26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Dukungan Bobby ke Prabowo – Gibran Dinilai Tidak Akan Pengaruhi Kemenangan Ganjar – Mahfud

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kader PDI Perjuangan Sumatera Utara, Sutrisno Pengaribuan menilai dukungan Wali Kota Medan, Bobby Nasution Kepada Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming sebagai langkah yang sudah tepat dan memang sudah seharusnya.

“Sebab tidak mungkin dan tidak masuk akal jika mertuanya, Presiden Joko Widodo, adik iparnya Kaesang Pangarep telah mendukung Prabowo- Gibran, sementara Bobby mendukung Ganjar. Jadi ya tentu langkah yang diambilnya adalah langkah yang seharusnya,” ucap Sutrisno kepada Sumut Pos, Kamis (26/10/2023).
Dikatakan Sutrisno yang pernah menjadi Juru Bicara Tim Kampanye Daerah Jokowi- Ma’ruf Amin 2019 lalu itu, seandainya Bobby tidak menyatakan sikapnya, maka pihaknya lah yang akan menanyakan sikap Bobby.

“Seandainya Bobby tidak buru- buru menyatakan sikap, kami pasti akan segera menyarankannya agar segera mengambil sikap,” ujarnya.

Menurut Sutrisno, PDIP sangat memahami suasana kebathinan keluarga besar yang sedang berjuang, maka tentu dirinya mendukung sikap Bobby yang mengutamakan kepentingan keluarga. Sebab sebelumnya, Bobby sudah menyatakan tidak akan berani ke Solo kalau tidak mendukung kakak iparnya.

Diakui Sutrisno, sejak awal PDI Perjuangan memang memberi perlakuan khusus dan istimewa kepada keluarga Jokowi, da ua menyebut hal itu sebagai kesalahan terbesar PDIP sejak.

“Hal tersebut persis seperti adagium, jika ada anakmu yang kau perlakukan sebagai anak kesayangan, maka kau akan mendapatkan banyak anak tiri. Jadi sejak Jokowi, anak, dan menantunya masuk PDIP dan menjadi anak kesayangan, maka banyak kader yang diperlakukan sebagai anak tiri,” katanya.

Untuk itu, terang Sutrisno, sikap dan pilihan Jokowi, Gibran, dan Bobby Nasution hendaknya membuka mata para elit partai agar konsisten menegakkan konstitusi partai. Ia meminta agar tidak boleh lagi ada perlakuan khusus dan istimewa kepada siapapun dan kapan pun.

“Apakah ada pengaruh dukungan Bobby kepada Prabowo- Gibran kepada PDIP dan Ganjar- Mahfud? Jawabannya tidak ada,” tegasnya.

Kemudian, lanjut Sutrisno, kader PDIP akan makin bersemangat dengan ketegasan sikap Jokowi dan keluarganya. Pihaknya juga tidak pernah menyesal telah mendukung Jokowi dan menantunya di Sumatera Utara, sebab hal itu merupakan bentuk kesetiaan kader kepada keputusan PDIP.

“Kami justru mengucapkan selamat kepada Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai pasangan capres dan cawapres yang telah mendaftar ke KPU RI. Selamat jalan ke Bobby Nasution yang sudah bersikap dan bertindak benar sebagai menantu Presiden Joko Widodo yang mendukung kakak iparnya,” lanjutnya.

Ia menyatakan, ‘pertarungan’ ini menjadi menarik bagi kader PDIP, sebab Prabowo menjadi penantang seimbang Ganjar – Mahfud pasca bergabungnya Gibran dan keluarganya.

“Tanpa Gibran, Prabowo sudah dua kali kami kalahkan, sehingga satu- satunya harapan Prabowo menang, ya mengambil kader PDIP yang dua kali mengalahkannya. Sesederhana itu,” sebut Koordinator Relawan Tim Kampanye Daerah Jokowi- JK 2014 tersebut.

Dilanjutkan Sutrisno, sejak menantu Presiden Jokowi menyatakan niat menjadi Wali Kota Medan tahun 2020, PDIP memberi perlakuan istimewa kepada Bobby. Ketika semua kader mengikuti tahapan dan mekanisme, mulai pendaftaran hingga fit and proper test, proses tersebut tidak berlaku khusua untuk Bobby.

Sama dengan perlakuan istimewa yang diberikan saat ini, dimana Bobby sudah menyatakan dukungan terbuka kepada Gibran yang berpasangan dengan Prabowo, namun PDIP tetap bungkam.

Selayaknya sikap tegas PDIP yang melakukan pemecatan terhadap Alm. Rudolf Pardede (Ketua DPD PDIP Sumut), Akhyar Nasution (Wakil Ketua DPD PDIP Sumut), dan sejumlah kader, pimpinan dan anggota DPRD PDIP Kabupaten Samosir. Para kader yang dianggap membelot memilih pasangan kepala daerah yang diusung partai lain tersebut dipecat dan diberi cap ‘pengkhianat partai’, maka seharusnya PDIP juga melakukan hal yang sama untuk Bobby.

