27.8 C
Medan
Monday, May 27, 2024

Terkait Bullying di SMAN, Kacabdisdik Binjai-Langkat Ogah Tanggapi Pegang Payudara

STABAT, SUMUTPOS.CO – Korban perundungan atau bullying berinisial A diduga sudah lama menjadi korban. Perundungan yang dianggap paling parah adalah kali ini, karena bersamaan dengan pelecehan seksual. Di mana pelaku memegang payudara korban.

Meski begitu, Cabang Dinas Pendidikan Binjai-Langkat sebagai perwakilan Disdik Sumut ogah menanggapi dugaan pelecehan seksual tersebut.

Kacabdisdik Binjai-Langkat, Syaiful Bahri mengatakan dqugaan perlakuan perundungan sejak lama lantaran pelaku dengan korban sudah lama berteman. Bahkan, saat masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.

“Sebenarnya pelaku dengan korban ini satu kelas dan mereka ini bukan murid yang baru. Tapi, mereka sebenarnya dari SMP sudah berteman, sama-sama satu SMP,” kata Syaiful.

“Jadi mereka ini kawan lama, sehingga hal-hal yang seperti mereka lakukan yang lalu, yang viral di video itu lebih bersifat candaan teman-teman lama sebenarnya. Dan satu hal lagi, mereka di SMA ini juga satu kelas, jadi mungkin ini canda-candaan yang sangat tidak terkontrol, sehingga menjadi viral di tengah masyarakat kita yang merugikan anak kita sendiri dan juga orang tuanya dan institusi sekolah,” tambah Syaiful.

Disoal desakan keluarga agar pelaku perundungan dikeluarkan dari sekolah, Syaiful mengakui ada. Artinya, keluarga korban merundungan sudah meminta kepada sekolah agar mereka para pelaku dikeluarkan saja.

Namun desakan keluarga korban berakhir kandas. Bahkan, Syaiful menyebut, desakan yang disampaikan keluarga korban diungkapkan saat emosi.

“Kalau permintaan (pelaku dikeluarkan) secara emosional dari pihak keluarga korban, ada. Namun kan, ini mereka sudah kelas 3 ini ya, kalau kelas 3 tentu sangat banyak pertimbangan-pertimbangan yang harus kami diskusikan ke depannya, bagaimana supaya nasib masa depan anak-anak kita ini semuanya tidak ada yang tidak baik,” katanya.

Begitupun, Syaiful berharap, korban perundungan dapat melihat masa depan yang cerah. “Kita berharap anak-anak kita ini, baik yang menjadi korban ataupun yang melakukan bullying ini, mempunyai masa depan yang baik. Tapi tetap kita lakukan bagaimana pihak korban ini benar-benar juga tidak menjadi korban yang disemena-menakan, tetap dianggap sebagai orang yang diprioritaskan, sehingga kita lakukan pendampingan-pendampingan sampai benar-benar dia sembuh lahir dan batin, tidak lagi mendapatkan rasa depresi, trauma dan lain-lain,” urainya.

Dia mengakui sudah mempertemukan kedua belah pihak yang diikuti oleh masing-masing orang tua. Hasil pertemuan, kata dia, korban mendapatkan pendampingan psikolog sampai tuntas.

Artinya, trauma yang mendalam kepada korban dapat hilang melalui pendampingan psikolog tersebut dan dapat kembali melakukan proses belajar sebagaimana biasanya. Dugaan korban perundungan sudah lama diperlakukan demikian karena, dia mengakui, kondisinya saat ini trauma.

Bahkan, untuk bertemu dengan teman-teman yang tidak melakukan perundungan pun takut dan malu. Karenanya, pendampingan psikologi dilakukan untuk mengobati hal tersebut.

“Kami dari dinas memantau terus kepada anak-anak kita ini, sehingga tidak ada anak-anak kita ini yang menjadi korban yang merugikan masa depannya,” serunya.

Dari video yang dilihat Sumut Pos, aksi bullying menimpa korban berinisial A diduga dilakukan oleh teman satu kelasnya. Korban diganggu atau dibully dengan cara mengolok-oloknya.

Parahnya lagi, dalam video yang beredar, BNQ menyentuh atau memegang daerah sensitif perempuan di bagian dada. Padahal, BNQ dengan korban berjenis kelamin sama, perempuan.

