29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Demokrat Cabut Dukungan ke Anies, SBY Bersyukur Cepat Terungkap

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku masih bersyukur, manuver Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh dan Anies Baswedan cepat terungkap. SBY tak bisa membayangkan, jika peristiwa pengkhianatan politik itu baru ketahuan mendekati pendaftaran capres-cawapres di KPU RI.

“Memang kita ditikung, ditinggalkan, seperti ini, sekarang. Bayangkan kalau ditikungnya kita ini, ditinggalkannya kita ini, satu dua hari sebelum batas pendaftaran ke KPU. Bayangkan seperti apa? Kita masih ditolong oleh Allah, kita diselamatkan oleh sejarah, ini syukur,” kata SBY di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Jumat (1/9).

Menurut SBY, terungkapnya manuver Surya Paloh menjadi pertanda bahwa Partai Demokrat tak dizinkan untuk melakukan kerja sama politik dengan partai bakal calon presiden (capres) yang tidak jujur dan tidak dapat dipercaya.

“Kita tidak diizinkan oleh Allah untuk mendukung seseorang dan untuk bermitra dengan orang yang lain, yang kalau kita teladani akhlak pemimpin-pemimpin besar, bagi yang beragama Islam, akhlak Rasulullah. Yang kita rasakan sekarang ini mereka tidak siddiq, tidak jujur, tidak amanah, berarti tidak bisa dipercaya dan mengingkari hal-hal yang telah disepakati,” ujar SBY. SBY menuturkan, ketidakjujuran Anies Baswedan bisa saja terulang, apabila mantan Gubernur DKI Jakarta itu terpilih menjadi presiden pada Pilpres 2024. “Tidak memegang komitmen dan janji-janjinya.

Sekarang saja tidak siddiq, tidak amanah, tidak memegang komitmen. Bagaimana nanti kalau menjadi pemimpin dengan kekuasaan yang besar,” cetus Presiden ke-6 Republik Indonesia itu.

SBY pun mengaku memetik hikmah dari terbongkarnya manuver politik kasar Surya Paloh dan Anies Baswedan yang secara sepihak melakukan kerja sama politik dengan PKB. Menurutnya, Demokrat telah diselamatkan dari partai yang sejak awal sudah melanggar dan mengingkari kesepakatan.

SBY mengaku tidak ingin membangun koalisi dengan partai politik yang tidak patuh terhadap kesepakatan koalisi seperti NasDem.

Terlebih, Partai NasDem sangat memaksakan kehendak terkait sosok bakal cawapres dan tidak mempertimbangkan figur dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).

“Apalagi kalau mendikte, mengatur yang lain, termasuk capres memaksakan kehendak dan tidak menganggap yang lain, saya kira bukan itu koalisi yang hendak kita bangun,” urai SBY. Oleh karena itu, SBY memastikan pihaknya akan bergerak mencari jalan keluar terkait arah politik Partai Demokrat, dalam menghadapi Pilpres 2024.

“Sekali lagi, kalau saya, kita patut bersyukur, karenanya mari kita hadapi semua ujian dan cobaan ini dengan tegar, sambil berikhtiar kita menjalin jalan keluarnya,” tandas SBY.

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu mengatakan, cara berpolitik Surya Paloh dan Anies Baswedan sangat buruk. Ia menyesalkan, langkah politik keduanya secara diam-diam menyepakati kerja sama politik dengan PKB melebihi batas kepatutan moral dan etika politik. “Kalau bisa menggunakan istilah bahasa inggris this is really ugly (manuver Paloh dan Anies). Mudah-mudahan kita (Demokrat) tidak melakukan perilaku politik seperti itu,” tegasnya. Presiden RI keenam itu mengakui dalam berpolitik memang terdapat strategi, taktik dan siasat. Namun, cara yang dilakukan Anies dan Surya Paloh sangat di luar nalar terhadap Demokrat.

