PERSOALAN sampah di Indonesia masih menjadi masalah besar karena belum dikelola dengan baik. Hal ini karena tumpukan sampah kian meningkat.
Di tahun 2023, timbunan sampah ada 69,9 juta ton per tahun. Paparan ini disampaikan Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rosa Vivien Ratnawati SH MSD, Selasa (4/6).
Ia berbicara secara daring pada kegiatan Seminar Nasional Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang diselenggarakan Universitas Sari Mutiara (USM) Indonesia. Seminar nasional ini dihadiri Rektor USM Indonesia Dr Ivan Elisabeth Purba MKes diwakili Wakil Rektor III Dr Ns Johansen Hutajulu AP, dosen dan mahasiswa USM Indonesia serta undangan lainnya.
Tema seminar yakni: Prospek Pengolahan Sampah Sumut dalam Mendukung Restorasi Lahan, Penggurunan dan Ketahanan terhadap Kekeringan.
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengatakan bahwa timbunan sampah perkotaan diperkirakan akan meningkat dari 2,3 miliar ton pada tahun 2023 menjadi 3,8 miliar ton pada tahun 2050.
Selain itu terdapat 38 persen sampah global yang tidak terkelola dengan baik yang mengakibatkan pencemaran lingkungan. Akibatnya bisa menimbulkan polutan dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Belum lagi sampah yang masuk ke perairan.
”Tanpa tindakan segera dalam pengelolaan sampah, pada tahun 2050 biaya tahunan global ini bisa mencapai dua kali lipat hingga mencapai USD 640,3 miliar,” kata Rosa Vivien Ratnawati SH MSD.
Sesuai penelitian, lanjut direktur jenderal, 400 ribu hingga satu juta orang meninggal setiap tahun akibat penyakit yang berhubungan dengan pengelolaan sampah yang salah seperti diare, malaria, penyakit jantung dan kanker.
Ia menambahkan bahwa plastik menyumbang setidaknya 85 persen dari total sampah laut. Sampah plastik merupakan penyebab sebagian besar atau 36 persen produksi plastik.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provsu Ir Yuliani Siregar MHP saat membuka seminar nasional mengutarakan bahwa jumlah sampah di Sumut mencapai 2,2 juta ton per tahun atau 6.242 ton per hari.
Di Sumut, sebut kepala dinas, sampah juga menjadi persoalan besar. Beberapa daerah memang memiliki tempat pembuangan akhir (TPA), namun kondisinya tidak memadai dan belum diolah menjadi energi terbarukan.
Padahal timbunan sampah bisa menimbulkan gas metan dan berbahaya kalau meledak bagi masyarakat sekitar dan menimbulkan emisi karbon.
Untuk itu, katanya, salah satu solusi, PUPR dan Pemprovsu berencana membangun TPA regional seluas 50 hektar di Deliserdang yang menjadi tempat pembuangan akhir bagi lintas daerah.
Dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) juga sudah disiapkan. Tinggal menyelesaikan ganti rugi rugi lahan dengan masyarakat.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provsu sudah membentuk bank unit sampah atau rumah hijau.
Di Belawan ada koperasi bisa mengelola sampah plastik menjadi pengganti kayu. Sedangkan untuk sampah organik bisa diolah eco enzyme. Eco Enzyme banyak fungsinya bisa untuk mengepel, pupuk, disinfektan dan meningkatkan kualitas air.
Disamping itu sedang dikembangkan budidaya magot yang bernilai ekonomi tinggi untuk mengurangi sampah buah dan sayur di pasar-pasar. Ia mengingatkan masyarakat untuk tidak membuang sampah ke parit. Lakukan pemilahan sampah agar lebih bermanfaat.
Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup Surakarta Kristiana Hariyanti APi MSi MM secara daring menyebutkan bahwa Surakarta sudah mampu mengatasi sampah. Tidak ada lagi tempat pembuangan sampah konvensional karena diganti TPS mobile. Kemudian membangun pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa).
Untuk menghasilkan energi lima mega watt dibutuhkan sampah 545 ton sampah per hari. Sementara per hari produksi sampah 245 ton. Kekurangan sampah 300 ton per hari diambil dari TPA.
Seminar nasional dengan moderator Dr Vivi Purwandari MSi (ketua Pusat Studi Rendah Karbon USM Indonesia) juga menghadirkan nara sumber Prof Dr Abdul Rauf (guru besar Konservasi Tanah dan Pengelolaan DAS Universitas Sumatera Utara), Armawati Chaniago (direktur Perkumpulan Arta Jaya) dan Dr Kurnya Roesad (Global Green Growth Institute).
Ketua Yayasan Sari Mutiara Dr Parlindungan Purba MM saat menutup seminar nasional meminta keseriusan semua pihak terhadap persoalan pengelolaan air, sampah dan pangan.
Mantan senator anggota DPD RI juga berharap seminar yang dilakukan USM Indonesia tersebut dapat membawa kebaikan bagi bangsa dan negara. (dmp)