26 C
Medan
Sunday, December 22, 2024
spot_img

Kepala Dinas Pendidikan Provsu Hadiri Milad 59 Tahun YPAC, Mereka Harus Mendapatkan Perhatian Kita

YPAC memperingati milad ke-59 dengan menggelar berbagai kegiatan, Selasa (14/2). Milad yayasan pendidikan di Jalan Adinegoro Medan ini dihadiri Kepala Dinas Pendidikan Sumut Asren Nasution, Ketua YPAC Hj Revita Evitika Lubis, Kepala Sekolah YPAC Suratno, orangtua dan 130 siswa YPA serta sejumlah undangan.

Selain silaturahim dengan kepala Dinas Pendidikan Sumut, milad 59 tahun YPAC diwarnai dengan penampilan siswa YPAC yang memakai pakaian tradisional dan profesi dalam rangka pengembangan profil pelajar Pancasila.

Anak-anak disabilitas intelektual ini diajari kebhinekaan global untuk menghargai perbedaan dan aneka ragam budaya yang akan dijumpai sehari-hari di masyarakat. Para siswa pun tampil memukau dalam peragaan busana. Kegembiraan terlihat saat mereka berlomba.

Siswa di YPAC sendiri terbagi dua. Ada yang mampu didik dengan tataran kecerdasan 50-70 dan ada yang mampu latih dengan tataran kecerdasan 30-40. Dari sisi penilaian psikologi, mereka akan ditentukan masuk anak mampu didik atau latih.

Anak yang mampu didik ini dapat dikembangkan kemampuan untuk baca dan tulis. Sedangkan anak yang mampu latih, mereka lebih banyak dikembangkan pada bidang-bidang terapan keterampilan sehari-hari.

Anak yang mampu latih yang alami hambatan komunikasi, ada yang diberikan terapi wicara. Ada juga yang alami hambatan motorik sehingga juga diberikan terapi.

Disini juga ada dua klasifikasi siswa yakni tuna daksa (disabilitas fisik) dan tuna grahita (disabilitas intelektual). Sedangkan jenjang pendidikan yang diberikan pada siswa YPAC sama dengan pendidikan umum mulai TK, SD, SMP dan SMA.

Bahkan di YPAC, juga ada jenjang pendidikan layanan khusus yang memberikan berbagai keterampilan sehari-hari bagi siswa yang sudah tamat SMA. ”Kalau di masyarakat, seperti perkuliahan. Mereka belajar selama tiga tahun. Ini sebagai bekal mereka saat ditengah-tengah masyarakat,” ucap Suratno selaku kepala sekolah YPAC saat bersua Sumut Pos.

Ia menambahkan, lulusan YPAC sangat jarang diterima bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). ”Betul ada dimudahkan regulasi dalam penerimaan formasi kerja. Namun aturan-aturan umum tetap harus dijalani. Inikan anak-anak disabilitas intelektual. Kebanyakan yang berhasil adalah disabilitas fisik.

”Seperti tuna runggu dengan hambatan komunikasi verbal dengan kemampuan intelektual yang bagus, sebut Suratno, mereka bisa diterima sebagai ASN. Perusahaan pun ada ketentuan bahwa minimal 1-2 persen dari pekerjanya harus ada memperkejakan penyandang disabilitas. Namun mereka pun ogah-ogahan,” ujarnya.

Karenanya, ia bersama pihak terkait terus mendorong agar kondisi ini dapat berubah lebih baik. ”Kita mendorong ke dinas-dinas terkait. Demikian juga ke perusahaan-perusahaan mengingatkan adanya kewajiban minimal 1 persen (non-pemerintahan) dan 2 persen (pemerintahan) yang mestinya harus dipenuhi.

Terhadap instansi dan perusahaan yang telah memenuhi kewajiban tadi, Suratno pun memberi apresiasi. ”Dinas Pendidikan sudah melakukan. Kami sendiri pun sudah mempekerjakan empat orang termasuk ikut menangani keterampilan membatik,” kata kepala sekolah.

Lebih Semangat—
Sebelumnya saat milad YPAC, Kepala Dinas Pendidikan Sumut Asren Nasution pun menaruh perhatian serius terhadap perkembangan YPAC. ”Mereka pun harus mendapatkan perhatian kita. Tetap semangat belajar ya Nak,” kata pejabat Pemprovsu tersebut.

Kepala dinas juga mendorong yayasan, kepala sekolah beserta jajarannya untuk terus semangat untuk mendidik anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah luar biasa YPAC. Yang utama juga keikhlasan semua yayasan, guru dan orangtua dalam membina siswa berkebutuhan khusus.

Asren Nasution menegaskan bahwa siswa YPAC juga merupakan aset bangsa. Mereka bukan memiliki kelemahan, tetapi mereka memiliki kelebihan yang tersembunyi.

Untuk itu, lanjut kepala dinas, pihak yayasan, guru dan orangtua berkewajiban menemukan kelebihan yang tersembunyi tersebut.

Ketua YPAC Medan Hj Revita Evitika Lubis berharap YPAC dalam usia 59 tahun akan selalu meningkatkan pelayanan pendidikan, terapi medis, pelayanan keterampilan dan pelayanan sosial.

