SUMUTPOS.CO- Perluasan dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar yang terus digenjot akhir-akhir ini, memberikan dampak positif pada perkembangan perkotaan di seluruh Indonesia.
Menurut hasil riset Knight Frank, selain Jakarta dan Surabaya yang memang merupakan rumah bagi pertumbuhan seluruh jenis sub-sektor properti, tetapi ada tiga kota yang memiliki potensi besar menjadi pusat pertumbuhan masing-masing kawasan. Ketiganya ‘surga’ bagi pertumbuhan empat sub-sektor properti komersial untuk berkembang pesat. Ketiganya Medan yang mengendalikan wilayah Sumatera, Balikpapan untuk area Kalimantan, dan Batam untuk Kepulauan Riau.
“Sub-sektor properti yang potensial dikembangkan di ketiga kota tersebut adalah rumah tapak (landed house), kondominium, pusat belanja, hotel, dan kawasan industri. Sementara untuk sub-sektor perkantoran, pasarnya belum terbentuk,” ujar Country Head Knight Frank Indonesia, Willson Kalip.
Medan dinilai pesat pertumbuhannya karena memiliki basis ekonomi perdagangan dan jasa yang secara tradisional sangat kuat dan mengurat akar sejak dulu hingga sekarang. Posisinya strategis, menghadap Selat Malaka, dekat dengan Malaysia, dan Singapura.
Sementara Balikpapan merupakan kota dengan basis ekonomi minyak, gas, dan perdagangan serta jasa. Sedangkan Batam punya tradisi perdagangan dan kawasan industri sebagai pendorong utama pertumbuhan properti.
Mengacu pada survei properti komersial Bank Indonesia atas sub-sektor pusat belanja, apartemen sewa, hotel, dan kawasan industri di Medan mengalami pertumbuhan cukup signifikan. Untuk pusat belanja, per kuartal II-2015 terdapat 361.031 meter persegi pusat belanja sewa dengan tingkat hunian 91,45 persen.
Tingginya tingkat hunian ini mengakibatkan tarif sewa meroket 11,79 persen menjadi Rp418.406 per meter persegi per bulan. Demikian halnya dengan sub-sektor apartemen yang mencatat tingkat hunian 72,64 persen atau tumbuh 7,46 persen dari total 5.522 unit. Tarif sewa apartemen di Medan Rp26,9 juta per bulan.
Sedangkan sub-sektor hotel menunjukkan kinerja 56,9 persen untuk tingkat hunian dari total 5.956 kamar dengan tarif rerata Rp565.719 per malam. Untuk kawasan industri terdapat 1.576 hektar pasokan dengan tingkat hunian 99,05 persen atau tumbuh 1,11 persen dari kuartal sebelumnya. Harga rata-rata lahan kawasan industri mencapai Rp2,5 juta per meter persegi.(bbs/btr)