29.1 C
Medan
Tuesday, June 18, 2024

Kornas Yakin Gibran Tak Akan Maju di Pemilu 2024

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Meskipun Mahkamah Konstitusi (MK) telah memberikan ‘karpet merah’ bagi putra Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (cawapres) guna mendampingi calon presiden (capres) Pravowo Subianto pada Pemilu 2024 mendatang, namun sebagian pihak tetap meyakini jika Gibran tidak akan maju di Pilpres tahun depan.

Keyakinan itu datang dari Kongres Rakyat Nasional (Kornas). Presidium Kornas, Sutrisno Pangaribuan, mengatakan pihaknya yakin bahwa Gibran Tidak Akan Maju di Pemilu 2024, baik sebagai calon presiden ataupun wakil presiden meski MK lewat putusannya telah memperbolehkannya.

Terkait hal tersebut, Kornas menyampaikan pandangan dan sikap sebagai berikut.

Pertama, bahwa putusan MK tidak dapat dimaknai demi kepentingan politik Gibran. Putusan MK tersebut justru memberi peluang kepada semua kepala daerah yang dinilai berprestasi memimpin daerahnya. Ia menilai jika Gibran tidak memiliki ambisi untuk maju sebagai capres atau cawapres di Pemilu 2024. Gibran sebagai putra Jokowi sedang dimanfaatkan untuk menggarap suara dari pendukung Jokowi dalam dua pilpres sebelumnya.

“Jika Gibran mendapat manfaat popularitas dari aksi para elit politik yang mencoba memanfaatkannya, hal tersebut sebagai konsekuensi logis dari relasi aksi reaksi,” ucap Sutrisno Pangaribuan, Selasa (17/10/2023).

Kedua, kata Sutriano, bahwa upaya mendorong Gibran maju pada Pemilu 2024 sebagai upaya menjerumuskan Jokowi dan keluarganya persis sama dengan upaya menjerumuskan Jokowi saat didorong dan didukung sebagai presiden tiga periode atau melakukan penundaan Pemilu.

Ketiga, Kornas meyakini bahwa Gibran akan fokus melanjutkan tugas sebagai Wali Kota Solo hingga 2024 dan akan kembali maju sebagai Wali Kota Solo periode kedua pada Pilkada serentak 2024. Sehingga, Gibran tidak perlu dirisak dan dihujat karena dianggap memuluskan politik dinasti.

“Tuduhan politik dinasti tidak dapat diarahkan hanya kepada Jokowi, tetapi kepada semua elit politik yang dengan posisi dan kewenangannya memberi ‘karpet merah’ bagi anak, istri, menantu, dan keluarganya, baik di partai politik, maupun jabatan politik lainnya,” ujarnya.

Keempat, Jokowi sebagai role model kepemimpinan nasional menjadi mentor utama politik Gibran. Maka, Gibran pasti akan mengikuti proses persis sama dengan Jokowi seperti ungkapan yang selalu disampaikan oleh Jolkowi ‘ojo kesusu’. Sehingga, Gibran pasti tidak akan buru- buru meninggalkan tanggungjawab sebagai Wali Kota Solo untuk maju sebagai capres atau cawapres.

Kelima, bahwa Jika Gibran tergoda untuk maju sebagai capres atau cawapres di Pemilu 2024, maka meski dapat menang dan meraih jabatan politik yang lebih tinggi, langkah tersebut justru akan menjadi antiklimaks bagi karir politik Gibran.

“Tentunya Jokowi tidak mau karir politik putranya dan nama baiknya rusak hanya karena kepentingan politik sesaat. Sebagai negarawan, Jokowi tidak akan membiarkan putranya Gibran sebagai politisi aji mumpung,” katanya.

Keenam, bahwa meski Gibran berpeluang maju sebagai capres atau cawapres di Pemilu 2024, Jokowi diyakini tidak akan merestui Gibran untuk maju. Namun meski tidak maju, bargaining politik Gibran akan semakin tinggi karena dukungan politik Gibran akan sangat menentukan kemenangan.

Ketujuh, bahwa meski dapat maju pasca putusan MK, Gibran memilih tidak akan maju untuk menyampaikan pesan kepada elit dan membangun persepsi publik bahwa Jokowi tidak memberikan karpet merah dan membangun dinasti politik untuk Gibran. Gibran lebih memilih menjadi ‘pahlawan baru’ yang tidak memanfaatkan posisi bapaknya sebagai presiden.

“Gibran sadar betul meski saat ini ada momentum baginya, tetapi Gibran menyadari belum waktunya,” ungkapnya.

Terakhir, Jokowi sebagai pemimpin yang suka mengambil risiko dan suka berpolitik di ‘tepi jurang’ selalu mampu menjadikan setiap momentum dalam memperkokoh posisinya sebagai tokoh sentral politik, sekaligus memetakan teman dan lawan politik.

Maka meskipun Gibran dapat maju, tetapi tidak akan diizinkan oleh Jokowi. Namun semua keputusan politik strategis nasional akan tergantung dan dipengaruhi sepenuhnya oleh Jokowi dengan melibatkan Gibran.

