan berpita biru sebagaimana terekam video amatir yang beredar di masyaraka” ditangkap petugas.

Kabidhumas Polda Banten AKBP Gunawan membenarkan penangkapan atas nama Y alias O di rumah kerabatnya di Kecamatan Cibaliung, Kabupaten Pandeglang, sekitar pukul 05.00 Jumat (24/2). Menurut dia, Y merupakan salah seorang tersangka yang melakukan kekerasan terhadap JAI hingga tewas beberapa waktu lalu. “Kami belum melakukan penahanan. Ada beberapa keterangan yang masih kami dalami,” ujar Gunawan.

Dari Simalungun, Sumatera Utara ada 7 KK (Kepala Keluarga) yang tercatat sebagai penganut ajaran Ahmadiyah di Nagori Kandangan Kecamatan Pamatang Bandar Kabupaten Simalungun. Selama ini para penganut ajaran Ahmadiyah ini selalu tertutup dengan masyarakat sekitar. “Di Nagori Kandangan ini, ada tujuh KK mulai dari anak-anak hingga orangtua. Kalau untuk jumlah mungkin ada sekitar 23 orang. Jumlah ini sudah jauh berkurang dibanding tahun lalu,”kata Kepala KUA Kecamatan Pamatang Bandar Yardi SAg.(ral/smg)