JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Ditjen Dikti-Kemendikbud) mengingatkan para pendidik agar tidak larut dengan budaya asing.
Dirjen Dikti Nizam mengatakan bahwa faktor utama penguatan dalam pendidikan adalah keluarga sebagai inti dasar pendidikan pembentukan karakter. Kemudian ekosistem sekolah. Di dalamnya terdapat ruang kelas, pembelajaran yang bermakna, dan guru sebagai panutan.
“Oleh karena itu penumbuh kembangan karakter harus dilakukan bersama-sama ekosistem dan budaya sekolah yang sehat,” ujar Nizam dalam keterangannya, Minggu (14/3).
Maka dari itu, Nizam mengingatkan para insan pendidikan agar berhati-hati menyikapi budaya asing supaya tidak terlalu larut. Sejatinya budaya asing budaya lokal terjadi akulturasi.
“Meskipun banyaknya masuk budaya asing tetapi terjadi akulturasi, sehingga tetap menjadi budaya Indonesia. Tugas bersama untuk tetap membawa kearifan nasional yang unik dan khas dari Indonesia,” imbuh Nizam.
Dia menyebut, dalam pendidikan tinggi terdapat beberapa mata kuliah y ang menjadi bagian penting untuk membentuk karakter mahasiswa. Yakni, mata kuliah agama, pancasila, kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia.
“Kampus sebagai penumbuh intelektual muda yang kritis tetapi santun. Kita punya adab, kita punya sopan santun, kita punya akhlak mulia yang harus dijaga, dipertahankan, bukan kemudian kita menjadi masyarakat barat. Kesantunan adalah akar budaya kita,” pungkas Nizam. (jpnn/azw)
JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Ditjen Dikti-Kemendikbud) mengingatkan para pendidik agar tidak larut dengan budaya asing.
Dirjen Dikti Nizam mengatakan bahwa faktor utama penguatan dalam pendidikan adalah keluarga sebagai inti dasar pendidikan pembentukan karakter. Kemudian ekosistem sekolah. Di dalamnya terdapat ruang kelas, pembelajaran yang bermakna, dan guru sebagai panutan.
“Oleh karena itu penumbuh kembangan karakter harus dilakukan bersama-sama ekosistem dan budaya sekolah yang sehat,” ujar Nizam dalam keterangannya, Minggu (14/3).
Maka dari itu, Nizam mengingatkan para insan pendidikan agar berhati-hati menyikapi budaya asing supaya tidak terlalu larut. Sejatinya budaya asing budaya lokal terjadi akulturasi.
“Meskipun banyaknya masuk budaya asing tetapi terjadi akulturasi, sehingga tetap menjadi budaya Indonesia. Tugas bersama untuk tetap membawa kearifan nasional yang unik dan khas dari Indonesia,” imbuh Nizam.
Dia menyebut, dalam pendidikan tinggi terdapat beberapa mata kuliah y ang menjadi bagian penting untuk membentuk karakter mahasiswa. Yakni, mata kuliah agama, pancasila, kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia.
“Kampus sebagai penumbuh intelektual muda yang kritis tetapi santun. Kita punya adab, kita punya sopan santun, kita punya akhlak mulia yang harus dijaga, dipertahankan, bukan kemudian kita menjadi masyarakat barat. Kesantunan adalah akar budaya kita,” pungkas Nizam. (jpnn/azw)