“Saya mengerti kita semua mengerti politik itu menang penuh strategi, penuh siasat, penuh taktik, caranya banyak, tapi saya tidak menyangka kalau tindakan itu sejauh ini. Menurut saya melebihi batas kepatutan moral dan etika dalam politik, kasar,” cetusnya.

SBY mengungkapkan, selama dirinya terjun dalam dunia politik, baru kali ini mengalami pengkhianatan yang dilakukan partai politik (parpol) mitra koalisi. “Saya juga mengerti politik saya pernah menjadi capres dua kali saya pernah bersama-sama membangun koalisi dengan mitra dan tidak ada yang saya rasakan, seperti yang terjadi tiga hari yang lalu itu,” ungkapnya. Dia juga mengungkapkan, ada menteri aktif di Kabinet Indonesia Maju yang mengajak Partai Demokrat untuk membentuk poros koalisi baru. Ia menyebut, menteri itu aktif melakukan lobi untuk membangun koalisi bersama Partai Demokrat, PKS dan PPP.

“Kita juga tahu, seorang menteri yang masih aktif dari kabinet kerja Presiden Jokowi, secara intensif melakukan lobi, termasuk kepada Partai Demokrat dengan mengajak membentuk koalisi yang baru. Koalisi Demokrat, PKS, dan PPP,” ungkap SBY.

Bahkan, SBY mendengar bahwa inisiatif menteri itu untuk mengajak Partai Demokrat dan PKS berkoalisi, telah diketahui oleh Pak Lurah. “Yang bersangkutan mengatakan, yang disampaikan itu, inisiatif ini, sudah sepengetahuan Pak Lurah. Kata-kata sang menteri, bukan kata-kata saya, dari yang bersangkutan,” ungkap SBY.

SBY menduga, ada dalang yang menggerakkan manuver politik, salah satunya terkait pasangan koalisi capres-cawapres. Meski demikian, SBY mengklaim tak mengetahui dalang tersebut. “Katanya semua gerakan, manuver, proses politik yang ingar bingar, yang berhubungan dengan pasangan koalisi capres dan cawapres, katanya ada mastermind-nya. Saya tidak tahu siapa, katanya ada dalangnya, ada persekongkolan untuk menjalankan. Informasi,” ucap SBY. Pernyataan ini disampaikan SBY menyikapi manuver Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, yang ingin memasangkan Anies Baswedan dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. Hal tersebut membuat Partai Demokrat geram.

Terlebih, bakal capres Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan dikabarkan telah meminang Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai bakal cawapres melalui selembar surat tangan.

Cabut Dukungan

Partai Demokrat resmi mencabut dukungannya untuk bakal calon presiden (capres) Anies Baswedan sekaligus keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). Langkah ini diambil setelah Majelis Tinggi Partai Demokrat menggelar rapat di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Jumat, 1 September 2023.

Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Alfian Mallarangeng mengumumkan dua poin hasil rapat itu dalam jumpa pers di pelataran pendopo kediaman Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Jumat.

“Setelah rapat, Majelis Tinggi Partai memutuskan sebagai berikut; yang pertama, Partai Demokrat mencabut dukungan kepada Saudara Anies Baswedan sebagai (bakal) calon presiden dalam Pilpres 2024. Kedua, Partai Demokrat tidak lagi berada dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) karena telah terjadi pengingkaran terhadap kesepakatan yang dibangun selama ini,” kata Andi Mallarangeng saat menyampaikan hasil rapat.

SBY memimpin Sidang Majelis Tinggi Demokrat dengan didampingi Agus Harimurti Yudhoyono, putra sulungnya sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat, dan Andi Alfian Mallarangeng. Sidang diawali dengan SBY menyampaikan fakta-fakta terkait langkah sepihak Partai NasDem dan Anies yang disampaikan oleh Iftitah Sulaiman, selaku utusan Partai Demokrat di Tim 8 Koalisi Perubahan.

