26 C
Medan
Sunday, October 20, 2024
spot_img

Lintas Etnis Siap Menangkan Ngogesa

“Ngogesa masih layak dan pantas didukung kembali sebagai bupati Kabupaten Langkat periode 2014-2019. Rasa kepedulian dan perhatiannya sangat kental dan menyentuh. Tidak hanya itu, jiwa kepemimpinannya cukup baik dan Insya Allah karirnya berlanjut hingga jenjang lebih tinggi lagi, misalnya menjadi gubernur.”

SERIUS: Warga Suku Karo  keragaman agama, mendengarkan pidato H Ngogesa ketika hadir  jamuan acara adat.
SERIUS: Warga Suku Karo dengan keragaman agama, mendengarkan pidato H Ngogesa ketika hadir dalam jamuan acara adat.

Hal itu diungkapkan Tengku Syahdjohan, sebagai Kejuruan Stabat. Setelah didukung sedikitnya dua belas partai politik sebagai calon Bupati Langkat periode 2014-2019, Ngogesa mendapatkan sejumlah dukungan dari lintas etnis yang berada di Kabupaten Langkat.

Selain memiliki jiwa kepemimpinan yang tergolong baik, selama menjadi orang nomor satu di Pemkab Langkat 2008-2013 ternyata Ngogesa mampu menyita perhatian masyarakat dengan kepedulian dan perhatian terhadap sesama.

Tengku berpendapat hal itu tidak dapat dipungkiri, pasalnya secara keseluruhan masyarakat dengan berbagai latar belakang suku maupun agama bahkan status sosial semaksimal mungkin berupaya dirangkul. Tujuannya sederhana, selain untuk berbagi juga menyahuti aspirasi warga sekaligus mencarikan solusinya.

Terkait adanya upaya pihak tertentu melemparkan tudingan miring, diperkirakan Tengku hanya sebagai ungkapan perasaan karena belum tersentuh atau tercover keinginannya oleh Ngogesa. Padahal, semua pihak semestinya sadar kalau Ngogesa bukanlah milik satu golongan atau partai tertentu namun sudah menjadi milik masyarakat Kabupaten Langkat secara umum.

“Kalaupun ada pihak-pihak yang sebarkan tudingan negatif tentang Ngogesa, sepertinya itu hanyalah bagian ekspresi diri karena merasa keinginannya belum terakomodir dengan baik. Kita harus gentleman, bersikap fairlah memberikan penilaian. Kalau membawakan ego, sebagai orang Melayu, kemarin kita dari empat kejuruan yakni Stabat, Bahorok, Punggai dan Selesai menginginkan calon pendamping Ngogesa dari suku Melayu dan itu sudah ada namanya kami tetapkan. Tapi karena beliau (Ngogesa) punya pilihan lain yakni H Sulistianto dari suku Jawa maka kami hargai,” tegas Tengku Syahdjohan.
Membuktikan keseriusan untuk memenangkan Ngogesa-Sulistianto, Tengku akui, secara pribadi sudah sampaikan kepada keluarga maupun kerabat serta handai tolan memberikan penilaian objektif tentang Ngogesa.

Supardi, tokoh etnis Jawa dari Pendawa Langkat mengutarakan hal tak jauh berbeda. Diperhitungkan dia, masyarakat tersentuh dengan kesantunan yang diperkuat responsibility Ngogesa terhadap hal apapun di Langkat.

“Semua etnis yang ada di kabupaten ini, sepertinya merasakan perhatian dan kepedulian pak Ngogesa. Dan ini sangat mengakar bagi masyarakat, sehingga kami memperkirakan sulit buat lawan politiknya mendongkrak rasa suka yang tertanam di hati masyarakat untuk beliau. Kami sadar, sosok yang muncul di pentas demokrasi Langkat nanti tidak terlepas dari punggawa Pendawa namun kami yakin putra terbaiklah sebagai pemuncaknya,” kata Supardi.

Supardi mempertegas, kendati Ngogesa bukan berasal dari warga Jawa namun memiliki seorang istri asal suku Jawa sehingga perhatiannya tidak terlepas juga kepada orang Jawa.

Tentang santernya isu yang berpendapat, idealnya pemimpin di Langkat berasal dari suku mayoritas (Jawa), diperkirakan hanyalah rumor murahan yang tidak perlu disikapi mengingat masyarakat sudah pintar menentukan pilihan dan terpenting adalah putra terbaik Langkat.