“Kornas akan terus mengawal proses transisi demokrasi jelang Pemilu 2024 yang semakin berkualitas dengan menggerakkan ‘orang biasa’ untuk terlibat dalam pesta demokrasi yang menggembirakan,” pungkasnya.
(map/ram)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Meskipun Mahkamah Konstitusi (MK) telah memberikan ‘karpet merah’ bagi putra Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (cawapres) guna mendampingi calon presiden (capres) Pravowo Subianto pada Pemilu 2024 mendatang, namun sebagian pihak tetap meyakini jika Gibran tidak akan maju di Pilpres tahun depan.

Keyakinan itu datang dari Kongres Rakyat Nasional (Kornas). Presidium Kornas, Sutrisno Pangaribuan, mengatakan pihaknya yakin bahwa Gibran Tidak Akan Maju di Pemilu 2024, baik sebagai calon presiden ataupun wakil presiden meski MK lewat putusannya telah memperbolehkannya.

Terkait hal tersebut, Kornas menyampaikan pandangan dan sikap sebagai berikut.

Pertama, bahwa putusan MK tidak dapat dimaknai demi kepentingan politik Gibran. Putusan MK tersebut justru memberi peluang kepada semua kepala daerah yang dinilai berprestasi memimpin daerahnya. Ia menilai jika Gibran tidak memiliki ambisi untuk maju sebagai capres atau cawapres di Pemilu 2024. Gibran sebagai putra Jokowi sedang dimanfaatkan untuk menggarap suara dari pendukung Jokowi dalam dua pilpres sebelumnya.

“Jika Gibran mendapat manfaat popularitas dari aksi para elit politik yang mencoba memanfaatkannya, hal tersebut sebagai konsekuensi logis dari relasi aksi reaksi,” ucap Sutrisno Pangaribuan, Selasa (17/10/2023).

Kedua, kata Sutriano, bahwa upaya mendorong Gibran maju pada Pemilu 2024 sebagai upaya menjerumuskan Jokowi dan keluarganya persis sama dengan upaya menjerumuskan Jokowi saat didorong dan didukung sebagai presiden tiga periode atau melakukan penundaan Pemilu.

Ketiga, Kornas meyakini bahwa Gibran akan fokus melanjutkan tugas sebagai Wali Kota Solo hingga 2024 dan akan kembali maju sebagai Wali Kota Solo periode kedua pada Pilkada serentak 2024. Sehingga, Gibran tidak perlu dirisak dan dihujat karena dianggap memuluskan politik dinasti.

“Tuduhan politik dinasti tidak dapat diarahkan hanya kepada Jokowi, tetapi kepada semua elit politik yang dengan posisi dan kewenangannya memberi ‘karpet merah’ bagi anak, istri, menantu, dan keluarganya, baik di partai politik, maupun jabatan politik lainnya,” ujarnya.

Keempat, Jokowi sebagai role model kepemimpinan nasional menjadi mentor utama politik Gibran. Maka, Gibran pasti akan mengikuti proses persis sama dengan Jokowi seperti ungkapan yang selalu disampaikan oleh Jolkowi ‘ojo kesusu’. Sehingga, Gibran pasti tidak akan buru- buru meninggalkan tanggungjawab sebagai Wali Kota Solo untuk maju sebagai capres atau cawapres.

Kelima, bahwa Jika Gibran tergoda untuk maju sebagai capres atau cawapres di Pemilu 2024, maka meski dapat menang dan meraih jabatan politik yang lebih tinggi, langkah tersebut justru akan menjadi antiklimaks bagi karir politik Gibran.

“Tentunya Jokowi tidak mau karir politik putranya dan nama baiknya rusak hanya karena kepentingan politik sesaat. Sebagai negarawan, Jokowi tidak akan membiarkan putranya Gibran sebagai politisi aji mumpung,” katanya.

Keenam, bahwa meski Gibran berpeluang maju sebagai capres atau cawapres di Pemilu 2024, Jokowi diyakini tidak akan merestui Gibran untuk maju. Namun meski tidak maju, bargaining politik Gibran akan semakin tinggi karena dukungan politik Gibran akan sangat menentukan kemenangan.

Ketujuh, bahwa meski dapat maju pasca putusan MK, Gibran memilih tidak akan maju untuk menyampaikan pesan kepada elit dan membangun persepsi publik bahwa Jokowi tidak memberikan karpet merah dan membangun dinasti politik untuk Gibran. Gibran lebih memilih menjadi ‘pahlawan baru’ yang tidak memanfaatkan posisi bapaknya sebagai presiden.

“Gibran sadar betul meski saat ini ada momentum baginya, tetapi Gibran menyadari belum waktunya,” ungkapnya.

Terakhir, Jokowi sebagai pemimpin yang suka mengambil risiko dan suka berpolitik di ‘tepi jurang’ selalu mampu menjadikan setiap momentum dalam memperkokoh posisinya sebagai tokoh sentral politik, sekaligus memetakan teman dan lawan politik.

Maka meskipun Gibran dapat maju, tetapi tidak akan diizinkan oleh Jokowi. Namun semua keputusan politik strategis nasional akan tergantung dan dipengaruhi sepenuhnya oleh Jokowi dengan melibatkan Gibran.

“Kornas akan terus mengawal proses transisi demokrasi jelang Pemilu 2024 yang semakin berkualitas dengan menggerakkan ‘orang biasa’ untuk terlibat dalam pesta demokrasi yang menggembirakan,” pungkasnya.
(map/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/