28 C
Medan
Wednesday, August 21, 2024

Mahasiswa USU Wujudkan Mimpi Melalui Program IISMA

MEDAN – Sejak pertama kali diluncurkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Teknolodi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Nadiem Makarim, Program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) telah menjadi primadona bagi mahasiswa Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Banyak mahasiswa “memburu” program ini, karena ingin merasakan atmosfer pendidikan dan kebudayaan berbeda di luar negeri.

Tak terkecuali di Universitas Sumatera Utara (USU). Setiap tahun, program ini banyak diikuti oleh ratusan mahasiswa, namun karena ketatnya proses seleksi hanya puluhan yang berhasil lolos. Pada 2021, USU berhasil meloloskan lima mahasiswa, 2022 10 mahasiswa, di 2023 ada sembilan mahasiswa, dan 2024 ini, meningkat menjadi 15 mahasiswa. Grafik peningkatan mahasiswa yang lolos IISMA itu, menandakan kualitas mahasiswa USU semakin baik hingga mampu menjadi awardee Program IISMA yang merupakan dambaan banyak mahasiswa se-Indonesia.

Aisah Fahrani dari Program Bahasa Mandarin Fakultas Ilmu Budaya (FIB) adalah satu dari 15 mahasiswa yang tahun ini berkesempatan merdeka belajar ke luar negeri melalui Program IISMA, tepatnya ke National Taiwan University of Science and Technology, Taiwan. Dia senang bukan kepalang saat mengetahui berhasil “menaklukkan” proses seleksi IISMA.

Aisah menceritakan, tak mudah melalui tahapan seleksi Program IISMA. Banyak aral melintang, satu di antaranya adalah menembus tes TOEFL, IELTS atau Duolingo. Selain tesnya yang sulit, biaya yang dikeluarkan juga tak sedikit.

“Banyak awardee yang harus berkali-kali tes demi bisa mendapatkan hasil yang memuaskan,” ungkap Aisah.

Senada, Vanness Cantona, mahasiswa Program Studi Sastra Inggris, FIB USU, yang lolos ke Michigan State University, Amerika Serikat, mengatakan, selain tes Bahasa Inggris, kesulitan lainnya adalah dia harus menulis essay yang bagus, relevan, dan berkesan. Essay yang bagus adalah kunci pertama untuk bisa lolos seleksi tahap pertama.
Pada proses pembuatan essay, Vannes mengaku, melakukan persiapan dan riset selama sebulan lebih.

“Lelah pastinya, tapi demi mewujudkan mimpi, selalu ada kalimat pantang mundur,” katanya.

Cerita berbeda dialami Hilmi Muthahhari Situmorang, mahasiswa Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) USU. Dia bahkan telah menargetkan lolos Program IISMA dari semester-semester sebelumnya. Karenanya dia berusaha keras menyeimbangkan kegiatan akademik dan non-akademik.

“Kedua hal ini perlu diperjuangkan dan diseimbangkan, lelah dan letih itu pasti, tapi kuncinya jangan mudah menyerah,” ujar Hilmi, yang berhasil lolos ke Singapore Management University, Singapura.

Ketatnya persaingan untuk bisa lolos menjadi awardees Program IISMA, ditambah dengan biaya tes yang tak murah memang kerap menjadi tantangan tersendiri.

Aisah Fahrani mengatakan, tak jarang untuk mendapatkan sertifikat Bahasa Inggris, rekan-rekannya harus mencoba dua sampai tiga kali. Sekali tes biayanya paling murah mencapai Rp900.000.

Karena itu, para awardees menilai sejatinya tantangan yang paling besar untuk mengikuti tes Program IISMA ini adalah keterbatasan biaya. Untuk itu, para awardees berharap ke depan proses ini bisa diubah, atau kalau memungkinkan biaya tes disubsidi atau digratiskan. Sebab, bila biaya yang dikeluarkan cukup tinggi, kesempatan belajar ke luar negeri akan tertutup bagi mereka yang rendah ekonominya. Program IISMA hanya akan dinikmati oleh kalangan menengah atas dan dirasa kurang berkeadilan.

