MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dosen Universitas Sumatera Utara (USU) kembali melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (Pengabmas). Kali ini yang menjadi mitra, masyarakat atau petani di Desa Hulu, Pancurbatu, Deliserdang.
Prof Timbangen Sembiring MSc selaku ketua pengabdian masyarakat mengatakan, selama ini masyarakat di Desa Hulu memecahkan cangkang kemiri atau biasa disebut memipil, masih secara konvensional (manual) dengan menggunakan alat dari kulit pelepah lontar atau kelapa bagian luar (tipis) yang dilipat, di mana sekitar 5 cm dari ujung lipatan diikat. Biji kemiri kemudian dimasukkan ke lubang pelepah yang ada di ujung tersebut, kemudian dipukulkan pada batu.
“Pada proses pemecahan kulit kemiri secara manual, dapat memecahkan kemiri sebanyak 30 kg/hari dan kualitas yang dihasilkan kurang baik, karena isi kemiri yang dihasilkan banyak yang hancur. Pemecahan cangkang biji buah kemiri terbilang sulit karena memiliki fisik yang sangat keras, sedangkan daging biji buah kemiri mudah pecah bila terkena tumbukan,” kata Prof Timbangen dalam keterangan tertulisnya, Senin (23/1/2023).
Menurutnya, kualitas buah kemiri pada proses pemecahan cangkang kemiri baik secara manual maupun otomatis tergantung pada bahan baku kemiri tersebut. “Apabila kemiri sudah benar-benar kering, maka hasilnya akan maksimal. Kemiri yang sudah kering atau sudah bisa dipecahkan kulitnya yaitu kemiri yang sudah di jemur selama kurang lebih 2 bulan dan kulitnya berwarna hitam. Oleh karena itu diperlukan cara yang lebih baik, termasuk pada penanganan panen dan pascapanen,” jelasnya.
Melihat kondisi di tersebut, kata Timbangen, para dosen USU berinisiatif memberikan mesin pemecah cangkang kemiri atau mesin pemipil kepada para petani yang ada di Desa Hulu, Pancurbatu. “Pemecahan cangkang biji kemiri menggunakan mesin lebih efektif dibandingkan dengan manual. Pemecahan menggunakan mesin memiliki hasil output yang lebih tinggi dan tidak memerlukan banyak tenaga kerja. Mesin pemecah kemiri ini dapat menekan kerugian petani akibat banyaknya inti biji kemiri yang rusak,” ungkapnya.
Lebih lanjut dijelaskannya, pembuatan alat pemecah cangkang kemiri otomatis berbasis mikrokontroler ini, bertujuan untuk dapat mempermudah orang saat melakukan proses pemecahan kulit kemiri, menghasilkan kemiri yang lebih baik dari hasil manual, dan juga dapat menghancurkan kulit kemiri dengan lebih cepat. “Kami berharap Dengan adanya mesin pemilpil kemiri ini produksi kemiri semakin meningkat sehingga kesejahteraan masyarakatpun jadi lebih baik” pungkas Timbangen.
Diketahui, pengabdian masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) ini berlangsung sejak Bulan April hingga Oktober 2022 yang diketuai Prof Timbangen Sembiring MSc dengan anggota Drs Kurnia Brahmana MSi dan Herty Afriana Sianturi SSi MSi dengan dibantu beberapa mahasiswa. (adz)