Oleh: Restio Sidebang, Panni Ance Lumbantobing dan Sri Dewi
(Mahasiswa Pendidikan Dasar S3 Unimed)
Wacana pergantian kurikulum merdeka dengan model deep learning semakin santer diperbincangkan oleh publik. Perubahan ini memunculkan berbagai pertanyaan, terutama terkait konsep deep learning itu sendiri.
Gagasan perubahan ini diisyaratkan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti yang memberi sinyal akan mengkaji ulang kurikulum merdeka dan mengarahkannya ke model pembelajaran berbasis deep learning pada rapat kerja Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah bersama Komisi X DPR RI membahas peningkatan kualitas pendidikan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran deep learning.
Dalam era pendidikan modern, pendekatan pembelajaran tidak lagi hanya berfokus pada hafalan dan transfer ilmu secara satu arah. Salah satu metode yang kini semakin dikembangkan adalah deep learning atau pembelajaran mendalam. Pendekatan ini menekankan pada penciptaan suasana belajar yang berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful) sehingga peserta didik dapat memahami konsep secara lebih mendalam dan holistik.
Deep learning bukan sekadar metode untuk meningkatkan pemahaman siswa, melainkan sebuah pendekatan yang mengubah cara belajar menjadi lebih aktif, kolaboratif dan mendalam. Berbeda dengan pembelajaran tradisional yang lebih menekankan pada hafalan dan pengulangan informasi, deep learning mengajak siswa untuk menggali lebih dalam tentang materi pelajaran, mengaitkan konsep-konsep yang dipelajari dan menerapkannya dalam situasi nyata.
Metode ini berfokus pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, kemampuan analisis dan kreativitas dengan tujuan menciptakan pemahaman yang lebih holistik. Dalam pendekatan ini, siswa tidak hanya menerima informasi, tetapi juga aktif dalam membangun pengetahuan melalui berbagai pengalaman belajar yang memacu mereka untuk berpikir secara mandiri dan bekerja sama.
Apa itu deep learning?
Istilah deep learning yang dipakai oleh Mendikdasmen tidak sama dengan istilah deep learning yang lazim digunakan dalam ranah Artificial Intelligence (AI). Dalam konteks pendidikan, deep learning adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pemahaman konsep dan penguasaan kompetensi secara mendalam dalam cakupan materi yang lebih sempit.
Deep learning dalam pendidikan bukan sekadar memahami materi secara permukaan, tetapi lebih kepada membangun hubungan yang kuat antara ilmu yang dipelajari dengan pengalaman nyata dalam kehidupan. Konsep ini mengintegrasikan empat aspek utama dalam pembelajaran yaitu olah pikir (intelektual) yang mendorong daya kritis, analitis dan pemecahan masalah yang lebih dalam serta olah hati (etika) yang membentuk karakter dan sikap moral yang baik dalam belajar.
Kemudian olah rasa (estetika) yang mengembangkan apresiasi terhadap keindahan, seni dan kreativitas dalam pembelajaran serta olah raga (kinestetik) yang meningkatkan kesadaran akan pentingnya gerak dan aktivitas fisik dalam proses belajar.
Dengan menerapkan pendekatan ini, peserta didik tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga memiliki pemahaman yang lebih dalam, relevan dan aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.
Bagaimana memanusiakan manusia dalam mindful, meaningful dan joyful learning? Pendekatan mindful learning, meaningful learning dan joyful learning berakar pada prinsip bahwa pendidikan harus memperlakukan peserta didik sebagai manusia seutuhnya, bukan sekadar objek transfer ilmu pengetahuan.
Pendekatan mindful learning, meaningful learning dan joyful learning memiliki peran penting dalam membentuk manusia yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga memiliki kesadaran, makna dan kebahagiaan dalam proses belajar. Dengan menerapkan ketiga konsep ini, pendidikan tidak hanya menjadi sarana mentransfer ilmu, tetapi juga menjadi wadah untuk membangun manusia yang lebih manusiawi-memiliki empati, kebijaksanaan, dan keterampilan hidup yang mendukung perkembangan mereka di masyarakat.
Mindful learning adalah proses belajar yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan perhatian terhadap apa yang sedang dipelajari. Dalam konteks ini, peserta didik diajak untuk lebih hadir secara mental, emosional dan fisik dalam setiap proses belajar.
Meaningful learning atau pembelajaran bermakna menekankan pada keterhubungan antara pengetahuan baru dengan pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Joyful learning adalah pendekatan yang menekankan bahwa belajar harus menjadi pengalaman yang menyenangkan dan memotivasi.
Kesimpulan
Dalam konteks deep learning, pendekatan ini selaras dengan prinsip pembelajaran mendalam yang menekankan pemahaman konsep secara komprehensif, koneksi antara berbagai disiplin ilmu serta kemampuan berpikir kritis dan analitis.
Mindful learning mendukung kesadaran dan fokus dalam proses belajar. Meaningful learning memastikan bahwa informasi diolah dengan baik dan dikaitkan dengan pengalaman nyata. Sedangkan joyful learning menciptakan kondisi optimal bagi otak untuk belajar secara efektif.
Dengan demikian, ketika pendidikan menerapkan pendekatan ini, peserta didik tidak hanya sekadar menghafal informasi, tetapi mampu memahami, mengolah, dan menerapkan pengetahuan secara lebih mendalam serta kreatif dalam berbagai konteks kehidupan. (*)