KISARAN, SUMUTPOS.CO – Sambil menyelam, minum air. Itulah yang dilakukan ibu guru Isnaini SPd, saat menggelar kegiatan rutin Gebyar Bulan Bahasa di SMP Negeri 3 Kisaran, Sumatera Utara. Ia memberdayakan pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) menjadi panitia online tradisi tahunan memperingati Hari Sumpah Pemuda tersebut. Alhasil, acara tetap berlangsung dan anak-anak banyak belajar mengorganisir acara secara online.
“Biasanya, Gebyar Bulan Bahasa meng gelar berbagai kegiatan lomba, seperti lomba cipta dan baca puisi, resume buku, pidato, bercerita, cipta cerpen, dan berbalas pantun. Kegiatan digelar sore hari agar tidak mengganggu kegiatan belajar-mengajar. Sebelum pandemi Covid-19, kegiatan ini sangat ditunggu peserta didik karena menjadi wadah menampung kreativitas peserta didik, khususnya untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia,” kata Isnaini, guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Ki saran, Asahan, kepada Sumut Pos, kemarin.
Karena hingga saat ini sekolah belum diperbolehkan belajar tatap muka, Gebyar Bulan Bahasa sempat terancam tidak digelar. Namun Isnaini yang juga salahsatu fasilitator daerah komunikasi Asahan Program Pintar Tanoto Foundation, ini pantang menyerah. Ia ingin memberi contoh teladan kepada peserta didik agar dapat berkreativitas dalam situasi apapun.
“Gelar Bulan Bahasa di tengah pandemi pasti penuh tantangan. Namun kreativitas peserta didik harus tetap berkibar. Covid 19 harus dilawan. Banyak jalan ke Roma. Sebagai guru Bahasa Indonesia, saya katakan tradisi Bulan Bahasa harus tetap digelar, meski secara online,” cetusnya bersemangat.
Sebelum pandemi, kegiatan Bulan Bahasa diorganisi oleh MGMP Bahasa Indonesia. Namun kali ini, Isnaini menggandeng pengurus OSIS SMPN 3 Kisaran sebagai panitia. Alasannya, agar OSIS sebagai wadah organisasi siswa, semakin terlatih menjadi wadah kreativitas peserta didik.
“Mereka saya bimbing merancang suatu program. Awalnya, saya bimbing cara menyusun proposal dan diajukan ke kepala sekolah. Ternyata, Kepala Sekolah sangat mendukung. Alhamdulilah… tantangan pertama terlewati,” ucap bu guru peserta pelatihan Pengembangan Budaya Baca Tanoto Foundation ini, semringah.
Puas melihat pengurus OSIS penuh kegembiraan ketika proposal mereka lolos, Isnaini kembali menyemangati dengan mengatakan, kini naik level ke tantangan berikutnya.
Setelah proposal disetujui, OSIS merancang langkah kedua yaitu memilih teknik mengumumkan Gebyar Bulan Bahasa kepada peserta didik, di tengah Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Ada 6 lomba yang dirancang. Untuk siswa kelas VII ada lomba resume buku, lomba bercerita kisah fantasi, dan lomba berbalas pantun. Untuk siswa kelas VIII, ada lomba cipta dan baca puisi, lomba pidato, dan lomba resume buku. Sementara untuk siswa kelas IX, ada yaitu lomba cipta cerpen, berpidato, dan resume buku.
“Panitia memutuskan untuk mengumumkan syarat-syarat lomba melalui WhatsApp Group tiap kelas, melalui IG OSIS. Nah… tantangan tahap kedua ini ternyata cukup membuat panitia agak tertekan. Pasalnya hingga hari kedua setelah pengumuman, hanya beberapa peserta didik saja yang merespon,” kisahnya.
Pengurus OSIS sempat ragu bahkan agak down. Mereka mengadu ke Bu Isnaini. “Bu, bagaimana ini? Masih sedikit yang mendaftar. Apa kita lanjutkan?”
Sebagai guru yang baik, tentu saja Isnaini wajib memompa semangat anak-anak. “Saya katakan agar mereka bersabar dan pantang menyerah. Tentu tidak mudah memotivasi peserta didik mengikuti lomba via daring. Bakal banyak yang ragu apakah mereka mampu. Peserta pasti akan banyak bertanya soal syarat-syarat lomba, dan sebagainya. Sebagai panitia, pengurus OSIS harus melayani dengan penuh kesabaran,” kenangnya.
Panitia pun kembali bersemangat. Acara berlangsung lancar dengan dukungan semua pihak, baik dari Wakasek Kesiswaan, guru Bahasa Indonesia, para wali kelas, dan seluruh guru SMPN 2. Target peserta untuk mengikuti lomba terpenuhi. Lomba resume buku kelas VIII paling tinggi jumlah peserta. Cipta cerpen paling sedikit, hanya enam peserta.
Adapun teknis lomba pidato, bercerita, baca puisi, dan berbalas pantun, peserta mengirimkan video mereka dengan durasi waktu maksimal 5 menit. Tema pidato, cipta puisi, da berbalas pantun disesuaikan dengan suasana pandemi.
Beragam tingkah peserta saat mengirimkan video. “Ada yang cemas karena tidak bisa mengirim melalui WhatsApp. Ada yang panik karena tidak bisa mengirimkan melalui google drive. Mereka panik bilang ‘tidak bisa, tidak pandai’,” kekehnya.
Di sinilah, pengurus OSIS tampil memberikan tutorial cara mengirim video melalui google drive. Mereka memandu para peserta dengan penuh kesabaran.
“Saya lihat, selain materi keterampilan pidato, ternyata peserta didik juga mendapatkan ilmu IT. Pandemi ini ternyata tidak melulu berdampak negatif. Sisi positifnya juga ada, yakni peserta didik lebih kreatif dalam ilmu IT,” jelasnya.
Untuk teknis lomba resume buku dan cipta cerpen, peserta menggunakan aplikasi Google Class Room. Lewat aplikasi itu, para peserta mencipta cerpen di komentar pribadi dalam tempo 120 menit. Tema cerpen disesuaikan dengan suasana pandemi. Lomba digelar sore hari agar tidak mengganggu kegiatan belajar daring.
“Gebyar Bulan Bahasa di tengah pandemi ini menyisakan banyak kisah yang mengharu-birukan hati saya. Melihat video-video anak didik, ada yang memenuhi kriteria, ada juga yang bikin tertawa karena videonya gelap. Tapi semuanya memperlihatkan semangat memberi yang terbaik dari diri peserta. Sangat terharu,” kata Isnaini, dengan mata berkaca-kaca.
Pemenang lomba diumumkan lewat aplikasi Zoom. Sedangkan penyerahan hadiah digelar di sekolah, pada puncak peringatan Hari Sumpah Pemuda. Tentu dengan tetap menerapkan protokol kesehatan 3 M, yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak.
“Alhamdulillah, anak-anak didik tampak sangat bersemangat, meski digelar dalam segala keterbatasan. Hasil evaluasi saya, Gebyar Bulan Bahasa kali ini ber hasil menggali kreativitas panitia dan peserta lomba, dalam berbahasa dan menerapkan ilmu teknologi. Guru cukup bertindak sebagai fasilitator saja. Orangtua siswa pun bersemangat mendukung Bulan Bahasa ini, lewat kiriman foto orangtua mendampingi anaknya mengikut lomba. Rasanya senang sekali,” tutupnya sembari tersenyum lebar. (mea/azw)