Sektor properti yang terus berkembang, diharapkan mampu menyelaraskan dengan tingginya kebutuhan rumah murah untuk masayarakat menengah ke bawah. Pemerintah saat ini juga tengah mendorong developer properti untuk mendukung program pengembangan perumahan masyarakat miskin, yang layak huni dan harga terjangkau.
“Saya harap pengembang mau memikirkan perumahan untuk kelas bawah,” ungkap Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, beberapa waktu lalu.
Mengacu pada data Bank Indonesia (BI), harga properti hunian sepanjang kuartal kedua 2012 kian menanjak. Bahkan, akselerasi harga terjadi pada keseluruhan tipe rumah, yakni naik 3,68 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy).
Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, kenaikan harga properti residensial paling tinggi terjadi pada rumah tipe kecil, dengan angka peningkatan sebesar 4,16 persen. Manado merupakan wilayah dengan peningkatan harga rumah cukup tinggi, sebesar 4,68 persen. Kenaikan tersebut terjadi pada rumah tipe kecil, sebesar 8,28 persen. Sedangkan untuk rumah tipe besar, terjadi kenaikan harga tertinggi di wilayah Medan.
Lantaran itu, Hatta menuturkan, supaya developer tetap mampu membangun rumah murah, maka perlu ada kerjasama yang kuat antara Pemerintah, swasta, dan public. Dia menyebutkan, Pemerintah sejatinya memiliki dana insentif untuk pembangunan rumah murah, dan juga program pembangunan perumahan tipe kluster empat untuk masyarakat tidak mampu.
Program pembangunan perumahan tipe kluster dan dana insentif ini, bakal dialokasikan kepada Kementerian Perumahan Rakyat. “Tinggal dieksekusi saja,” paparnya.
Direktur Utama BNI Gatot M. Suwondho menuturkan, ada 240 juta penduduk di Indonesia, yang banyak di antaranya belum memiliki tempat tinggal. Sehingga, menurut Gatot, sektor property akan masih terus berkembang.
“Kami fokus pada para pembeli rumah pertama, karena risikonya jauh lebih kecil dibandingkan pembelian rumah untuk tujuan investasi,” terangnya. (gal/jpnn)