Yayasan juga akan terus bekerja sama dengan organisasi perangkat daerah dilingkungan Pemprovsu terutama dinas pendidikan, dinas sosial dan dinas PPA. Demikian pula kerja sama dengan berbagai BUMN, perusahaan dan yayasan sejenis untuk menumbuhkan dan membina, meningkatkan kemampuan, peran serta dan partisipasi untuk anak-anak berkebutuhan khusus. (dmp)

YPAC memperingati milad ke-59 dengan menggelar berbagai kegiatan, Selasa (14/2). Milad yayasan pendidikan di Jalan Adinegoro Medan ini dihadiri Kepala Dinas Pendidikan Sumut Asren Nasution, Ketua YPAC Hj Revita Evitika Lubis, Kepala Sekolah YPAC Suratno, orangtua dan 130 siswa YPA serta sejumlah undangan.

Selain silaturahim dengan kepala Dinas Pendidikan Sumut, milad 59 tahun YPAC diwarnai dengan penampilan siswa YPAC yang memakai pakaian tradisional dan profesi dalam rangka pengembangan profil pelajar Pancasila.

Anak-anak disabilitas intelektual ini diajari kebhinekaan global untuk menghargai perbedaan dan aneka ragam budaya yang akan dijumpai sehari-hari di masyarakat. Para siswa pun tampil memukau dalam peragaan busana. Kegembiraan terlihat saat mereka berlomba.

Siswa di YPAC sendiri terbagi dua. Ada yang mampu didik dengan tataran kecerdasan 50-70 dan ada yang mampu latih dengan tataran kecerdasan 30-40. Dari sisi penilaian psikologi, mereka akan ditentukan masuk anak mampu didik atau latih.

Anak yang mampu didik ini dapat dikembangkan kemampuan untuk baca dan tulis. Sedangkan anak yang mampu latih, mereka lebih banyak dikembangkan pada bidang-bidang terapan keterampilan sehari-hari.

Anak yang mampu latih yang alami hambatan komunikasi, ada yang diberikan terapi wicara. Ada juga yang alami hambatan motorik sehingga juga diberikan terapi.

Disini juga ada dua klasifikasi siswa yakni tuna daksa (disabilitas fisik) dan tuna grahita (disabilitas intelektual). Sedangkan jenjang pendidikan yang diberikan pada siswa YPAC sama dengan pendidikan umum mulai TK, SD, SMP dan SMA.

Bahkan di YPAC, juga ada jenjang pendidikan layanan khusus yang memberikan berbagai keterampilan sehari-hari bagi siswa yang sudah tamat SMA. ”Kalau di masyarakat, seperti perkuliahan. Mereka belajar selama tiga tahun. Ini sebagai bekal mereka saat ditengah-tengah masyarakat,” ucap Suratno selaku kepala sekolah YPAC saat bersua Sumut Pos.

Ia menambahkan, lulusan YPAC sangat jarang diterima bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). ”Betul ada dimudahkan regulasi dalam penerimaan formasi kerja. Namun aturan-aturan umum tetap harus dijalani. Inikan anak-anak disabilitas intelektual. Kebanyakan yang berhasil adalah disabilitas fisik.

”Seperti tuna runggu dengan hambatan komunikasi verbal dengan kemampuan intelektual yang bagus, sebut Suratno, mereka bisa diterima sebagai ASN. Perusahaan pun ada ketentuan bahwa minimal 1-2 persen dari pekerjanya harus ada memperkejakan penyandang disabilitas. Namun mereka pun ogah-ogahan,” ujarnya.

Karenanya, ia bersama pihak terkait terus mendorong agar kondisi ini dapat berubah lebih baik. ”Kita mendorong ke dinas-dinas terkait. Demikian juga ke perusahaan-perusahaan mengingatkan adanya kewajiban minimal 1 persen (non-pemerintahan) dan 2 persen (pemerintahan) yang mestinya harus dipenuhi.

Terhadap instansi dan perusahaan yang telah memenuhi kewajiban tadi, Suratno pun memberi apresiasi. ”Dinas Pendidikan sudah melakukan. Kami sendiri pun sudah mempekerjakan empat orang termasuk ikut menangani keterampilan membatik,” kata kepala sekolah.

Lebih Semangat—
Sebelumnya saat milad YPAC, Kepala Dinas Pendidikan Sumut Asren Nasution pun menaruh perhatian serius terhadap perkembangan YPAC. ”Mereka pun harus mendapatkan perhatian kita. Tetap semangat belajar ya Nak,” kata pejabat Pemprovsu tersebut.

Kepala dinas juga mendorong yayasan, kepala sekolah beserta jajarannya untuk terus semangat untuk mendidik anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah luar biasa YPAC. Yang utama juga keikhlasan semua yayasan, guru dan orangtua dalam membina siswa berkebutuhan khusus.

Asren Nasution menegaskan bahwa siswa YPAC juga merupakan aset bangsa. Mereka bukan memiliki kelemahan, tetapi mereka memiliki kelebihan yang tersembunyi.

Untuk itu, lanjut kepala dinas, pihak yayasan, guru dan orangtua berkewajiban menemukan kelebihan yang tersembunyi tersebut.

Ketua YPAC Medan Hj Revita Evitika Lubis berharap YPAC dalam usia 59 tahun akan selalu meningkatkan pelayanan pendidikan, terapi medis, pelayanan keterampilan dan pelayanan sosial.

Yayasan juga akan terus bekerja sama dengan organisasi perangkat daerah dilingkungan Pemprovsu terutama dinas pendidikan, dinas sosial dan dinas PPA. Demikian pula kerja sama dengan berbagai BUMN, perusahaan dan yayasan sejenis untuk menumbuhkan dan membina, meningkatkan kemampuan, peran serta dan partisipasi untuk anak-anak berkebutuhan khusus. (dmp)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru