MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kota Lama Kesawan yang dipenuhi bangunan tua dan bersejarah ini telah berubah menjadi lebih menarik. Tidak hanya menjadikannya sebagai ikon baru kota Medan, revitalisasi yang dilakukan bekerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) juga mengembalikan Kesawan sebagai pusat perdagangan dan kebudayaan.
Pasca dilakukannya revitalisasi, kawasan yang pada masa kolonial Belanda sebagai pusat aktivitas ekonomi itu kini ramai dikunjungi masyarakat, termasuk wisatawan lokal maupun manca negara.
Selain menikmati keindahan wajah baru Kesawan, para pengunjung juga menjadikannya sebagai wisata instagramable karena memilki spot-spot foto yang sangat menarik dengan mengusung nuansa vintage.
Apalagi ketika weekend maupun hari libur, pengunjung Kota Lama Kesawan lebih ramai. Termasuk, sejumlah komunitas yang ada di Kota Medan juga menjadikan kawasan yang dulunya dikenal sebagai Pecinan di Kerajaan Melayu Deli ini sebagai tempat tongkrongan mereka.
Peningkatan jumlah pengunjung ini berdampak terhadap pendapatan warga yang membuka usaha di kawasan Kota lama Kesawan. Artinya, pendapatan mereka sebelum dan pasca revitalisasi jauh meningkat. Oleh karenanya warga sekitar sangat mengapresiasi revitalisasi yang diinisiasi Bobby Nasution dan H Aulia Rachman tersebut.
Seperti yang diungkapkan Ulil (30), pekerja Pojok Kesawan Kafe. Pasca revitalisasi Kota Lama Kesawan, penghasilan usaha yang dilakoninya mengalami peningkatan yang cukup drastis. “Setelah revitalisasi, omzet penjualan kami mencapai Rp2 juta – Rp3 juta per hari, terutama saat akhir pekan. Sebelum revitalisasi, omzet kami hanya Rp500 ribu per hari,” kata Ulil saat ditemui, Selasa (8/10).
Tak heran, kata Ulil, tidak sedikit warga yang ingin membuka usaha di kawasan Kota Lama Kesawan pasca dilakukannya revitalisasi tersebut. “Sekarang banyak yang sudah membuka usaha di kawasan Kota Lama Kesawan ini. Jadi, kami sangat mengapresiasi dilakukannya revitalisasi ini,” ungkapnya.
Peningkatan pendapatan juga dirasakan pedagang lainnya, salah satunya Fadli (28). Meskipun tidak menyebutkan berapa besar nilai peningkatan penjualan, tapi pekerja Warkop Agam ini mengakui, pasca revitalisasi penghasilan mereka mengalami peningkatan, terutama saat akhir pekan.
“Setiap akhir pekan, banyak orang yang berolahraga dan mengunjungi kawasan ini. Ketika selesai bersepeda atau berjalan kaki, mereka juga mampir ke tempat kami untuk menghilangkan lelah,” jelas Fadli.
Sementara itu menurut Agnes (21), salah seorang pengunjung, pasca revitalisasi, Kota Lama Kesawan kini semakin lebih cantik dan menawan sehingga mengundang banyak warga, termasuk wisatawan lokal maupun manca negara datang. Hal ini karena banyak spot foto dan lokasi nongkrong ditemui.
“Bahkan, malam hari wajah Kota Lama Kesawan terlihat lebih menarik sehingga mengundang lebih banyak lagi pengunjung yang datang. Ditambah lagi di seputaran Kota Lama Kesawan banyak ditemui pedagang angkringan yang menjual beraneka ragam kuliner,” papar Agnes.
Memang, kawasan Kesawan yang berada di inti kota Medan ini memiliki nilai sejarah dan menjadi saksi perkembangan kota Medan hingga sekarang. Deretan bangunan tua bergaya arsitektur eropa, melayu dan cina masih berdiri kokoh hingga saat ini dan dapat dinikmati oleh masyarakat kota Medan maupun wisatawan yang berkunjung ke Kota Medan.
Meski Kesawan sempat kurang tertata dengan rapi bahkan sebagian masyarakat ada yang menyebutkan “hutan kabel” akibat dari banyaknya jaringan utilitas kabel yang terbentang di udara, namun kini ditangan Wali Kota Medan Bobby Nasution kawasan tersebut diubah menjadi ruang pedestrian yang ramah bagi pejalan kaki guna mengembalikan fungsi Kesawan sebagai objek wisata cagar budaya.
Berdasarkan surat bernomor 640/5384, Pemko Medan berkolaborasi dengan Kementerian PUPR merevitalisasi kawasan Kesawan dengan melakukan penataan di beberapa titik meliputi jalur pedestrian, pembangunan jalur sepeda, penataan lansekap, penggantian lapisan beberapa ruas jalan, tata cahaya, penataan saluran drainase dan pembenahan kabel jaringan (ducting utility) dengan mengupayakan kabel jaringan berada di dalam tanah sebagaimana program Medan Rapi Tanpa Kabel (merata) sehingga memberikan kenyamanan dan keamanan bagi siapa saja yang melintasi kawasan tersebut.
Kini Kesawan telah kembali fungsinya sebagai lokasi wisata cagar budaya yang dapat dijadikan tempat rekreasi dan berkumpul masyarakat. Bagi remaja, Kesawan sering dijadikan tampat bersantai bersama teman maupun keluarga terutama pada malam hari. Sedangkan bagi orang tua, Kesawan menjadi tempat nostalgia yang menyimpan banyak kenangan.
Apalagi di sepanjang Kesawan itu berdiri sejumlah bangunan bersejarah seperti kediaman Tjong A Fie, Restaurant Tip Top, Gedung PT. PP London Sumatera Indonesia dan masih banyak bangunan bersejarah lainya. (map/ila)