Ridwan Firmansyah dari FEB USU, Program Studi Manajemen yang lolos ke National Cheng Kung University, Taiwan, mengamini hal tersebut. Karena itu, dia berpesan kepada para awardee di 2025 agar mempersiapkan diri mereka dengan baik.

“Khususnya menabung, siapin dana buat tes Bahasa Inggris dan lain-lain, tingkatin Bahasa Inggris, pertahankan IPK tetap di atas 3.0, perkaya CV dengan aktif di organisasi dan pilih universitas dengan bijaksana,” pesan Ridwan.

Senada dengan Ridwan, Edbert Nathaniel, mahasiswa FEB USU, Program Studi Managemen yang lolos ke University of Queensland, Australia, juga membagikan tipsnya. Yakni dengan riset dan mencari tahu tentang Program IISMA dengan detail, refleksi diri untuk mengetahui kemampuan, kelebihan dan kekurangan diri sendiri, serta persiapkan persyaratan dokumen seleksi sedini mungkin.

Rektor USU Prof Muryanto Amin, dalam berbagai kesempatan terus mendorong mahasiswa USU meraih prestasi yang gemilang. Dia selalu memotivasi para mahasiswa USU untuk menjadi seorang pembelajar sejati yang tak kenal menyerah, serta adaptif terhadap perubahan zaman.

Pada masa kepemimpinannya, internasionalisasi universitas menjadi target penting yang harus direalisasikan. Karena itu, Program IISMA menjadi skala prioritas USU yang secara konsisten dilaksanakan setiap tahunnya. Para awardee yang lolos Program IISMA diharapkan tidak hanya sekadar merasakan iklim pendidikan yang berbeda, namun juga diharapkan menjadi pembawa pesan dan kesan yang baik terhadap USU di mata internasional.

Para awardee Program IISMA 2024 telah berhasil mewujudkan impian mereka dengan kerja keras dan konsisten dalam menghalau hambatan dan rintangan. Mereka berhasil membuktikan diri menjadi pembelajar yang tangguh sesuai yang diharapkan.

Muryanto berharap, sepulangnya mahasiswa dari Program IISMA, mereka mampu menjadi generasi-generasi emas untuk Indonesia. (rel/saz)

MEDAN – Sejak pertama kali diluncurkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Teknolodi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Nadiem Makarim, Program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) telah menjadi primadona bagi mahasiswa Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Banyak mahasiswa “memburu” program ini, karena ingin merasakan atmosfer pendidikan dan kebudayaan berbeda di luar negeri.

Tak terkecuali di Universitas Sumatera Utara (USU). Setiap tahun, program ini banyak diikuti oleh ratusan mahasiswa, namun karena ketatnya proses seleksi hanya puluhan yang berhasil lolos. Pada 2021, USU berhasil meloloskan lima mahasiswa, 2022 10 mahasiswa, di 2023 ada sembilan mahasiswa, dan 2024 ini, meningkat menjadi 15 mahasiswa. Grafik peningkatan mahasiswa yang lolos IISMA itu, menandakan kualitas mahasiswa USU semakin baik hingga mampu menjadi awardee Program IISMA yang merupakan dambaan banyak mahasiswa se-Indonesia.

Aisah Fahrani dari Program Bahasa Mandarin Fakultas Ilmu Budaya (FIB) adalah satu dari 15 mahasiswa yang tahun ini berkesempatan merdeka belajar ke luar negeri melalui Program IISMA, tepatnya ke National Taiwan University of Science and Technology, Taiwan. Dia senang bukan kepalang saat mengetahui berhasil “menaklukkan” proses seleksi IISMA.

Aisah menceritakan, tak mudah melalui tahapan seleksi Program IISMA. Banyak aral melintang, satu di antaranya adalah menembus tes TOEFL, IELTS atau Duolingo. Selain tesnya yang sulit, biaya yang dikeluarkan juga tak sedikit.

“Banyak awardee yang harus berkali-kali tes demi bisa mendapatkan hasil yang memuaskan,” ungkap Aisah.

