26 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Ganjar-Mahfud Dinilai Bukan Representasi Akar Rumput PDIP

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tingginya raihan suara PDI Perjuangan di Sumatera Utara tak berbanding lurus dengan perolehan suara Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Pasalnya, berdasarkan hasil penghitungan suara sementara KPU, perolehan suara Ganjar-Mahfud di Sumut tak jauh berbeda dengan hasil Quick Count sejumlah lembaga survei nasional yang menegaskan bahwa Ganjar-Mahfud tertinggal jauh dari dua pasangan capres-cawapres lainnya.

Pantauan Sumut Pos Minggu (18/2/2024) pagi di laman resmi KPU, yakni pemilu2024.kpu.go.id yang diperbaharui pada Sabtu (17/2/2024) Pukul 19.30 WIB, progres suara capres-cawapres yang masuk untuk Provinsi Sumatera Utara sebesar 53,46 persen atau 24.525 dari 45.875 TPS.

Hasilnya, capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo – Gibran, unggul sementara di urutan pertama dengan raihan 1.642.266 suara atau unggul 59,34 persen. Diurutan kedua, ditempati oleh pasangan capres-cawapres nomor urut 1, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan raihan 781.583 suara atau 28,24 persen. Dan terakhir, pasangan capres-cawapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo – Mahfud MD mendapatkan urutan suara terkecil dengan raihan 343.504 suara atau 12,41 persen.

Menanggapi hal itu, Pengamat Politik Sumatera Utara, Agus Suriyadi, memandang fenomena ini sebagai bukti bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya, termasuk Sumatera Utara pada khususnya, sudah semakin kritis dalam memberikan penilaian untuk menentukan siapa capres-cawapres yang akan dipilih.

Agus Suriyadi menerangkan, dahulu bila masyarakat memilih partai A, maka masyarakat tersebut juga cenderung akan memilih pemimpin yang diusung oleh Partai A. “Tapi kali ini kebiasaan itu sudah bergeser, masyarakat punya kemerdekaan dalam memilih. Warga yang memilih caleg PDIP untuk DPR RI, DPRD Sumut, dan DPRD Kabupaten/Kota di Sumut, kebanyakan justru tidak memilih Ganjar-Mahfud. Buktinya, keunggulan PDIP di Sumut pada Pemilu 2024 tidak berbanding lurus dengan keunggulan Ganjar-Mahfud di Sumut,” ucap Agus Suriyadi kepada Sumut Pos, Minggu (18/2/2024).

Agus pun menyebutkan, fenomena ini harus menjadi bahan evaluasi PDIP bagi setiap kadernya. Khususnya, kepada para caleg PDIP yang maju di Pemilu 2024.

“Caleg-caleg PDIP meraih suara tinggi, tapi capres-cawapres yang diusung PDIP justru meraih suara terendah. Bisa disimpulkan bahwa caleg-caleg mereka hanya sibuk mengkampanyekan dirinya, namun tidak sibuk mengkampanyekan capres-cawapres yang diusung partainya,” ujarnya.

Selanjutnya, sambung Agus, rendahnya suara Ganjar-Mahfud di Sumut yang tidak berbanding lurus dengan tingginya raihan suara PDIP di Sumut dapat dijadikan bukti bahwa para kader, simpatisan, dan relawan PDIP tidak menilai sosok Ganjar – Mahfud sebagai representasi dari ‘akar rumput’ PDIP.

“Ini bukti Ganjar-Mahfud bukan representasi akar rumput PDIP. Berbeda jauh saat PDIP mengusung Jokowi di Pemilu 2014 dan 2019. Saat itu semua kader, simpatisan dan relawan PDIP bekerja keras untuk memenangkan Jokowi. Hasilnya saat itu bukan hanya PDIP yang merajai kursi di parlemen, tetapi Jokowi juga bisa memenangkan Pilpres dua kali berturut-turut,” katanya.
Agus juga menilai, pengaruh Jokowi juga masih cukup besar di kalangan pemilih PDIP. Sebab meski tak lagi berada di PDIP, namun masih cukup banyak pemilih PDIP yang mengikuti jalan politik Jokowi.