Video viral ini juga sudah diketahui oleh sejumlah guru di lingkungan sekolah menengah atas negeri di Kabupaten Langkat. Aksi perundungan terhadap korban terjadi di ruang kelas jelang habis jam mengajar guru, Jumat (13/10/2023). (ted/ram)

STABAT, SUMUTPOS.CO – Korban perundungan atau bullying berinisial A diduga sudah lama menjadi korban. Perundungan yang dianggap paling parah adalah kali ini, karena bersamaan dengan pelecehan seksual. Di mana pelaku memegang payudara korban.

Meski begitu, Cabang Dinas Pendidikan Binjai-Langkat sebagai perwakilan Disdik Sumut ogah menanggapi dugaan pelecehan seksual tersebut.

Kacabdisdik Binjai-Langkat, Syaiful Bahri mengatakan dqugaan perlakuan perundungan sejak lama lantaran pelaku dengan korban sudah lama berteman. Bahkan, saat masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.

“Sebenarnya pelaku dengan korban ini satu kelas dan mereka ini bukan murid yang baru. Tapi, mereka sebenarnya dari SMP sudah berteman, sama-sama satu SMP,” kata Syaiful.

“Jadi mereka ini kawan lama, sehingga hal-hal yang seperti mereka lakukan yang lalu, yang viral di video itu lebih bersifat candaan teman-teman lama sebenarnya. Dan satu hal lagi, mereka di SMA ini juga satu kelas, jadi mungkin ini canda-candaan yang sangat tidak terkontrol, sehingga menjadi viral di tengah masyarakat kita yang merugikan anak kita sendiri dan juga orang tuanya dan institusi sekolah,” tambah Syaiful.

Disoal desakan keluarga agar pelaku perundungan dikeluarkan dari sekolah, Syaiful mengakui ada. Artinya, keluarga korban merundungan sudah meminta kepada sekolah agar mereka para pelaku dikeluarkan saja.

Namun desakan keluarga korban berakhir kandas. Bahkan, Syaiful menyebut, desakan yang disampaikan keluarga korban diungkapkan saat emosi.

“Kalau permintaan (pelaku dikeluarkan) secara emosional dari pihak keluarga korban, ada. Namun kan, ini mereka sudah kelas 3 ini ya, kalau kelas 3 tentu sangat banyak pertimbangan-pertimbangan yang harus kami diskusikan ke depannya, bagaimana supaya nasib masa depan anak-anak kita ini semuanya tidak ada yang tidak baik,” katanya.

Begitupun, Syaiful berharap, korban perundungan dapat melihat masa depan yang cerah. “Kita berharap anak-anak kita ini, baik yang menjadi korban ataupun yang melakukan bullying ini, mempunyai masa depan yang baik. Tapi tetap kita lakukan bagaimana pihak korban ini benar-benar juga tidak menjadi korban yang disemena-menakan, tetap dianggap sebagai orang yang diprioritaskan, sehingga kita lakukan pendampingan-pendampingan sampai benar-benar dia sembuh lahir dan batin, tidak lagi mendapatkan rasa depresi, trauma dan lain-lain,” urainya.

Dia mengakui sudah mempertemukan kedua belah pihak yang diikuti oleh masing-masing orang tua. Hasil pertemuan, kata dia, korban mendapatkan pendampingan psikolog sampai tuntas.

Artinya, trauma yang mendalam kepada korban dapat hilang melalui pendampingan psikolog tersebut dan dapat kembali melakukan proses belajar sebagaimana biasanya. Dugaan korban perundungan sudah lama diperlakukan demikian karena, dia mengakui, kondisinya saat ini trauma.

Bahkan, untuk bertemu dengan teman-teman yang tidak melakukan perundungan pun takut dan malu. Karenanya, pendampingan psikologi dilakukan untuk mengobati hal tersebut.

“Kami dari dinas memantau terus kepada anak-anak kita ini, sehingga tidak ada anak-anak kita ini yang menjadi korban yang merugikan masa depannya,” serunya.

Dari video yang dilihat Sumut Pos, aksi bullying menimpa korban berinisial A diduga dilakukan oleh teman satu kelasnya. Korban diganggu atau dibully dengan cara mengolok-oloknya.

Parahnya lagi, dalam video yang beredar, BNQ menyentuh atau memegang daerah sensitif perempuan di bagian dada. Padahal, BNQ dengan korban berjenis kelamin sama, perempuan.

Video viral ini juga sudah diketahui oleh sejumlah guru di lingkungan sekolah menengah atas negeri di Kabupaten Langkat. Aksi perundungan terhadap korban terjadi di ruang kelas jelang habis jam mengajar guru, Jumat (13/10/2023). (ted/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/