Sebab memasuki hari kedua pasca Bobby menyatakan dukungan kepada pasangan selain kepada Ganjar- Mahfud, pengurus PDIP Sumut masih memilih bungkam dan tidak berani mengambil sikap atau masih menunggu arahan DPP.

“Sikap tersebut berbeda dengan sikap FX Rudy, Ketua DPC PDIP Solo yang menyatakan agar putra sulung Jokowi, Gibran segera mengembalikan KTA PDIP, baik diantar langsung maupun dikirim pakai perantara,” tegasnya.

Ia menilai, pengurus PDIP SUMUT dan Medan sama sekali tidak berani menindaklanjuti arahan Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri yang menyampaikan pernyataan secara terbuka kepada seluruh kader PDIP dan disaksikan publik, bahwa kader yang bermain dua atau tiga kaki untuk keluar dari PDIP.

“Kalau jadi pengurus partai tidak punya keberanian menegakkan aturan partai dan arahan ketum partai, lebih baik mundur dari pengurus partai. Sikap dan tindakan pengurus PDIP SUMUT dan Medan yang memilih bungkam, diam, tidak berani tersebut tidak mencerminkan sikap tegak lurus kepada konstitusi partai dan ketua umum. Kalau kader orang biasa, para pengurus PDIP ini cepat mengambil tindakan, giliran menantu Jokowi, semua no comment,” katanya.

Sutrisno pun meminta para pengurus agar Mundur jadi pengurus partai kalau kepada kader yang secara terbuka menyatakan dukungan kepada pasangan calon selain kepada Ganjar – Mahfud tidak berani mengambil tindakan tegas.

“PDIP itu telah mengalami berbagai tekanan sejak orde baru saat Indonesia dipimpin mantan mertua Prabowo. Mengapa saat ini malah takut mengambil sikap. Satu- satunya kader PDIP, sebagai pengurus partai yang berani menyatakan sikap dari seluruh kader di Indonesia Raya, hanya FX Rudy,” ungkapnya.

Ia mengatakan, ketakutan para pengurus menyatakan sikap partai sebagai bukti bahwa selama ini pengurus partai hanya sibuk dengan kepentingan diri sendiri dan keluarga dalam partai. Partai hanya digunakan sebagai tempat mencari makan dan akses terhadap kekuasaan.

“Sementara saat partai butuh sikap, aturan ditegakkan, semua diam, bungkam, menghindar, menyelamatkan diri sendiri. Maka darip ada hanya mampu menyatakan no comment atau fokus konsolidasi partai, lebih baik mundur saja. Orang yang takut menegakkan aturan partai, takut menyampaikan sikap berdasarkan aturan partai, tidak layak jadi pengurus PDIP,” pungkasnya.(map/ram)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kader PDI Perjuangan Sumatera Utara, Sutrisno Pengaribuan menilai dukungan Wali Kota Medan, Bobby Nasution Kepada Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming sebagai langkah yang sudah tepat dan memang sudah seharusnya.

“Sebab tidak mungkin dan tidak masuk akal jika mertuanya, Presiden Joko Widodo, adik iparnya Kaesang Pangarep telah mendukung Prabowo- Gibran, sementara Bobby mendukung Ganjar. Jadi ya tentu langkah yang diambilnya adalah langkah yang seharusnya,” ucap Sutrisno kepada Sumut Pos, Kamis (26/10/2023).
Dikatakan Sutrisno yang pernah menjadi Juru Bicara Tim Kampanye Daerah Jokowi- Ma’ruf Amin 2019 lalu itu, seandainya Bobby tidak menyatakan sikapnya, maka pihaknya lah yang akan menanyakan sikap Bobby.

“Seandainya Bobby tidak buru- buru menyatakan sikap, kami pasti akan segera menyarankannya agar segera mengambil sikap,” ujarnya.

Menurut Sutrisno, PDIP sangat memahami suasana kebathinan keluarga besar yang sedang berjuang, maka tentu dirinya mendukung sikap Bobby yang mengutamakan kepentingan keluarga. Sebab sebelumnya, Bobby sudah menyatakan tidak akan berani ke Solo kalau tidak mendukung kakak iparnya.

Diakui Sutrisno, sejak awal PDI Perjuangan memang memberi perlakuan khusus dan istimewa kepada keluarga Jokowi, da ua menyebut hal itu sebagai kesalahan terbesar PDIP sejak.

“Hal tersebut persis seperti adagium, jika ada anakmu yang kau perlakukan sebagai anak kesayangan, maka kau akan mendapatkan banyak anak tiri. Jadi sejak Jokowi, anak, dan menantunya masuk PDIP dan menjadi anak kesayangan, maka banyak kader yang diperlakukan sebagai anak tiri,” katanya.

Untuk itu, terang Sutrisno, sikap dan pilihan Jokowi, Gibran, dan Bobby Nasution hendaknya membuka mata para elit partai agar konsisten menegakkan konstitusi partai. Ia meminta agar tidak boleh lagi ada perlakuan khusus dan istimewa kepada siapapun dan kapan pun.

“Apakah ada pengaruh dukungan Bobby kepada Prabowo- Gibran kepada PDIP dan Ganjar- Mahfud? Jawabannya tidak ada,” tegasnya.