Serangkaian pendapat dikemukakan berbagai tokoh lintas etnis lainnya, seperti Robert Panggabean dari Himpunan Keluarga Batak Toba, H Rusli (Banjar), H Asri Chan (Minang), H Sunewing Daili (Banten), J Sihite (Dairi), Siswanto (Tionghoa), Samuel Saragih (Simalungun), Nyoman Sumandro (Bali), Meijaro Mendrofa (Nias) dan Amril Nasution (Mandailing). Keseluruhannya menegaskan pendapat serupa menilai Ngogesa masih layak dan pantas dikedepankan memimpin Kabupaten Langkat untuk periode selanjutnya.

Tanpa ragu, Robert Panggabean menambahkan, kelayakan Ngogesa memimpin Langkat karena waktu atau periode lima tahun pertama tidaklah mungkin mampu menuntaskan seluruh persoalan yang ada termasuk di antaranya pembangunan. Pasalnya, semua pihak harus sadar keterbatasan anggaran merupakan bagian dari problem Kabupaten Langkat.

“Bah, belum tentunya kalau misalnya si Polan diberikan kesempatan mampu berbuat maksimal dengan masa kerja dan anggaran yang terbatas. Itukan bisa-bisa orang saja mengkritik, seperti kata pepatah anjing menggonggong kafilah berlalu jadi biarkan saja orang mau bilang apa. Yang kami tahu pak Ngogesa sudah cukup baik kok memimpin. Ingat kawan, di pemerintahan ini bukan hanya bupati (eksekutif) saja yang berperan tetapi ada legislatif, nah itu perlu kerjasama yang rapi sehingga kesejahteraan rakyat bisa terwujud seperti yang dinginkan bersama,” koar Panggabean.
Rusli perwakilan masyarakat Banjar melihat kekuatan lain dimiliki Ngogesa yakni menjalin keeratan silaturahim bahkan hingga wilayah pesisir pantai. Ngogesa harus tetap percaya diri memimpin Langkat ke tahapan selanjutnya. (*)

Ngogesa Tetap Membumi dan Terus Berserah Diri

DITEMUI terpisah, H Ngogesa Sitepu menanggapi pandangan berbagai etnis atas dukungan terhadap dirinya dengan tetap membumi. Saat ini Ngogesa lebih banyak merendah dan berserah diri kepada Allah SWT dengan memperbanyak ibadah khususnya di bulan suci Ramadan ini.

“Alhamdulillah jika para etnis masih menilai saya baik, karena ini bertepatan bulan suci Ramadan saya lebih banyak mendekatkan diri dengan beribadah seraya merendahkan diri ke hadirat Allah SWT. Kalau memang Sang Pencipta sudah berkehendak saya kembali diamanahkan memimpin Kabupaten Langkat, Insya Allah harus saya jalankan dengan baik dan serius mewujudkan harapan masyarakat banyak,” beber H Ngogesa.

Sikapi banyaknya serangan dihadapi terutama menjelang dicalonkannya kembali dia sebagai Bupati Langkat untuk periode kali keduanya, Ngogesa dengan tenang sampaikan keseluruhannya dikembalikan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

H Ngogesa menjelaskan, hal apapun yang telah dilakukan kepada masyarakat terutama untuk kemaslahatan harus diduluankan. Walaupun harus merogoh dana dari kantong pribadi dengan penuh keikhlasan dan tak berharap balasan.

Bupati Langkat aktif yang berlatar belakang pengusaha ini menerangkan, sebelum bersedia dicalonkan kembali sebagai bupati untuk periode 2014-2019 mendatang terlebih dahulu membahasakannya kepada keluarga seperti istri dan ketiga putra putrinya. Artinya, dia berupaya menegakkan kedemokrasian tersebut dari hal paling kecil atau sederhana yakni di lingkungan keluarga.

