Badan Ketahanan Pangan Sumut Gelar Gebyar Kuliner Nusantara
Selama empat hari, mulai 27 hingga 30 November 2012, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Sumut bersama dengan sejumlah pendukung acara menggelar Forum dan Expo Pangan, Gebyar Kuliner Nusantara 2012.
EXPO Pangan 2012 tersebut mengangkat tema “Akselarasi Pemantapan Ketahanan Pangan Melalui Sinergi Pemberdayaan Potensi Eksisting dan Budaya Lokal Menuju Kemandirian dan Kedaulatan Pangan”.
Berbagai program Expo Pangan 2012 di Hotel Tiara Medan berlangsung sukses.
Ada pameran kuliner, seminar nasional ketahanan pangan, lomba kreasi cipta pangan berbahan baku umbi-umbian, pelatihan desain dan kemasan serta workshop Manggadong Culture Community (MCC).
Panitia juga menggelar pembuatan manggadong raksasa model peta Indonesia, manggadong award, lomba masak nasi goreng halal ala manggadong, lomba mewarnai dan hiburan musik.
Acara ini pun menghadirkan sejumlah tokoh penting diantaranya Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Prof Dr Ir Achmad Suryana MS, Praktisi Pangan Dr Ir H Nur Mahmudi Ismail MSc yang sehari-hari sebagai Wali Kota Depok, Ketua Tim Penggerak PKK Sumut Hj Sutias Handayani Gatot Pujo Nugroho dan Kepala BKP Sumut Ir Setyo Purwadi Mangunsastro MM.
Saat menyaksikan ‘Makan Besar Trans 7’ yang membuat manggadong raksasa berukuran 3×6 m2, Hj Sutias Handayani dan Ahmad Suryana memberikan apresiasi dan menikmati sajian kuliner yang disiapkan Chef Ragil tersebut.
Kepala BKP Sumut Ir Setyo Purwadi Mangunsastro MM mengungkapkan, melalui Expo Pangan 2012 diharapkan semakin meningkatkan upaya membangun ketahanan pangan, mengatasi kerentanan pangan dan kerawanan pangan terutama di Sumut.
Ia mengajak masyarakat melepas ketergantungan pada nasi sebagai budaya bersantap atau dengan kata lain mengurangi konsumsi nasi dan menggantinya dengan umbi-umbian. Dengan demikian akan mampu meningkatkan upaya-upaya mendukung program ketahanan pangan kemandirian dan kedaulatan pangan.
BKP Sumut, lanjut Purwadi, menggali dan memasyarakatkan kearifan budaya lokal Manggadong yaitu tradisi mengkonsumsi ubi-ubian sebelum konsumsi makanan pokok (beras). Hal ini sebagai strategi kampanye diversifikasi pangan di tengah konsumsi beras dan terigu yang terus meningkat.
Untuk program diversifikasi pangan, kata Kepala BKP Sumut, pemerintah menjalin kerjasama dengan pelajar hingga mahasiswa, penggiat kuliner dan pihak terkait lainnya. ‘’Dibentuk Manggadong Culture Community (MCC) yaitu komunitas, pemerhati, pecinta, penggerak dan pelaku budaya bermanggadong,’’ jelasnya.
Purwadi bersama Dr Jan Hoesada CPA dan Prof Dr Ir Bilter Sirait MS dalam kajian paparan UU Pangan 2012-Struktur Lembaga Pangan yang Kuat dan Tangguh Menuju Ketahanan, Kemandirian dan Kedaulatan Pangan, mengungkapkan pentingnya dirancang kelembagaan ketahanan pangan yang mampu mengakomodir dimensi urusan pangan yang sangat luas.
Menurut Purwadi, urusan ketahanan pangan tetap menjadi urusan wajib di semua tingkatan sehingga sangat dibutuhkan Kementerian Koordinator Perekonomian dan Pangan, atau Kemenko Pangan, dengan turunannya ke bawah dan perlu ditingkatkan kewenangannya sejalan otonomi daerah.
Dosen Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB, Drajat Martianto, mengungkapkan pentingnya gerakan diversifikasi pangan dan gizi seimbang. Disamping itu pengembangan pembangunan pertanian berorientasi gizi.
Sedangkan Guru Besar Fisipol UGM, Prof Tadjuddin Noer Effendi, mengajak membangun budaya dan menguatkan kearifan pangan lokal berbasis spirit kultural bangsa Indonesia. Ia menilai tradisi manggadong di Sumut sebagai tradisi leluhur masyarakat Tapanuli penting untuk terus dikembangkan di Sumut. ‘’Kearifan lokal manggadong perlu dikembangkan menjadi budaya nasional,’’ imbuhnya. (*)