Senada, Vanness Cantona, mahasiswa Program Studi Sastra Inggris, FIB USU, yang lolos ke Michigan State University, Amerika Serikat, mengatakan, selain tes Bahasa Inggris, kesulitan lainnya adalah dia harus menulis essay yang bagus, relevan, dan berkesan. Essay yang bagus adalah kunci pertama untuk bisa lolos seleksi tahap pertama.
Pada proses pembuatan essay, Vannes mengaku, melakukan persiapan dan riset selama sebulan lebih.

“Lelah pastinya, tapi demi mewujudkan mimpi, selalu ada kalimat pantang mundur,” katanya.

Cerita berbeda dialami Hilmi Muthahhari Situmorang, mahasiswa Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) USU. Dia bahkan telah menargetkan lolos Program IISMA dari semester-semester sebelumnya. Karenanya dia berusaha keras menyeimbangkan kegiatan akademik dan non-akademik.

“Kedua hal ini perlu diperjuangkan dan diseimbangkan, lelah dan letih itu pasti, tapi kuncinya jangan mudah menyerah,” ujar Hilmi, yang berhasil lolos ke Singapore Management University, Singapura.

Ketatnya persaingan untuk bisa lolos menjadi awardees Program IISMA, ditambah dengan biaya tes yang tak murah memang kerap menjadi tantangan tersendiri.

Aisah Fahrani mengatakan, tak jarang untuk mendapatkan sertifikat Bahasa Inggris, rekan-rekannya harus mencoba dua sampai tiga kali. Sekali tes biayanya paling murah mencapai Rp900.000.

Karena itu, para awardees menilai sejatinya tantangan yang paling besar untuk mengikuti tes Program IISMA ini adalah keterbatasan biaya. Untuk itu, para awardees berharap ke depan proses ini bisa diubah, atau kalau memungkinkan biaya tes disubsidi atau digratiskan. Sebab, bila biaya yang dikeluarkan cukup tinggi, kesempatan belajar ke luar negeri akan tertutup bagi mereka yang rendah ekonominya. Program IISMA hanya akan dinikmati oleh kalangan menengah atas dan dirasa kurang berkeadilan.

Ridwan Firmansyah dari FEB USU, Program Studi Manajemen yang lolos ke National Cheng Kung University, Taiwan, mengamini hal tersebut. Karena itu, dia berpesan kepada para awardee di 2025 agar mempersiapkan diri mereka dengan baik.

“Khususnya menabung, siapin dana buat tes Bahasa Inggris dan lain-lain, tingkatin Bahasa Inggris, pertahankan IPK tetap di atas 3.0, perkaya CV dengan aktif di organisasi dan pilih universitas dengan bijaksana,” pesan Ridwan.

Senada dengan Ridwan, Edbert Nathaniel, mahasiswa FEB USU, Program Studi Managemen yang lolos ke University of Queensland, Australia, juga membagikan tipsnya. Yakni dengan riset dan mencari tahu tentang Program IISMA dengan detail, refleksi diri untuk mengetahui kemampuan, kelebihan dan kekurangan diri sendiri, serta persiapkan persyaratan dokumen seleksi sedini mungkin.

Rektor USU Prof Muryanto Amin, dalam berbagai kesempatan terus mendorong mahasiswa USU meraih prestasi yang gemilang. Dia selalu memotivasi para mahasiswa USU untuk menjadi seorang pembelajar sejati yang tak kenal menyerah, serta adaptif terhadap perubahan zaman.

Pada masa kepemimpinannya, internasionalisasi universitas menjadi target penting yang harus direalisasikan. Karena itu, Program IISMA menjadi skala prioritas USU yang secara konsisten dilaksanakan setiap tahunnya. Para awardee yang lolos Program IISMA diharapkan tidak hanya sekadar merasakan iklim pendidikan yang berbeda, namun juga diharapkan menjadi pembawa pesan dan kesan yang baik terhadap USU di mata internasional.

Para awardee Program IISMA 2024 telah berhasil mewujudkan impian mereka dengan kerja keras dan konsisten dalam menghalau hambatan dan rintangan. Mereka berhasil membuktikan diri menjadi pembelajar yang tangguh sesuai yang diharapkan.

Muryanto berharap, sepulangnya mahasiswa dari Program IISMA, mereka mampu menjadi generasi-generasi emas untuk Indonesia. (rel/saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/