“Sebelum ini, saya pribadi sudah bicara dengan keluarga apakah mereka mau dan bersedia kalau saya dicalonkan banyak pihak lagi sebagai bupati. Dan Insya Allah dengan kekuatan doa, mereka (keluarga) saya menerima sekaligus mendoakan saya selalu diberikan kekuatan dan petunjuk dari Allah SWT untuk memberikan terbaik kepada masyarakat,”  tuntas H Ngogesa. (*)

“Ngogesa masih layak dan pantas didukung kembali sebagai bupati Kabupaten Langkat periode 2014-2019. Rasa kepedulian dan perhatiannya sangat kental dan menyentuh. Tidak hanya itu, jiwa kepemimpinannya cukup baik dan Insya Allah karirnya berlanjut hingga jenjang lebih tinggi lagi, misalnya menjadi gubernur.”

SERIUS: Warga Suku Karo  keragaman agama, mendengarkan pidato H Ngogesa ketika hadir  jamuan acara adat.
SERIUS: Warga Suku Karo dengan keragaman agama, mendengarkan pidato H Ngogesa ketika hadir dalam jamuan acara adat.

Hal itu diungkapkan Tengku Syahdjohan, sebagai Kejuruan Stabat. Setelah didukung sedikitnya dua belas partai politik sebagai calon Bupati Langkat periode 2014-2019, Ngogesa mendapatkan sejumlah dukungan dari lintas etnis yang berada di Kabupaten Langkat.

Selain memiliki jiwa kepemimpinan yang tergolong baik, selama menjadi orang nomor satu di Pemkab Langkat 2008-2013 ternyata Ngogesa mampu menyita perhatian masyarakat dengan kepedulian dan perhatian terhadap sesama.

Tengku berpendapat hal itu tidak dapat dipungkiri, pasalnya secara keseluruhan masyarakat dengan berbagai latar belakang suku maupun agama bahkan status sosial semaksimal mungkin berupaya dirangkul. Tujuannya sederhana, selain untuk berbagi juga menyahuti aspirasi warga sekaligus mencarikan solusinya.

Terkait adanya upaya pihak tertentu melemparkan tudingan miring, diperkirakan Tengku hanya sebagai ungkapan perasaan karena belum tersentuh atau tercover keinginannya oleh Ngogesa. Padahal, semua pihak semestinya sadar kalau Ngogesa bukanlah milik satu golongan atau partai tertentu namun sudah menjadi milik masyarakat Kabupaten Langkat secara umum.

“Kalaupun ada pihak-pihak yang sebarkan tudingan negatif tentang Ngogesa, sepertinya itu hanyalah bagian ekspresi diri karena merasa keinginannya belum terakomodir dengan baik. Kita harus gentleman, bersikap fairlah memberikan penilaian. Kalau membawakan ego, sebagai orang Melayu, kemarin kita dari empat kejuruan yakni Stabat, Bahorok, Punggai dan Selesai menginginkan calon pendamping Ngogesa dari suku Melayu dan itu sudah ada namanya kami tetapkan. Tapi karena beliau (Ngogesa) punya pilihan lain yakni H Sulistianto dari suku Jawa maka kami hargai,” tegas Tengku Syahdjohan.
Membuktikan keseriusan untuk memenangkan Ngogesa-Sulistianto, Tengku akui, secara pribadi sudah sampaikan kepada keluarga maupun kerabat serta handai tolan memberikan penilaian objektif tentang Ngogesa.

Supardi, tokoh etnis Jawa dari Pendawa Langkat mengutarakan hal tak jauh berbeda. Diperhitungkan dia, masyarakat tersentuh dengan kesantunan yang diperkuat responsibility Ngogesa terhadap hal apapun di Langkat.

“Semua etnis yang ada di kabupaten ini, sepertinya merasakan perhatian dan kepedulian pak Ngogesa. Dan ini sangat mengakar bagi masyarakat, sehingga kami memperkirakan sulit buat lawan politiknya mendongkrak rasa suka yang tertanam di hati masyarakat untuk beliau. Kami sadar, sosok yang muncul di pentas demokrasi Langkat nanti tidak terlepas dari punggawa Pendawa namun kami yakin putra terbaiklah sebagai pemuncaknya,” kata Supardi.

Supardi mempertegas, kendati Ngogesa bukan berasal dari warga Jawa namun memiliki seorang istri asal suku Jawa sehingga perhatiannya tidak terlepas juga kepada orang Jawa.

Tentang santernya isu yang berpendapat, idealnya pemimpin di Langkat berasal dari suku mayoritas (Jawa), diperkirakan hanyalah rumor murahan yang tidak perlu disikapi mengingat masyarakat sudah pintar menentukan pilihan dan terpenting adalah putra terbaik Langkat.