SBY lalu lanjut memberikan arahan kepada pengurus, kader, dan anggota Sidang Majelis Tinggi. Dalam arahannya, SBY meminta kader Partai Demokrat tetap tenang dan optimistis menemukan jalan terbaik untuk Pilpres 2024. (jpc/adz)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku masih bersyukur, manuver Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh dan Anies Baswedan cepat terungkap. SBY tak bisa membayangkan, jika peristiwa pengkhianatan politik itu baru ketahuan mendekati pendaftaran capres-cawapres di KPU RI.

“Memang kita ditikung, ditinggalkan, seperti ini, sekarang. Bayangkan kalau ditikungnya kita ini, ditinggalkannya kita ini, satu dua hari sebelum batas pendaftaran ke KPU. Bayangkan seperti apa? Kita masih ditolong oleh Allah, kita diselamatkan oleh sejarah, ini syukur,” kata SBY di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Jumat (1/9).

Menurut SBY, terungkapnya manuver Surya Paloh menjadi pertanda bahwa Partai Demokrat tak dizinkan untuk melakukan kerja sama politik dengan partai bakal calon presiden (capres) yang tidak jujur dan tidak dapat dipercaya.

“Kita tidak diizinkan oleh Allah untuk mendukung seseorang dan untuk bermitra dengan orang yang lain, yang kalau kita teladani akhlak pemimpin-pemimpin besar, bagi yang beragama Islam, akhlak Rasulullah. Yang kita rasakan sekarang ini mereka tidak siddiq, tidak jujur, tidak amanah, berarti tidak bisa dipercaya dan mengingkari hal-hal yang telah disepakati,” ujar SBY. SBY menuturkan, ketidakjujuran Anies Baswedan bisa saja terulang, apabila mantan Gubernur DKI Jakarta itu terpilih menjadi presiden pada Pilpres 2024. “Tidak memegang komitmen dan janji-janjinya.

Sekarang saja tidak siddiq, tidak amanah, tidak memegang komitmen. Bagaimana nanti kalau menjadi pemimpin dengan kekuasaan yang besar,” cetus Presiden ke-6 Republik Indonesia itu.

SBY pun mengaku memetik hikmah dari terbongkarnya manuver politik kasar Surya Paloh dan Anies Baswedan yang secara sepihak melakukan kerja sama politik dengan PKB. Menurutnya, Demokrat telah diselamatkan dari partai yang sejak awal sudah melanggar dan mengingkari kesepakatan.

SBY mengaku tidak ingin membangun koalisi dengan partai politik yang tidak patuh terhadap kesepakatan koalisi seperti NasDem.

Terlebih, Partai NasDem sangat memaksakan kehendak terkait sosok bakal cawapres dan tidak mempertimbangkan figur dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).

“Apalagi kalau mendikte, mengatur yang lain, termasuk capres memaksakan kehendak dan tidak menganggap yang lain, saya kira bukan itu koalisi yang hendak kita bangun,” urai SBY. Oleh karena itu, SBY memastikan pihaknya akan bergerak mencari jalan keluar terkait arah politik Partai Demokrat, dalam menghadapi Pilpres 2024.

“Sekali lagi, kalau saya, kita patut bersyukur, karenanya mari kita hadapi semua ujian dan cobaan ini dengan tegar, sambil berikhtiar kita menjalin jalan keluarnya,” tandas SBY.

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu mengatakan, cara berpolitik Surya Paloh dan Anies Baswedan sangat buruk. Ia menyesalkan, langkah politik keduanya secara diam-diam menyepakati kerja sama politik dengan PKB melebihi batas kepatutan moral dan etika politik. “Kalau bisa menggunakan istilah bahasa inggris this is really ugly (manuver Paloh dan Anies). Mudah-mudahan kita (Demokrat) tidak melakukan perilaku politik seperti itu,” tegasnya. Presiden RI keenam itu mengakui dalam berpolitik memang terdapat strategi, taktik dan siasat. Namun, cara yang dilakukan Anies dan Surya Paloh sangat di luar nalar terhadap Demokrat.

“Saya mengerti kita semua mengerti politik itu menang penuh strategi, penuh siasat, penuh taktik, caranya banyak, tapi saya tidak menyangka kalau tindakan itu sejauh ini. Menurut saya melebihi batas kepatutan moral dan etika dalam politik, kasar,” cetusnya.

