31 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Dukung Developer Daerah

MEDAN- Untuk pemerataan pembangunan rumah, setidaknya ada kerjasama antara pemerintah daerah dan pengembang daerah. Dengan kata lain, kemudahan atau kelonggaran dari segala biaya. Karena, biaya yang dikeluarkan akan menjadi coast produksi yang akhirnya dibebankan ke konsumen.

Apalagi saat ini, Menteri Perumahan sangat memperhatikan nasib para pegawai sipil yang belum memiliki rumah. Sehingga, kesempatan untuk membangun rumah bagi pegawai negara ini sebenarnya sangat besar. “Saya contohkan PNS di Sergai. Mereka memiliki rumah di Medan, atau pinggiran Medan. Kenapa?, karena rumah di daerah itu tidak ada. Kalaupun ada, harganya lebih mahal,” ujar Sekretaris Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia, Irwam Ray.

Dijelaskannya, harga rumah yang mahal di daerah, karena pengembang harus membawa bahan bangunan ke daerah. Dan itu berarti uang keluar lagi bagi pengembang. Belum lagi, mengurus berbagai perizinan didaerah. Seperti IMB, yang menjadi Pendapatan Asli Daerah (PAD). “Nah, kalau pengembang jadi berpikirnya begini, bangun di daerah dan di kota sama saja marginnya 10 persen. Jadi, mending bangun di kota walau itu di pinggir sekali pun,” tambahnya.
Karena itu, harapan Irwan agar pemerintah daerah mulai memperhatikan usaha dan nasib para pengembang di daerah. Agar ketimpangan dalam kepemilikan rumah tidak lagi terjadi.

Sementara itu, salah satu pengembang rumah Villa Sumatera Sejahtera, Fika Rahma menyatakan, salah satu kendala yang dihadapi pengembang saat membangun rumah adalah pihak perbankan. Karena lembaga keuangan ini, memberikan pinjaman bagi pengembang daerah tidak memiliki prospek tinggi. “Biasanya, menurut perbankan, tidak memiliki masukan yang  lumayan bagus  bila membangun di  daerah,” ungkapnya.

Hal berbeda diungkapkan oleh pengembang perumahan Patumbak Asri, Roy. Kata dia tidak masalah bagi pengembang untuk membangun rumah di daerah. Tetapi, dirinya belum pernah mencoba.

“Karena pasaran di Medan, walau di pinggiran masih bagus. Jadi, saya tetap memilih untuk bertahan di Medan dulu,” lanjutnya. (ram)

MEDAN- Untuk pemerataan pembangunan rumah, setidaknya ada kerjasama antara pemerintah daerah dan pengembang daerah. Dengan kata lain, kemudahan atau kelonggaran dari segala biaya. Karena, biaya yang dikeluarkan akan menjadi coast produksi yang akhirnya dibebankan ke konsumen.

Apalagi saat ini, Menteri Perumahan sangat memperhatikan nasib para pegawai sipil yang belum memiliki rumah. Sehingga, kesempatan untuk membangun rumah bagi pegawai negara ini sebenarnya sangat besar. “Saya contohkan PNS di Sergai. Mereka memiliki rumah di Medan, atau pinggiran Medan. Kenapa?, karena rumah di daerah itu tidak ada. Kalaupun ada, harganya lebih mahal,” ujar Sekretaris Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia, Irwam Ray.

Dijelaskannya, harga rumah yang mahal di daerah, karena pengembang harus membawa bahan bangunan ke daerah. Dan itu berarti uang keluar lagi bagi pengembang. Belum lagi, mengurus berbagai perizinan didaerah. Seperti IMB, yang menjadi Pendapatan Asli Daerah (PAD). “Nah, kalau pengembang jadi berpikirnya begini, bangun di daerah dan di kota sama saja marginnya 10 persen. Jadi, mending bangun di kota walau itu di pinggir sekali pun,” tambahnya.
Karena itu, harapan Irwan agar pemerintah daerah mulai memperhatikan usaha dan nasib para pengembang di daerah. Agar ketimpangan dalam kepemilikan rumah tidak lagi terjadi.

Sementara itu, salah satu pengembang rumah Villa Sumatera Sejahtera, Fika Rahma menyatakan, salah satu kendala yang dihadapi pengembang saat membangun rumah adalah pihak perbankan. Karena lembaga keuangan ini, memberikan pinjaman bagi pengembang daerah tidak memiliki prospek tinggi. “Biasanya, menurut perbankan, tidak memiliki masukan yang  lumayan bagus  bila membangun di  daerah,” ungkapnya.

Hal berbeda diungkapkan oleh pengembang perumahan Patumbak Asri, Roy. Kata dia tidak masalah bagi pengembang untuk membangun rumah di daerah. Tetapi, dirinya belum pernah mencoba.

“Karena pasaran di Medan, walau di pinggiran masih bagus. Jadi, saya tetap memilih untuk bertahan di Medan dulu,” lanjutnya. (ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/