“Hasilnya, masyarakat pemilih PDIP tetap setiap memilih PDIP untuk posisi parlemen di Pemilu 2024 ini. Akan tetapi untuk pilihan calon presiden, para pemilih PDIP justru mengikuti jalan politik Jokowi, yakni memberikan dukungan kepada Prabowo-Gibran,” pungkasnya.
(map/azw)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tingginya raihan suara PDI Perjuangan di Sumatera Utara tak berbanding lurus dengan perolehan suara Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Pasalnya, berdasarkan hasil penghitungan suara sementara KPU, perolehan suara Ganjar-Mahfud di Sumut tak jauh berbeda dengan hasil Quick Count sejumlah lembaga survei nasional yang menegaskan bahwa Ganjar-Mahfud tertinggal jauh dari dua pasangan capres-cawapres lainnya.

Pantauan Sumut Pos Minggu (18/2/2024) pagi di laman resmi KPU, yakni pemilu2024.kpu.go.id yang diperbaharui pada Sabtu (17/2/2024) Pukul 19.30 WIB, progres suara capres-cawapres yang masuk untuk Provinsi Sumatera Utara sebesar 53,46 persen atau 24.525 dari 45.875 TPS.

Hasilnya, capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo – Gibran, unggul sementara di urutan pertama dengan raihan 1.642.266 suara atau unggul 59,34 persen. Diurutan kedua, ditempati oleh pasangan capres-cawapres nomor urut 1, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan raihan 781.583 suara atau 28,24 persen. Dan terakhir, pasangan capres-cawapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo – Mahfud MD mendapatkan urutan suara terkecil dengan raihan 343.504 suara atau 12,41 persen.

Menanggapi hal itu, Pengamat Politik Sumatera Utara, Agus Suriyadi, memandang fenomena ini sebagai bukti bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya, termasuk Sumatera Utara pada khususnya, sudah semakin kritis dalam memberikan penilaian untuk menentukan siapa capres-cawapres yang akan dipilih.

Agus Suriyadi menerangkan, dahulu bila masyarakat memilih partai A, maka masyarakat tersebut juga cenderung akan memilih pemimpin yang diusung oleh Partai A. “Tapi kali ini kebiasaan itu sudah bergeser, masyarakat punya kemerdekaan dalam memilih. Warga yang memilih caleg PDIP untuk DPR RI, DPRD Sumut, dan DPRD Kabupaten/Kota di Sumut, kebanyakan justru tidak memilih Ganjar-Mahfud. Buktinya, keunggulan PDIP di Sumut pada Pemilu 2024 tidak berbanding lurus dengan keunggulan Ganjar-Mahfud di Sumut,” ucap Agus Suriyadi kepada Sumut Pos, Minggu (18/2/2024).

Agus pun menyebutkan, fenomena ini harus menjadi bahan evaluasi PDIP bagi setiap kadernya. Khususnya, kepada para caleg PDIP yang maju di Pemilu 2024.

“Caleg-caleg PDIP meraih suara tinggi, tapi capres-cawapres yang diusung PDIP justru meraih suara terendah. Bisa disimpulkan bahwa caleg-caleg mereka hanya sibuk mengkampanyekan dirinya, namun tidak sibuk mengkampanyekan capres-cawapres yang diusung partainya,” ujarnya.

Selanjutnya, sambung Agus, rendahnya suara Ganjar-Mahfud di Sumut yang tidak berbanding lurus dengan tingginya raihan suara PDIP di Sumut dapat dijadikan bukti bahwa para kader, simpatisan, dan relawan PDIP tidak menilai sosok Ganjar – Mahfud sebagai representasi dari ‘akar rumput’ PDIP.

“Ini bukti Ganjar-Mahfud bukan representasi akar rumput PDIP. Berbeda jauh saat PDIP mengusung Jokowi di Pemilu 2014 dan 2019. Saat itu semua kader, simpatisan dan relawan PDIP bekerja keras untuk memenangkan Jokowi. Hasilnya saat itu bukan hanya PDIP yang merajai kursi di parlemen, tetapi Jokowi juga bisa memenangkan Pilpres dua kali berturut-turut,” katanya.
Agus juga menilai, pengaruh Jokowi juga masih cukup besar di kalangan pemilih PDIP. Sebab meski tak lagi berada di PDIP, namun masih cukup banyak pemilih PDIP yang mengikuti jalan politik Jokowi.

“Hasilnya, masyarakat pemilih PDIP tetap setiap memilih PDIP untuk posisi parlemen di Pemilu 2024 ini. Akan tetapi untuk pilihan calon presiden, para pemilih PDIP justru mengikuti jalan politik Jokowi, yakni memberikan dukungan kepada Prabowo-Gibran,” pungkasnya.
(map/azw)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/