26.7 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

USU Kembangkan Pusat Pelatihan Konservasi Ramah Lingkungan di Langkat

LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Universitas Sumatera Utara (USU), melalui Program Desa Binaan, mengembangkan desa wisata di Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. Pengembangan Desa Wisata ini dengan pertimbangan pemanfaatan potensi wisata di desa yang berbatasan dengan Taman nasional Gunung Leuser dan mitigasi konflik manusia dan harimau. Desa Timbang Lawan lokasinya dekat dengan destinasi wisata dunia yaitu Bukit Lawang sehingga sangat memungkinkan dikembangkan.

Dalam pengembangan desa wisata, USU bekerjasama dengan pemerintah desa dan mitra lembaga masyarakat yaitu BITCO (Banana Island Tiger Conservation Community). Salah satu perangkat pendukung ekowisata yang dikembangkan adalah dalam bentuk ecolodge.

Program ini yang diketuai oleh Dr. Pindi Patana S.Hut, M.Si, merupakan lanjutan dari program perencanaan lansekap ekowisata yang telah berjalan sejak tahun 2021 dan perencanaan desa wisata tahun 2022. Pada tahun 2023 program ini dilanjutkan dengan mengembangkan ecolodge sebagai pusat pendidikan konservasi bagi mahasiswa dan masyarakat umum.

Ecolodge yang dikembangkan USU bernama Ecolodge USU Rantau Panjang. Dengan luas sekitar 1 Ha, lokasi ini memanfaatkan bahan baku alam yang ada di sekitar lahan untuk pembangunannya. Sumber air berasal dari mata air yang berada di lahan ecolodge yang dekat dengan areal camping ground. Yang menarik, Ecolodge USU menggunakan pembangkit listrik tenaga surya untuk memenuhi kebutuhan daya listrik.

Instalasi listrik tenaga surya telah terpasang di Ecolodge USU Rantau Panjang. Daya listrik yang dihasilkan sebanyak 600 Watt dengan 1 panel surya. Perangkat solar cell yang terpasang terdiri dari solar panel, kabel solar panel, converter arus, solar charge controller, baterai dan perangkat jaringan listrik ke obyek beban daya (lampu, alat listrik, dll). Dengan daya ini, ecolodge bisa menyediakan daya listrik untuk 5 lampu serta beberapa titik pengisian daya untuk handphone dan perangkat listrik daya kecil.

Koordinator program ekowisata dan ecolodge USU, Dr. Achmad Siddik Thoha, S.Hut, M.Si menyebutkan bahwa sudah ada 3 kali kegiatan mahasiswa memanfaatkan fasilitas yang ada di ecolodge. Mahasiswa melakukan kegiatan camping, menerima materi lapangan dan kegiatan outbound.

Camping ground dipusatkan di areal bawah ecolodge dekat dengan sungai. Penyampaian materi dan outbound dipusatkan di lapangan depan bangunan ecolodge. Adapun di dalam bangunan ecolodge dipusatkan kegiatan koordinasi dan menginap dosen, asisten dan pendamping lapangan.

Pengembangan ecolodge juga terkait aktivasi ecolodge untuk berbagai kegiatan menunjang konservasi sumberdaya alam. Selain itu banyaknya kegiatan yang memanfaatkan ecolodge akan memotivasi mitra untuk terus mengembangkan kegiatan konservasi di Desa Timbang Lawan. Diharapkan pengembangan ecolodge USU Rantau Panjang mendapat dukungan luas dari berbagai pihak untuk menambah fasilitas dan keberlanjutan program sehingga menjangkau seluas mungkin manfaatnya. (rel/adz)

LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Universitas Sumatera Utara (USU), melalui Program Desa Binaan, mengembangkan desa wisata di Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. Pengembangan Desa Wisata ini dengan pertimbangan pemanfaatan potensi wisata di desa yang berbatasan dengan Taman nasional Gunung Leuser dan mitigasi konflik manusia dan harimau. Desa Timbang Lawan lokasinya dekat dengan destinasi wisata dunia yaitu Bukit Lawang sehingga sangat memungkinkan dikembangkan.

Dalam pengembangan desa wisata, USU bekerjasama dengan pemerintah desa dan mitra lembaga masyarakat yaitu BITCO (Banana Island Tiger Conservation Community). Salah satu perangkat pendukung ekowisata yang dikembangkan adalah dalam bentuk ecolodge.

Program ini yang diketuai oleh Dr. Pindi Patana S.Hut, M.Si, merupakan lanjutan dari program perencanaan lansekap ekowisata yang telah berjalan sejak tahun 2021 dan perencanaan desa wisata tahun 2022. Pada tahun 2023 program ini dilanjutkan dengan mengembangkan ecolodge sebagai pusat pendidikan konservasi bagi mahasiswa dan masyarakat umum.

Ecolodge yang dikembangkan USU bernama Ecolodge USU Rantau Panjang. Dengan luas sekitar 1 Ha, lokasi ini memanfaatkan bahan baku alam yang ada di sekitar lahan untuk pembangunannya. Sumber air berasal dari mata air yang berada di lahan ecolodge yang dekat dengan areal camping ground. Yang menarik, Ecolodge USU menggunakan pembangkit listrik tenaga surya untuk memenuhi kebutuhan daya listrik.

Instalasi listrik tenaga surya telah terpasang di Ecolodge USU Rantau Panjang. Daya listrik yang dihasilkan sebanyak 600 Watt dengan 1 panel surya. Perangkat solar cell yang terpasang terdiri dari solar panel, kabel solar panel, converter arus, solar charge controller, baterai dan perangkat jaringan listrik ke obyek beban daya (lampu, alat listrik, dll). Dengan daya ini, ecolodge bisa menyediakan daya listrik untuk 5 lampu serta beberapa titik pengisian daya untuk handphone dan perangkat listrik daya kecil.

Koordinator program ekowisata dan ecolodge USU, Dr. Achmad Siddik Thoha, S.Hut, M.Si menyebutkan bahwa sudah ada 3 kali kegiatan mahasiswa memanfaatkan fasilitas yang ada di ecolodge. Mahasiswa melakukan kegiatan camping, menerima materi lapangan dan kegiatan outbound.

Camping ground dipusatkan di areal bawah ecolodge dekat dengan sungai. Penyampaian materi dan outbound dipusatkan di lapangan depan bangunan ecolodge. Adapun di dalam bangunan ecolodge dipusatkan kegiatan koordinasi dan menginap dosen, asisten dan pendamping lapangan.

Pengembangan ecolodge juga terkait aktivasi ecolodge untuk berbagai kegiatan menunjang konservasi sumberdaya alam. Selain itu banyaknya kegiatan yang memanfaatkan ecolodge akan memotivasi mitra untuk terus mengembangkan kegiatan konservasi di Desa Timbang Lawan. Diharapkan pengembangan ecolodge USU Rantau Panjang mendapat dukungan luas dari berbagai pihak untuk menambah fasilitas dan keberlanjutan program sehingga menjangkau seluas mungkin manfaatnya. (rel/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/