26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Edy Rahmayadi Disebut TKD Capres di Sumut Terpopuler

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tim Kampanye Nasional (TKN) ketiga pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, telah resmi membentuk Tim Kampanye Daerah (TKD) di Sumatera Utara.

Adapun susunan TKD ketiga pasangan capres – cawapres di Sumatera Utara pada Pilpres 2024, yakni ;
1. Anies – Muhaimin.
– Ketua : Edy Rahmayadi
– Sekretaris : Cecep Wiwaha (PKS)
– Bendahara : Ita Julianti (PKB)

2. Prabowo – Gibran.
– Ketua : Ade Jona Prasetyo (Gerindra)
– Sekretaris : Irham Buana (Golkar)
– Bendahara : Meriyawaty Amelia Prasetio (Gerindra)

3. Ganjar – Mahfud.
Ketua : Paul Baja Siahaan (PDIP)
Sekretaris : H. Aja Syahri (PPP)
Bendahara : Yamitema Laoly

Sementara untuk posisi wakil ketua, wakil sekretaris, wakil bendahara, maupun bidang-bidang dalam posisi TKD, rata-rata diisi oleh perwakilan masing-masing partai di tingkat daerah yang menjadi parpol pendukung masing-masing capres – cawapres.

Lantas, TKD manakah yang paling populer di mata masyarakat Sumut dari ketiga TKD yang sudah dibentuk dan didaftarkan ke KPU tersebut?

Pengamat politik asal Sumatera Utara, Agus Suriyadi, mengatakan bahwa setiap TKN tentunya memiliki penilaian tersendiri terhadap sosok-sosok yang terpilih untuk mengisi komposisi jabatan pengurus, khususnya Ketua TKD di Sumatera Utara.

“Tentunya untuk komposisi TKD, masing-masing TKN capres – cawapres ini punya penilaiannya tersendiri,” ucap Agus Suriyadi kepada Sumut Pos, Minggu (26/11/2023).

Namun, kata Agus, tak dapat dipungkiri bahwa saat ini nama mantan Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi, merupakan Ketua TKD pasangan capres – cawapres tingkat Sumatera Utara yang paling populer di kalangan masyarakat.

“Kalau di lihat dari para tokoh atau sosok tim pemenangan capres – cawapres, maka yang paling menonjol itu TKD nya nomor urut 1 (Anies – Muhaimin) yang dibawah komando Edy Rahmayadi yang merupakan mantan Gubernur Sumatera Utara,” ujarnya.

Agus menilai, tokoh Edy Rahmayadi jauh lebih familiar dan dikenal warga Sumut dibandingkan dua ketua TKD tingkat Sumut lainnya, yakni Ade Zona (Ketua TKD Prabowo – Gibran) dan Paul Baja Siahaan (Ketua TKD Ganjar – Mahfud).

“Apalagi Edy Rahmayadi belum lama menjadi mantan Gubsu, namanya masih sangat melekat di ingatan masyarakat Sumatera Utara,” katanya.

Selain mantan Gubsu, Edy juga dikenal sebagai mantan Panglima Kodam I Bukit Barisan. Bahkan secara nasional, nama Edy Rahmayadi dikenal sebagai mantan Pangkostrad dan mantan Ketua Umum PSSI.

“Dengan begitu, kepopuleran nama Edy Rahmayadi tentunya membuat dirinya akan lebih dikenal oleh masyarakat Sumut dibandingkan dua nama Ketua TKD lainnya,” tuturnya.

Sementara untuk Ketua TKD nomor urut 2 (Prabowo – Gibran) tingkat Sumut, yakni Ade Jona Prasetyo, Agus menilainya sebagai sosok yang belum teruji dari sisi ketokohan. Meskipun diketahui, Ade Jona Prasetyo merupakan ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sumut.

Agus menilai, sebagai Ketua HIPMI Sumut, nama Ade Jona tentunya sangat populer di kalangan pengusaha. Akan tetapi di kalangan masyarakat umum, ketokohannya masih belum dapat diperhitungkan.

“Dari sisi tokoh beliau kan belum teruji, walaupun dari kalangan pengusaha,” sebut Agus.

Dijelaskan Agus Suryadi, meskipun keberadaan Ade Jona dinilai sebagai representasi keberpihakan para pengusaha sukses kepada pasangan Prabowo – Gibran di Sumut, namun hal itu tidak serta merta membuat TKD Prabowo – Gibran di Sumut sebagai TKD yang paling kuat secara finansial.

“Kalau di bilang TKD nomor urut 2 di Sumut sebagai TKD yang paling kuat secara finansial, saya fikir belum tentu juga. Itu karena masing-masing TKD sudah memperhitungkan cost yang dibutuhkan, dan tentu dukungan dana masing-masing TKD dibelakang itu pasti juga sudah ada. Masing-masing TKD punya power kok di daerah masing-masing,” jelasnya.

Sementara untuk TKD tingkat Sumut nomor urut 3 (Ganjar – Mahfud), sosok Ketua TKD Paul Baja Siahaan juga dinilai tidak familiar di kalangan masyarakat Sumut. Tak hanya itu, masuknya nama Yamitema Laoly yang merupakan putra Menkumham Yasonna Laoly sebagai Bendahara TKD Ganjar – Mahfud di Sumut juga dinilai tidak begitu berpengaruh.

“Sosok ketua TKD Ganjar – Mahfud (Paul Baja Siahaan) memang tidak familiar. Sementara untuk Yamitema, anak Yasonna kan beda dengan Yasonna bapaknya,” sebutnya.

Diakui Agus, nama-nama atau sosok yang muncul dalam komposisi TKD bisa berpengaruh terhadap pemenangan calon di daerahnya masing-masing. Namun bila TKD bisa membangun sinergitas sebagai sebuah tim yang kokoh dan solid, maka ketokohan yang dimaksud bisa tidak begitu berdampak.

Pasalnya, Agus menilai bahwa strategi dan soliditas yang mampu dibangun TKD menjadi salah satu kunci kemenangan yang harus dimiliki oleh setiap paslon.

“Yang tentu berpengaruh sebenarnya bagaimana tim pemenangan atau tim kampanye tersebut bisa mengatur strategi pemenangan yang efisien dan efektif, tidak melulu soal ketokohan. Tentunya semua tidak terlepas dari membangun komunikasi dan jejaring di akar rumput dan memperkuat basis dukungan di arus bawah. Terkhusus juga bisa menjual ketiga pasangan capres – cawapres di kalangan pemilih pemula dan milineal. Dengan begitu, saya fikir nama-nama yang punya ketokohan bisa sedikit dikecualikan,” pungkasnya.
(map)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tim Kampanye Nasional (TKN) ketiga pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, telah resmi membentuk Tim Kampanye Daerah (TKD) di Sumatera Utara.

Adapun susunan TKD ketiga pasangan capres – cawapres di Sumatera Utara pada Pilpres 2024, yakni ;
1. Anies – Muhaimin.
– Ketua : Edy Rahmayadi
– Sekretaris : Cecep Wiwaha (PKS)
– Bendahara : Ita Julianti (PKB)

2. Prabowo – Gibran.
– Ketua : Ade Jona Prasetyo (Gerindra)
– Sekretaris : Irham Buana (Golkar)
– Bendahara : Meriyawaty Amelia Prasetio (Gerindra)

3. Ganjar – Mahfud.
Ketua : Paul Baja Siahaan (PDIP)
Sekretaris : H. Aja Syahri (PPP)
Bendahara : Yamitema Laoly

Sementara untuk posisi wakil ketua, wakil sekretaris, wakil bendahara, maupun bidang-bidang dalam posisi TKD, rata-rata diisi oleh perwakilan masing-masing partai di tingkat daerah yang menjadi parpol pendukung masing-masing capres – cawapres.

Lantas, TKD manakah yang paling populer di mata masyarakat Sumut dari ketiga TKD yang sudah dibentuk dan didaftarkan ke KPU tersebut?

Pengamat politik asal Sumatera Utara, Agus Suriyadi, mengatakan bahwa setiap TKN tentunya memiliki penilaian tersendiri terhadap sosok-sosok yang terpilih untuk mengisi komposisi jabatan pengurus, khususnya Ketua TKD di Sumatera Utara.

“Tentunya untuk komposisi TKD, masing-masing TKN capres – cawapres ini punya penilaiannya tersendiri,” ucap Agus Suriyadi kepada Sumut Pos, Minggu (26/11/2023).

Namun, kata Agus, tak dapat dipungkiri bahwa saat ini nama mantan Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi, merupakan Ketua TKD pasangan capres – cawapres tingkat Sumatera Utara yang paling populer di kalangan masyarakat.