Serangkaian pendapat dikemukakan berbagai tokoh lintas etnis lainnya, seperti Robert Panggabean dari Himpunan Keluarga Batak Toba, H Rusli (Banjar), H Asri Chan (Minang), H Sunewing Daili (Banten), J Sihite (Dairi), Siswanto (Tionghoa), Samuel Saragih (Simalungun), Nyoman Sumandro (Bali), Meijaro Mendrofa (Nias) dan Amril Nasution (Mandailing). Keseluruhannya menegaskan pendapat serupa menilai Ngogesa masih layak dan pantas dikedepankan memimpin Kabupaten Langkat untuk periode selanjutnya.

Tanpa ragu, Robert Panggabean menambahkan, kelayakan Ngogesa memimpin Langkat karena waktu atau periode lima tahun pertama tidaklah mungkin mampu menuntaskan seluruh persoalan yang ada termasuk di antaranya pembangunan. Pasalnya, semua pihak harus sadar keterbatasan anggaran merupakan bagian dari problem Kabupaten Langkat.

“Bah, belum tentunya kalau misalnya si Polan diberikan kesempatan mampu berbuat maksimal dengan masa kerja dan anggaran yang terbatas. Itukan bisa-bisa orang saja mengkritik, seperti kata pepatah anjing menggonggong kafilah berlalu jadi biarkan saja orang mau bilang apa. Yang kami tahu pak Ngogesa sudah cukup baik kok memimpin. Ingat kawan, di pemerintahan ini bukan hanya bupati (eksekutif) saja yang berperan tetapi ada legislatif, nah itu perlu kerjasama yang rapi sehingga kesejahteraan rakyat bisa terwujud seperti yang dinginkan bersama,” koar Panggabean.
Rusli perwakilan masyarakat Banjar melihat kekuatan lain dimiliki Ngogesa yakni menjalin keeratan silaturahim bahkan hingga wilayah pesisir pantai. Ngogesa harus tetap percaya diri memimpin Langkat ke tahapan selanjutnya. (*)

Ngogesa Tetap Membumi dan Terus Berserah Diri

DITEMUI terpisah, H Ngogesa Sitepu menanggapi pandangan berbagai etnis atas dukungan terhadap dirinya dengan tetap membumi. Saat ini Ngogesa lebih banyak merendah dan berserah diri kepada Allah SWT dengan memperbanyak ibadah khususnya di bulan suci Ramadan ini.

“Alhamdulillah jika para etnis masih menilai saya baik, karena ini bertepatan bulan suci Ramadan saya lebih banyak mendekatkan diri dengan beribadah seraya merendahkan diri ke hadirat Allah SWT. Kalau memang Sang Pencipta sudah berkehendak saya kembali diamanahkan memimpin Kabupaten Langkat, Insya Allah harus saya jalankan dengan baik dan serius mewujudkan harapan masyarakat banyak,” beber H Ngogesa.

Sikapi banyaknya serangan dihadapi terutama menjelang dicalonkannya kembali dia sebagai Bupati Langkat untuk periode kali keduanya, Ngogesa dengan tenang sampaikan keseluruhannya dikembalikan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

H Ngogesa menjelaskan, hal apapun yang telah dilakukan kepada masyarakat terutama untuk kemaslahatan harus diduluankan. Walaupun harus merogoh dana dari kantong pribadi dengan penuh keikhlasan dan tak berharap balasan.

Bupati Langkat aktif yang berlatar belakang pengusaha ini menerangkan, sebelum bersedia dicalonkan kembali sebagai bupati untuk periode 2014-2019 mendatang terlebih dahulu membahasakannya kepada keluarga seperti istri dan ketiga putra putrinya. Artinya, dia berupaya menegakkan kedemokrasian tersebut dari hal paling kecil atau sederhana yakni di lingkungan keluarga.

“Sebelum ini, saya pribadi sudah bicara dengan keluarga apakah mereka mau dan bersedia kalau saya dicalonkan banyak pihak lagi sebagai bupati. Dan Insya Allah dengan kekuatan doa, mereka (keluarga) saya menerima sekaligus mendoakan saya selalu diberikan kekuatan dan petunjuk dari Allah SWT untuk memberikan terbaik kepada masyarakat,”  tuntas H Ngogesa. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru