26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Bukti Sejarah Melayu, Kini Nyaris Usang

Bukti Sejarah Melayu, Kini Nyaris Usang
Bukti Sejarah Melayu, Kini Nyaris Usang

Bangunan istana Kerajaan Padang menjadi saksi sejarah peninggalan zaman pemerintahan kerajaan yang berpusat di Kota Tebingtinggi. Bangunan yang terletak di Jalan KF Tandean Kelurahan Bandarutama Kecamatan Tebingtinggi Kota itu kini hanya tinggal ruang makan dan dapur yang hampir rubuh.
Di antara generasi Kerajaan Padang yang tertinggal adalah Tengku Nurdinsyah Al Haj atau bergelar Tengku Maharaja Bongsu Negeri Padang ke XIII. Dia merupakan keturunan dari Raja Padang ke X Tengku Alamsyah pada 1928 hingga 1931. Itu diketahui ketika melakukan ziarah ke makam para pendahulu kerajaan Tengku H Muhammad Nurdin Maharaja Muda Wazir Negeri Padang yang hidup pada tahun 1870 hingga 1914.
Di lokasi bangunan bekas Kerajaan Padang itu, Tengku Nurdinsyah mengatakan dahulu bangunan Kerajaan Padang berdiri dengan megah terbuat dari bahan kayu. Dan uniknya, bangunan itu berdiri tanpa menggunakan paku.
Luas wilayah bangunan Kerajaan Padang 11 hektare dengan bangunan rumah terdiri dari ruang pendopo, kamar tengah, ruang makan dan dapur mencapai ukuran 200 meter persegi. Kayu yang digunakan untuk lantai dan dinding dari kayu damar sedangkan untuk atapnya terbuat dari kayu sirap yang didatangkan dari daerah Pulau Kalimatan.
“Sayangnya bangunan utama depan sudah rusak dan tidak ada lagi, akibat pada tahun 1945 dipergunakan oleh tentara sebagai tempat markas militer pemuda sehingga hancur semua, sedangkan yang tinggal sekarang adalah bangunan ruang makan dan dapur dengan ukuran 40×50 meter,” papar Nurdinsyah ketika usai berziarah kepada Sumut Pos, kemarin.
Menurut Nurdinsyah, bangunan yang tinggal itu sudah empat kali diperbaiki, namun tetapi dengan tidak menghilangkan ciri khas bangunan tersebut itu sendiri yang masih menggunakan keketentalan ornamen Melayu, sementara peninggalan barang-barang bersejarah sekarang disimpan di Kota Medan di keturunan yang lain, sedangkan bahan bangunan yang masih utuh adalah lantai bangunan yang terbuat dari kayu Damar.
“Karena kurangnya perawatan dan kepedulian pemerintah setempat, lama kelamaan bangunan bekas Kerajaan Padang akan hancur, sementara saat sekarang pihak keluarga sengaja menunjuk warga setempat untuk tinggal di rumah tersebut sambil menjaga serta merawat bangunan yang sudah usang,”jelas Nurdinsyah.
Makam-makam raja seperti Muhammad Nurdin dan keturunan lainnya serta istri-istri masih terletak di samping bangunan rumah Kerajaan Padang yang sengaja digabungkan untuk menjadi situs saksi sejarah adanya Kerajaan Padang di Tebingtinggi. Kerajaan Padang dengan kewedanan (pemerintahan) meliputi sebelah timur dengan Kabupaten Asahan, sebelah barat dengan Bedagai, sebelah selatan dengan kabupaten Simalungun dan sebelah utara dengan Selat Malaka yang juga Kabupaten Deliserdang.
Kewedanan Padang terdiri atas 4 Kecamatan dengan Ibukota Tebingtinggi terdiri dari dua daerah, Kecamatan Dolokmerawan dan Kecamatan Sipispis sedangkan untuk hilir terdiri Kecamatan Tebingtinggi dan Kecamatan Bandarkhalifah. Setiap kecamatan diperintah oleh seorang asisten wedana yang sekarang disebut Camat. (bersambung)

Bukti Sejarah Melayu, Kini Nyaris Usang
Bukti Sejarah Melayu, Kini Nyaris Usang

Bangunan istana Kerajaan Padang menjadi saksi sejarah peninggalan zaman pemerintahan kerajaan yang berpusat di Kota Tebingtinggi. Bangunan yang terletak di Jalan KF Tandean Kelurahan Bandarutama Kecamatan Tebingtinggi Kota itu kini hanya tinggal ruang makan dan dapur yang hampir rubuh.
Di antara generasi Kerajaan Padang yang tertinggal adalah Tengku Nurdinsyah Al Haj atau bergelar Tengku Maharaja Bongsu Negeri Padang ke XIII. Dia merupakan keturunan dari Raja Padang ke X Tengku Alamsyah pada 1928 hingga 1931. Itu diketahui ketika melakukan ziarah ke makam para pendahulu kerajaan Tengku H Muhammad Nurdin Maharaja Muda Wazir Negeri Padang yang hidup pada tahun 1870 hingga 1914.
Di lokasi bangunan bekas Kerajaan Padang itu, Tengku Nurdinsyah mengatakan dahulu bangunan Kerajaan Padang berdiri dengan megah terbuat dari bahan kayu. Dan uniknya, bangunan itu berdiri tanpa menggunakan paku.
Luas wilayah bangunan Kerajaan Padang 11 hektare dengan bangunan rumah terdiri dari ruang pendopo, kamar tengah, ruang makan dan dapur mencapai ukuran 200 meter persegi. Kayu yang digunakan untuk lantai dan dinding dari kayu damar sedangkan untuk atapnya terbuat dari kayu sirap yang didatangkan dari daerah Pulau Kalimatan.
“Sayangnya bangunan utama depan sudah rusak dan tidak ada lagi, akibat pada tahun 1945 dipergunakan oleh tentara sebagai tempat markas militer pemuda sehingga hancur semua, sedangkan yang tinggal sekarang adalah bangunan ruang makan dan dapur dengan ukuran 40×50 meter,” papar Nurdinsyah ketika usai berziarah kepada Sumut Pos, kemarin.
Menurut Nurdinsyah, bangunan yang tinggal itu sudah empat kali diperbaiki, namun tetapi dengan tidak menghilangkan ciri khas bangunan tersebut itu sendiri yang masih menggunakan keketentalan ornamen Melayu, sementara peninggalan barang-barang bersejarah sekarang disimpan di Kota Medan di keturunan yang lain, sedangkan bahan bangunan yang masih utuh adalah lantai bangunan yang terbuat dari kayu Damar.
“Karena kurangnya perawatan dan kepedulian pemerintah setempat, lama kelamaan bangunan bekas Kerajaan Padang akan hancur, sementara saat sekarang pihak keluarga sengaja menunjuk warga setempat untuk tinggal di rumah tersebut sambil menjaga serta merawat bangunan yang sudah usang,”jelas Nurdinsyah.
Makam-makam raja seperti Muhammad Nurdin dan keturunan lainnya serta istri-istri masih terletak di samping bangunan rumah Kerajaan Padang yang sengaja digabungkan untuk menjadi situs saksi sejarah adanya Kerajaan Padang di Tebingtinggi. Kerajaan Padang dengan kewedanan (pemerintahan) meliputi sebelah timur dengan Kabupaten Asahan, sebelah barat dengan Bedagai, sebelah selatan dengan kabupaten Simalungun dan sebelah utara dengan Selat Malaka yang juga Kabupaten Deliserdang.
Kewedanan Padang terdiri atas 4 Kecamatan dengan Ibukota Tebingtinggi terdiri dari dua daerah, Kecamatan Dolokmerawan dan Kecamatan Sipispis sedangkan untuk hilir terdiri Kecamatan Tebingtinggi dan Kecamatan Bandarkhalifah. Setiap kecamatan diperintah oleh seorang asisten wedana yang sekarang disebut Camat. (bersambung)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/