“Kalau di lihat dari para tokoh atau sosok tim pemenangan capres – cawapres, maka yang paling menonjol itu TKD nya nomor urut 1 (Anies – Muhaimin) yang dibawah komando Edy Rahmayadi yang merupakan mantan Gubernur Sumatera Utara,” ujarnya.

Agus menilai, tokoh Edy Rahmayadi jauh lebih familiar dan dikenal warga Sumut dibandingkan dua ketua TKD tingkat Sumut lainnya, yakni Ade Zona (Ketua TKD Prabowo – Gibran) dan Paul Baja Siahaan (Ketua TKD Ganjar – Mahfud).

“Apalagi Edy Rahmayadi belum lama menjadi mantan Gubsu, namanya masih sangat melekat di ingatan masyarakat Sumatera Utara,” katanya.

Selain mantan Gubsu, Edy juga dikenal sebagai mantan Panglima Kodam I Bukit Barisan. Bahkan secara nasional, nama Edy Rahmayadi dikenal sebagai mantan Pangkostrad dan mantan Ketua Umum PSSI.

“Dengan begitu, kepopuleran nama Edy Rahmayadi tentunya membuat dirinya akan lebih dikenal oleh masyarakat Sumut dibandingkan dua nama Ketua TKD lainnya,” tuturnya.

Sementara untuk Ketua TKD nomor urut 2 (Prabowo – Gibran) tingkat Sumut, yakni Ade Jona Prasetyo, Agus menilainya sebagai sosok yang belum teruji dari sisi ketokohan. Meskipun diketahui, Ade Jona Prasetyo merupakan ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sumut.

Agus menilai, sebagai Ketua HIPMI Sumut, nama Ade Jona tentunya sangat populer di kalangan pengusaha. Akan tetapi di kalangan masyarakat umum, ketokohannya masih belum dapat diperhitungkan.

“Dari sisi tokoh beliau kan belum teruji, walaupun dari kalangan pengusaha,” sebut Agus.

Dijelaskan Agus Suryadi, meskipun keberadaan Ade Jona dinilai sebagai representasi keberpihakan para pengusaha sukses kepada pasangan Prabowo – Gibran di Sumut, namun hal itu tidak serta merta membuat TKD Prabowo – Gibran di Sumut sebagai TKD yang paling kuat secara finansial.

“Kalau di bilang TKD nomor urut 2 di Sumut sebagai TKD yang paling kuat secara finansial, saya fikir belum tentu juga. Itu karena masing-masing TKD sudah memperhitungkan cost yang dibutuhkan, dan tentu dukungan dana masing-masing TKD dibelakang itu pasti juga sudah ada. Masing-masing TKD punya power kok di daerah masing-masing,” jelasnya.

Sementara untuk TKD tingkat Sumut nomor urut 3 (Ganjar – Mahfud), sosok Ketua TKD Paul Baja Siahaan juga dinilai tidak familiar di kalangan masyarakat Sumut. Tak hanya itu, masuknya nama Yamitema Laoly yang merupakan putra Menkumham Yasonna Laoly sebagai Bendahara TKD Ganjar – Mahfud di Sumut juga dinilai tidak begitu berpengaruh.

“Sosok ketua TKD Ganjar – Mahfud (Paul Baja Siahaan) memang tidak familiar. Sementara untuk Yamitema, anak Yasonna kan beda dengan Yasonna bapaknya,” sebutnya.

Diakui Agus, nama-nama atau sosok yang muncul dalam komposisi TKD bisa berpengaruh terhadap pemenangan calon di daerahnya masing-masing. Namun bila TKD bisa membangun sinergitas sebagai sebuah tim yang kokoh dan solid, maka ketokohan yang dimaksud bisa tidak begitu berdampak.

Pasalnya, Agus menilai bahwa strategi dan soliditas yang mampu dibangun TKD menjadi salah satu kunci kemenangan yang harus dimiliki oleh setiap paslon.

“Yang tentu berpengaruh sebenarnya bagaimana tim pemenangan atau tim kampanye tersebut bisa mengatur strategi pemenangan yang efisien dan efektif, tidak melulu soal ketokohan. Tentunya semua tidak terlepas dari membangun komunikasi dan jejaring di akar rumput dan memperkuat basis dukungan di arus bawah. Terkhusus juga bisa menjual ketiga pasangan capres – cawapres di kalangan pemilih pemula dan milineal. Dengan begitu, saya fikir nama-nama yang punya ketokohan bisa sedikit dikecualikan,” pungkasnya.
(map)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/