30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Dahlan-Pramono Adu Argumen

PALEMBANG – Debat calon presiden Konvensi Partai Demokrat seri kedua di Palembang Sport Convention Center (PSCC) kemarin (24/1) berlangsung lebih panas. Lewat pembahasan masalah yang lebih menjurus, mulai terlihat keragaman pandangan dari masing-masing peserta.

Di antaranya, ketika disinggung mengenai cara paling efektif menangani persoalan pemberantasan korupsi di tanah air. Dari pertanyaan itulah, terlihat perbedaan pandangan antara Dahlan Iskan dan Pramono Edhie Wibowo.

Awalnya, Dahlan yang mendapat kesempatan menanggapi lebih dahulu menyampaikan pandangannya bahwa penyempurnaan sistem yang bisa menekan dan membatasi perilaku korupsi harus lebih diutamakan. “Iya, saya (kalau jadi presiden) lebih mengutamakan penyempurnaan sistem,” kata menteri BUMN tersebut.

Dia memaparkan, selama ini publik masih kerap dibuat terperangah ketika korupsi terus terjadi meski di sisi lain aparat begitu kuat melakukan upaya pemberantasan. Termasuk, lanjut dia, pemberitaan tentang korupsi yang begitu masif belum berbanding lurus dengan perilaku korupsi yang masif pula. “Saya termasuk yang iri dengan Amerika. Mereka seperti lebih islami dari kita soal korupsi. Karena itu, kesimpulan saya, sistem lebih penting,” tegas Dahlan.

Pramono Edhie yang mendapat giliran berikutnya langsung menegaskan bahwa pemberantasan korupsi harus dimulai dari diri sendiri. “Beri contoh yang baik, jangan salahkan sistem, harus berangkat dari sendiri dulu,” serunya.

Perdebatan berlanjut ketika moderator debat yang juga anggota komite konvensi, Rully Charis, menanyakan keterkaitan antara gaji penyelenggara negara dan korupsi. Dahlan langsung mempertegas pendiriannya tentang pemberantasan korupsi. “Tentu gaji juga salah satu sumber, tapi yang harus juga diakui banyak yang gajinya tinggi, tapi masih korupsi,” kata Dahlan.

Dia kemudian mencontohkan korupsi yang masih marak di sektor perpajakan dan bea cukai. “Karena itu, seperti yang saya katakan tadi, sistem yang membuat orang terpaksa tidak korupsi dan tidak maling itu penting,” tegasnya lagi.

Dia menambahkan, jika hanya mengandalkan kesadaran, masyarakat Indonesia seharusnya sudah bebas korupsi. Sebab, setiap Jumat atau Minggu, masyarakat muslim ataupun kristiani selalu diingatkan untuk menjauhi perilaku korup. “Memang baik (memberantas korupsi) dari diri sendiri, tapi bagaimana aplikasinya? Kan sulit itu? Road map-nya bagaimana?” imbuh Dahlan.

Pramono Edhie tetap pada pendiriannya. Dia kemudian membeberkan klaim keberhasilan dirinya menekan korupsi saat memimpin angkatan darat saat masih menjabat sebagai kepala staf angkatan darat. Yaitu, terkait pembelian sejumlah alutsista. “Intinya, hiduplah apa adanya, jangan berlagak di luar kemampuan, itu yang jadi permasalahan selama ini,” kata adik ipar Presiden SBY itu.

Selain keduanya, debat capres konvensi Partai Demokrat kemarin menghadirkan tiga peserta konvensi lainnya. Mereka adalah Ali Masykur Musa, Irman Gusman, dan Hayono Isman. Seorang lagi peserta yang seharusnya ikut, yaitu Gita Wirjawan, berhalangan hadir. Menteri perdagangan itu sedang menjalankan tugas negara menghadiri pertemuan internasional di Swiss. (dyn/c6/fat/jpnn/rbb)

PALEMBANG – Debat calon presiden Konvensi Partai Demokrat seri kedua di Palembang Sport Convention Center (PSCC) kemarin (24/1) berlangsung lebih panas. Lewat pembahasan masalah yang lebih menjurus, mulai terlihat keragaman pandangan dari masing-masing peserta.

Di antaranya, ketika disinggung mengenai cara paling efektif menangani persoalan pemberantasan korupsi di tanah air. Dari pertanyaan itulah, terlihat perbedaan pandangan antara Dahlan Iskan dan Pramono Edhie Wibowo.

Awalnya, Dahlan yang mendapat kesempatan menanggapi lebih dahulu menyampaikan pandangannya bahwa penyempurnaan sistem yang bisa menekan dan membatasi perilaku korupsi harus lebih diutamakan. “Iya, saya (kalau jadi presiden) lebih mengutamakan penyempurnaan sistem,” kata menteri BUMN tersebut.

Dia memaparkan, selama ini publik masih kerap dibuat terperangah ketika korupsi terus terjadi meski di sisi lain aparat begitu kuat melakukan upaya pemberantasan. Termasuk, lanjut dia, pemberitaan tentang korupsi yang begitu masif belum berbanding lurus dengan perilaku korupsi yang masif pula. “Saya termasuk yang iri dengan Amerika. Mereka seperti lebih islami dari kita soal korupsi. Karena itu, kesimpulan saya, sistem lebih penting,” tegas Dahlan.

Pramono Edhie yang mendapat giliran berikutnya langsung menegaskan bahwa pemberantasan korupsi harus dimulai dari diri sendiri. “Beri contoh yang baik, jangan salahkan sistem, harus berangkat dari sendiri dulu,” serunya.

Perdebatan berlanjut ketika moderator debat yang juga anggota komite konvensi, Rully Charis, menanyakan keterkaitan antara gaji penyelenggara negara dan korupsi. Dahlan langsung mempertegas pendiriannya tentang pemberantasan korupsi. “Tentu gaji juga salah satu sumber, tapi yang harus juga diakui banyak yang gajinya tinggi, tapi masih korupsi,” kata Dahlan.

Dia kemudian mencontohkan korupsi yang masih marak di sektor perpajakan dan bea cukai. “Karena itu, seperti yang saya katakan tadi, sistem yang membuat orang terpaksa tidak korupsi dan tidak maling itu penting,” tegasnya lagi.

Dia menambahkan, jika hanya mengandalkan kesadaran, masyarakat Indonesia seharusnya sudah bebas korupsi. Sebab, setiap Jumat atau Minggu, masyarakat muslim ataupun kristiani selalu diingatkan untuk menjauhi perilaku korup. “Memang baik (memberantas korupsi) dari diri sendiri, tapi bagaimana aplikasinya? Kan sulit itu? Road map-nya bagaimana?” imbuh Dahlan.

Pramono Edhie tetap pada pendiriannya. Dia kemudian membeberkan klaim keberhasilan dirinya menekan korupsi saat memimpin angkatan darat saat masih menjabat sebagai kepala staf angkatan darat. Yaitu, terkait pembelian sejumlah alutsista. “Intinya, hiduplah apa adanya, jangan berlagak di luar kemampuan, itu yang jadi permasalahan selama ini,” kata adik ipar Presiden SBY itu.

Selain keduanya, debat capres konvensi Partai Demokrat kemarin menghadirkan tiga peserta konvensi lainnya. Mereka adalah Ali Masykur Musa, Irman Gusman, dan Hayono Isman. Seorang lagi peserta yang seharusnya ikut, yaitu Gita Wirjawan, berhalangan hadir. Menteri perdagangan itu sedang menjalankan tugas negara menghadiri pertemuan internasional di Swiss. (dyn/c6/fat/jpnn/rbb)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/