Kemudian, lanjut Sutrisno, kader PDIP akan makin bersemangat dengan ketegasan sikap Jokowi dan keluarganya. Pihaknya juga tidak pernah menyesal telah mendukung Jokowi dan menantunya di Sumatera Utara, sebab hal itu merupakan bentuk kesetiaan kader kepada keputusan PDIP.

“Kami justru mengucapkan selamat kepada Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai pasangan capres dan cawapres yang telah mendaftar ke KPU RI. Selamat jalan ke Bobby Nasution yang sudah bersikap dan bertindak benar sebagai menantu Presiden Joko Widodo yang mendukung kakak iparnya,” lanjutnya.

Ia menyatakan, ‘pertarungan’ ini menjadi menarik bagi kader PDIP, sebab Prabowo menjadi penantang seimbang Ganjar – Mahfud pasca bergabungnya Gibran dan keluarganya.

“Tanpa Gibran, Prabowo sudah dua kali kami kalahkan, sehingga satu- satunya harapan Prabowo menang, ya mengambil kader PDIP yang dua kali mengalahkannya. Sesederhana itu,” sebut Koordinator Relawan Tim Kampanye Daerah Jokowi- JK 2014 tersebut.

Dilanjutkan Sutrisno, sejak menantu Presiden Jokowi menyatakan niat menjadi Wali Kota Medan tahun 2020, PDIP memberi perlakuan istimewa kepada Bobby. Ketika semua kader mengikuti tahapan dan mekanisme, mulai pendaftaran hingga fit and proper test, proses tersebut tidak berlaku khusua untuk Bobby.

Sama dengan perlakuan istimewa yang diberikan saat ini, dimana Bobby sudah menyatakan dukungan terbuka kepada Gibran yang berpasangan dengan Prabowo, namun PDIP tetap bungkam.

Selayaknya sikap tegas PDIP yang melakukan pemecatan terhadap Alm. Rudolf Pardede (Ketua DPD PDIP Sumut), Akhyar Nasution (Wakil Ketua DPD PDIP Sumut), dan sejumlah kader, pimpinan dan anggota DPRD PDIP Kabupaten Samosir. Para kader yang dianggap membelot memilih pasangan kepala daerah yang diusung partai lain tersebut dipecat dan diberi cap ‘pengkhianat partai’, maka seharusnya PDIP juga melakukan hal yang sama untuk Bobby.

Sebab memasuki hari kedua pasca Bobby menyatakan dukungan kepada pasangan selain kepada Ganjar- Mahfud, pengurus PDIP Sumut masih memilih bungkam dan tidak berani mengambil sikap atau masih menunggu arahan DPP.

“Sikap tersebut berbeda dengan sikap FX Rudy, Ketua DPC PDIP Solo yang menyatakan agar putra sulung Jokowi, Gibran segera mengembalikan KTA PDIP, baik diantar langsung maupun dikirim pakai perantara,” tegasnya.

Ia menilai, pengurus PDIP SUMUT dan Medan sama sekali tidak berani menindaklanjuti arahan Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri yang menyampaikan pernyataan secara terbuka kepada seluruh kader PDIP dan disaksikan publik, bahwa kader yang bermain dua atau tiga kaki untuk keluar dari PDIP.

“Kalau jadi pengurus partai tidak punya keberanian menegakkan aturan partai dan arahan ketum partai, lebih baik mundur dari pengurus partai. Sikap dan tindakan pengurus PDIP SUMUT dan Medan yang memilih bungkam, diam, tidak berani tersebut tidak mencerminkan sikap tegak lurus kepada konstitusi partai dan ketua umum. Kalau kader orang biasa, para pengurus PDIP ini cepat mengambil tindakan, giliran menantu Jokowi, semua no comment,” katanya.

Sutrisno pun meminta para pengurus agar Mundur jadi pengurus partai kalau kepada kader yang secara terbuka menyatakan dukungan kepada pasangan calon selain kepada Ganjar – Mahfud tidak berani mengambil tindakan tegas.

“PDIP itu telah mengalami berbagai tekanan sejak orde baru saat Indonesia dipimpin mantan mertua Prabowo. Mengapa saat ini malah takut mengambil sikap. Satu- satunya kader PDIP, sebagai pengurus partai yang berani menyatakan sikap dari seluruh kader di Indonesia Raya, hanya FX Rudy,” ungkapnya.

Ia mengatakan, ketakutan para pengurus menyatakan sikap partai sebagai bukti bahwa selama ini pengurus partai hanya sibuk dengan kepentingan diri sendiri dan keluarga dalam partai. Partai hanya digunakan sebagai tempat mencari makan dan akses terhadap kekuasaan.

“Sementara saat partai butuh sikap, aturan ditegakkan, semua diam, bungkam, menghindar, menyelamatkan diri sendiri. Maka darip ada hanya mampu menyatakan no comment atau fokus konsolidasi partai, lebih baik mundur saja. Orang yang takut menegakkan aturan partai, takut menyampaikan sikap berdasarkan aturan partai, tidak layak jadi pengurus PDIP,” pungkasnya.(map/ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/