SBY mengungkapkan, selama dirinya terjun dalam dunia politik, baru kali ini mengalami pengkhianatan yang dilakukan partai politik (parpol) mitra koalisi. “Saya juga mengerti politik saya pernah menjadi capres dua kali saya pernah bersama-sama membangun koalisi dengan mitra dan tidak ada yang saya rasakan, seperti yang terjadi tiga hari yang lalu itu,” ungkapnya. Dia juga mengungkapkan, ada menteri aktif di Kabinet Indonesia Maju yang mengajak Partai Demokrat untuk membentuk poros koalisi baru. Ia menyebut, menteri itu aktif melakukan lobi untuk membangun koalisi bersama Partai Demokrat, PKS dan PPP.

“Kita juga tahu, seorang menteri yang masih aktif dari kabinet kerja Presiden Jokowi, secara intensif melakukan lobi, termasuk kepada Partai Demokrat dengan mengajak membentuk koalisi yang baru. Koalisi Demokrat, PKS, dan PPP,” ungkap SBY.

Bahkan, SBY mendengar bahwa inisiatif menteri itu untuk mengajak Partai Demokrat dan PKS berkoalisi, telah diketahui oleh Pak Lurah. “Yang bersangkutan mengatakan, yang disampaikan itu, inisiatif ini, sudah sepengetahuan Pak Lurah. Kata-kata sang menteri, bukan kata-kata saya, dari yang bersangkutan,” ungkap SBY.

SBY menduga, ada dalang yang menggerakkan manuver politik, salah satunya terkait pasangan koalisi capres-cawapres. Meski demikian, SBY mengklaim tak mengetahui dalang tersebut. “Katanya semua gerakan, manuver, proses politik yang ingar bingar, yang berhubungan dengan pasangan koalisi capres dan cawapres, katanya ada mastermind-nya. Saya tidak tahu siapa, katanya ada dalangnya, ada persekongkolan untuk menjalankan. Informasi,” ucap SBY. Pernyataan ini disampaikan SBY menyikapi manuver Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, yang ingin memasangkan Anies Baswedan dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. Hal tersebut membuat Partai Demokrat geram.

Terlebih, bakal capres Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan dikabarkan telah meminang Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai bakal cawapres melalui selembar surat tangan.

Cabut Dukungan

Partai Demokrat resmi mencabut dukungannya untuk bakal calon presiden (capres) Anies Baswedan sekaligus keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). Langkah ini diambil setelah Majelis Tinggi Partai Demokrat menggelar rapat di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Jumat, 1 September 2023.

Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Alfian Mallarangeng mengumumkan dua poin hasil rapat itu dalam jumpa pers di pelataran pendopo kediaman Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Jumat.

“Setelah rapat, Majelis Tinggi Partai memutuskan sebagai berikut; yang pertama, Partai Demokrat mencabut dukungan kepada Saudara Anies Baswedan sebagai (bakal) calon presiden dalam Pilpres 2024. Kedua, Partai Demokrat tidak lagi berada dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) karena telah terjadi pengingkaran terhadap kesepakatan yang dibangun selama ini,” kata Andi Mallarangeng saat menyampaikan hasil rapat.

SBY memimpin Sidang Majelis Tinggi Demokrat dengan didampingi Agus Harimurti Yudhoyono, putra sulungnya sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat, dan Andi Alfian Mallarangeng. Sidang diawali dengan SBY menyampaikan fakta-fakta terkait langkah sepihak Partai NasDem dan Anies yang disampaikan oleh Iftitah Sulaiman, selaku utusan Partai Demokrat di Tim 8 Koalisi Perubahan.

SBY lalu lanjut memberikan arahan kepada pengurus, kader, dan anggota Sidang Majelis Tinggi. Dalam arahannya, SBY meminta kader Partai Demokrat tetap tenang dan optimistis menemukan jalan terbaik untuk Pilpres 2024. (jpc/adz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/