26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Mudik Gratis Dianggap Ampuh

Pemasangan banner dan spanduk oleh bakal calon anggota legislatif (Bacaleg) dalam menyambut bulan Puasa dan Lebaran akan sia-sia, karena tidak bisa mendongkrak popularitas mereka. Yang lebih efektif adalah mudik bareng secara gratis.

Setidaknya hal ini  disampaikan oleh pengamat politik asal Universitas Indonesia Effendy Ghazali di depan Kantor FORMAPPI, Jl. Matraman Raya, Matraman, Jakarta, Minggu (4/8).

“(Hal itu karena) pertama, kan bukan abis lebaran langsung kita pemilu. Kan abis lebaran kosong lagi, nanti ada lagi kegiatan-kegiatan lain,” ujarnya.
Alasan selanjutnya, adalah karena karena begitu banyaknya yang memasang spanduk potret dirinya sendiri, masyarakat malah tidak akan memperhatikan lantaran bingung spanduk mana yang akan dilihatnya.

“Jadi itu nggak terlalu efektif. Justru barangkali yang lebih efektif adalah mudik bareng,” lanjut Effendy.

Namun, orang atau partai itu jangan menyediakan kendaraan gratis hanya untuk mudik saja, melainkan juga untuk kembali ke kota. Menyediakan kendaraan hanya untuk mudik saja, itu tidak berbeda dengan meminum jamu setengah matang.

“Itu kurang komplet, kaya jamu setengah matang buat berangkatnya saja, (tapi) pulangnya nggak bareng-bareng,” demikian Effendy.
Sementara itu, pengamat politik Universitas Indonesia Andrinof Chaniago mengatakan partai politik yang menggelar mudik gratis seharusnya tidak memanfaatkan kegiatannya sebagai upaya politisasi.

Andrinof mengatakan seharusnya pemberian atribut cukup pada kendaraan bus pengangkut jika ingin menunjukkan penyelenggara kegiatan mudik gratis tersebut. “Menjadi tidak wajar ketika menyeragamkan peserta mudik dengan kaos bergambar tokoh partai,” ujar Andrinof.

Sabtu, 3 Agustus 2013, Partai Golkar memberangkatkan ribuan pemudik secara gratis ke 18 kota di Jawa Barat, Tengah dan Timur. Sebanyak 33 bus disediakan untuk mengangkut penumpang bertuliskan “Mudik Gratis Partai Golkar, ARB Presidenku.”

Pemudik diberikan kaos bergambar Aburizal Bakrie Ketua Umum Partai Golkar yang mencalonkan sebagai Presiden pada pemilihan umum 2014. Susanti, 40 tahun, mengatakan senang dengan program mudik gratis ini. Ia spontan tepuk tangan ketika Ical mengangkat bendera kuning tanda melepas pemudik gratis.

Tak hanya Golkar, Partai Amanat Nasional juga ‘menumpangi’ pemudik. Ketua Umum PAN Hatta Rajasa melepas keberangkatan 12.548 peserta mudik gratis dengan 248 bus eksekutif, Sabtu 3 Agustus 2013. Jumlah ini memang lebih sedikit dari pada jumlah yang tercatat di panitia yaitu 13.548 peserta dengan 225 armada bus.

Panitia sendiri mencatat, 50 persen peserta tahun ini adalah peserta mudik gratis tahun-tahun sebelumnya. PAN pertama kali menggelar mudik gratis pada 2011 dengan 5.000 peserta dan 2012 sebanyak 10.250 peserta.

Lalu, apakah ini tidak dianggap salah? Nah, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) mengaku tidak bisa menindak sejumlah partai politik yang menggelar mudik gratis. Mudik itu disertai kampanye pengusungan calon presiden pemilu 2014 partai itu.

Meski partai tersebut mengusung sosok dalam pencapresan 2014 mendatang. Anggota Bawaslu, Endang Wihdatiningtyas beralasan, sanksi tersebut tidak bisa dilakukan karena saat ini bukan masa pencapresan. Endang berharap KPU mengatur hal ini agar tidak menimbulkan polemik di tengah masyarakat.
“Lah dia saja belum ditetapkan sebagai Capres, yang berhak menetapkan Capres kan KPU. Lah dia kan capres untuk dia. Nanti yang Hanura juga bilang kalau Wiranto capresnya. Tapi kan belum ada masa pencapresan sekarang. Pemilunya juga masih Pemilu legislatif. Kalau masalah ya menimbulkan masalah. tapi Bawaslu tidak bisa,” ujar Anggota Bawaslu Endang Wihdatiningtyas, kemarin. (ian/rm//net/jpnn)

Pemasangan banner dan spanduk oleh bakal calon anggota legislatif (Bacaleg) dalam menyambut bulan Puasa dan Lebaran akan sia-sia, karena tidak bisa mendongkrak popularitas mereka. Yang lebih efektif adalah mudik bareng secara gratis.

Setidaknya hal ini  disampaikan oleh pengamat politik asal Universitas Indonesia Effendy Ghazali di depan Kantor FORMAPPI, Jl. Matraman Raya, Matraman, Jakarta, Minggu (4/8).

“(Hal itu karena) pertama, kan bukan abis lebaran langsung kita pemilu. Kan abis lebaran kosong lagi, nanti ada lagi kegiatan-kegiatan lain,” ujarnya.
Alasan selanjutnya, adalah karena karena begitu banyaknya yang memasang spanduk potret dirinya sendiri, masyarakat malah tidak akan memperhatikan lantaran bingung spanduk mana yang akan dilihatnya.

“Jadi itu nggak terlalu efektif. Justru barangkali yang lebih efektif adalah mudik bareng,” lanjut Effendy.

Namun, orang atau partai itu jangan menyediakan kendaraan gratis hanya untuk mudik saja, melainkan juga untuk kembali ke kota. Menyediakan kendaraan hanya untuk mudik saja, itu tidak berbeda dengan meminum jamu setengah matang.

“Itu kurang komplet, kaya jamu setengah matang buat berangkatnya saja, (tapi) pulangnya nggak bareng-bareng,” demikian Effendy.
Sementara itu, pengamat politik Universitas Indonesia Andrinof Chaniago mengatakan partai politik yang menggelar mudik gratis seharusnya tidak memanfaatkan kegiatannya sebagai upaya politisasi.

Andrinof mengatakan seharusnya pemberian atribut cukup pada kendaraan bus pengangkut jika ingin menunjukkan penyelenggara kegiatan mudik gratis tersebut. “Menjadi tidak wajar ketika menyeragamkan peserta mudik dengan kaos bergambar tokoh partai,” ujar Andrinof.

Sabtu, 3 Agustus 2013, Partai Golkar memberangkatkan ribuan pemudik secara gratis ke 18 kota di Jawa Barat, Tengah dan Timur. Sebanyak 33 bus disediakan untuk mengangkut penumpang bertuliskan “Mudik Gratis Partai Golkar, ARB Presidenku.”

Pemudik diberikan kaos bergambar Aburizal Bakrie Ketua Umum Partai Golkar yang mencalonkan sebagai Presiden pada pemilihan umum 2014. Susanti, 40 tahun, mengatakan senang dengan program mudik gratis ini. Ia spontan tepuk tangan ketika Ical mengangkat bendera kuning tanda melepas pemudik gratis.

Tak hanya Golkar, Partai Amanat Nasional juga ‘menumpangi’ pemudik. Ketua Umum PAN Hatta Rajasa melepas keberangkatan 12.548 peserta mudik gratis dengan 248 bus eksekutif, Sabtu 3 Agustus 2013. Jumlah ini memang lebih sedikit dari pada jumlah yang tercatat di panitia yaitu 13.548 peserta dengan 225 armada bus.

Panitia sendiri mencatat, 50 persen peserta tahun ini adalah peserta mudik gratis tahun-tahun sebelumnya. PAN pertama kali menggelar mudik gratis pada 2011 dengan 5.000 peserta dan 2012 sebanyak 10.250 peserta.

Lalu, apakah ini tidak dianggap salah? Nah, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) mengaku tidak bisa menindak sejumlah partai politik yang menggelar mudik gratis. Mudik itu disertai kampanye pengusungan calon presiden pemilu 2014 partai itu.

Meski partai tersebut mengusung sosok dalam pencapresan 2014 mendatang. Anggota Bawaslu, Endang Wihdatiningtyas beralasan, sanksi tersebut tidak bisa dilakukan karena saat ini bukan masa pencapresan. Endang berharap KPU mengatur hal ini agar tidak menimbulkan polemik di tengah masyarakat.
“Lah dia saja belum ditetapkan sebagai Capres, yang berhak menetapkan Capres kan KPU. Lah dia kan capres untuk dia. Nanti yang Hanura juga bilang kalau Wiranto capresnya. Tapi kan belum ada masa pencapresan sekarang. Pemilunya juga masih Pemilu legislatif. Kalau masalah ya menimbulkan masalah. tapi Bawaslu tidak bisa,” ujar Anggota Bawaslu Endang Wihdatiningtyas, kemarin. (ian/rm//net/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/